Part 5

3.2K 170 3
                                    


*Allen POV

Triiinggg tringg teingg.... Bangun bangun.... Pukul 05.35...

Aku terbangun saat mendengar alarm handphone ku berbunyi. Bangun dari tempat tidurku dan berjalan menuju meja rias. Ku melihat pantulan diriku dicermin sungguh mengerikan. Mata yang bengkak, rambut acak acakan dan muka yang pucat. Sungguh dapat di ekspresikan aku sangat kacau. Menghela napas kasar dan berjalan menuju kamar mandi.  30 menit berada dikamar mandi dengan seragam lengkap merekat di tubuhku. Berjalan ke meja rias untuk memberi sentuhan make up agar aku tidak terlalu pucat.

Aku melihat tangan yang tadi malam aku sayat sayatkan. Mengelus luka sayatan dan tersenyum miris.

Mengambil tas dan berjalan keluar kamar. Tidak lupa ku tutup pintu kamarku.

"Pagi Len."sapa bang Dio. Aku hanya melihatnya dengan tatapan datar. Mengacuhkannya dan berjalan menuruni tangga.

"Pagi non Allen. Non mau sarapan sekarang apa sarapan disekolah non?"tanya bi Lastri. Beliau sudah bekerja di rumahku saat aku masih kecil.

"Pagi bi aku sarapan disekolah aja biar cepet. Baii bi." Aku berjalan menuju pintu utama rumah. Saat aku ingin membuka pintu bang Dio menahanku.

"Apaan sih?"tanyaku kesal.

"Lo kenapa sih dek?."tanya bang Dio heran.

"Bukan urusan Lo."

"Oke oke.. Lo berangkat bareng sama gue ya."

"Males banget." Kataku. Saat aku hendak membuka pintu, tangan bang Dio menahan tanganku yang terluka aku pun menjerit.

"Lo kenapa?"tanya bang Dio panik.

"Kepo banget sih."aku pun menepis tangan bang Dio dan segera membuka pintu. Aku mendengar bang Dio terus menerus memanggil namaku tapi aku pura pura tidak dengar.

*****

Saat sudah sampai di depan sekolah, aku langsung turun dari taksi dan tidak lupa membayarnya. By the way aku dan bang Dio satu sekolah aku kelas 11 IPA 2 bang Dio kelas 12 IPS 1.

Memasuki kelas dan mendaratkan bokongku dikursiku. Dara sudah sampai dari tadi dan dia menatapku bingung.

"Lo ngapa?"tanya Dara.

"Gapapa."

"Jujur ihh."paksa Dara sambil menggoyangkan goyangkan tanganku yang sakit. Aku pun meringis dan menarik tanganku yang di pegang oleh Dara.

"Eh Lo kenapa?."tanya Dara heran.

"Gapapa."

"ET dah dari tadi gakpapa Mulu jawab nya. Yang bener apa Lo kenapa?"tanya Dara jengkel.

"Kepo banget Lo."jawabku. Dara melihat tanganku yang sakit dan langsung melebarkan bola matanya.

"Tangan Lo kenapa Len?!"tanya Dara panik.

"Tangan gue gapapa."

"Lo bisa gak sih jawab yang bener."ucap Dara kesal. Mau tak mau aku harus jawab dengan jujur. Karena kalau Dara sedang marah dia akan mendiamkan orang tersebut sampai orang itu minta maaf.

"Lo ngerti lah."kode ku.

"Apaan sih?"tanya Dara. Dia diam sebentar dan beberapa detik dia langsung berteriak.

"ANJIR LO MENCOBA BUMMMPHHH..." Aku menutup mulutnya agar tidak berteriak.

"Bisa gak sih Lo gak usah teriak teriak." Desis ku. Dara hanya mengangguk dan aku melepaskan tangan ku dari mulutnya.

"Lo kenapa lakuin itu Len?"tanya Dara. Aku menghela napas pasrah karena tau pasti dara akan mengintrogasi kan aku.

"Gue capek Dar...."eluhku.

"Tapi gak gini juga Len..."

"Lo gak ngerasain jadi gue. Gue capek selalu di tuduh pembunuh." Ujarku sambil menyeka air mataku yang terus menerus turun kepipiku.

"Iya gue tau malah gue juga ngerasain jadi lu. Tapi gue udah bilang, kasih tau yang sesungguhnya." Kata Dara sambil mengelus punggungku.

"Tapi gak semudah itu Dar."

"Yaudah Lo sabar ya gue selalu ada di samping Lo." Support Dara aku pun hanya tersenyum.

*****

Tringg tringgg...

Bel pulang berbunyi aku segera memasukan peralatan tulisku kedalam tasku.

"Len."panggil David.

"Apa?"tanya ku.

"Hari ini jadi latihan?"tanya David

"Oiya gue lupa. Hari ini gue gak bisa." Dustaku. Sebenarnya aku hanya beralasan tidak bisa karena hari ini moodku sedang turun.

"Kenapa?"

"Gue ada acara." Alibiku.

"Terus kapan dong? Udah enam hari lagi nihh." Desak David.

"Minggu aja deh. Minggu gue kosong." Tawarku.

" Oke deh jangan alesan lagi ya."

"Iya bawel." Aku pun langsung bangun dan berjalan ke gerbang sekolah. Aku berjalan sendirian karena si Dara sedang ke toilet.

Menyetop taksi yang lewat dan memasukinya. Memberi tahu alamat rumahku dan taksi itu segera berjalan.

" Sudah sampai mba." Kata bapak taksi.

"Berapa pak?"tanya ku.

"Karena embak pelanggan pertama saya hari ini, embak hanya bayar 10 ribu saja." Ujar pak sopir.

"Serius pak?"tanya ku senang. Bapak tersebut tersenyum ramah.

"Iya mbak" aku pun memberikan 10 ribu rupiah kepada sopir taksi tersebut.

"Makasih ya pak semoga dapet lagi pelanggannya." Aku pun turun dari taksi dan berjalan membuka pagar. Menutup pintu pagar dan aku melihat ada sepatu yang tidak aku kenali.

'ada tamu?' tanyaku dalam hati.

Memasuki rumah dan aku mendengar suara tawa yang berasal dari ruang keluarga. Aku berjalan mendekat dan aku melihat ada seseorang yang membuat hatiku berdenyut seperti di cubit.

"Alice?"


********

Holaiii aim kombek egenn. ..

Gimana ceritanya??

Sorry ya part ini pendek :(

Tapi nanti gue panjangin part part yang Laen :)))))

Maaf ya kalau ceritanya masih Abal nanti gue bagian lagi ceritanya oke-oke.

Dan sorry kalau masih banyak yang typo.

Tapi kalian jangan lupa COMMENT DAN VOTE nya...

Bubay😘

SpasmènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang