Part 23

1.4K 61 6
                                    

Allen menatap kosong tembok putih didepannya. Tadi, ia pingsan dan dibawa keruang inapnya. Dokter Radit marah padanya karena pergi begitu saja dan menyebabkan dirinya pingsan lagi. Hari sudah semakin malam, Allen disuruh menginap untuk semalam dan diperbolehkan untuk pulang esok sore.

Pintu kamar Allen terbuka dan masuk Dio dengan senyum terukir diwajah tampannya. Allen balas senyum Dio dan berusaha duduk dibantu oleh Dio. Dio duduk disamping brankar Allen dan mengelus puncak kepala adiknya.

"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Dio khawatir. Allen mengangguk tanpa berniat mengeluarkan kata sepatah katapun.

"Besok kita pulang ya? Lo istirahat dirumah. Nggak usah nginep lagi dirumah Dara," Allen terdiam. "Jadi, abang sudah tau kalau gue menginap dirumah Dara?" Tanya Allen dalam hati.

Allen menggeleng, "Enggak bisa. Pasti bokap smakin benci liat gue ada dirumah. Apalagi nyokap. Gue nggak bisa kerumah itu lagi, Bang." Ucap Allen lirih. Dio menghela napas kasar. Mau bagaimana lagi? Ia harus mengalah.

"Yaudah tapi lo harus hubungin gue terus," pesan Dio diserati anggukan Allen.

"Dara nggak kesini?" Tanya Dio yang sedaritadi mencari keberadaan sahabat adiknya.

Allen menunduk lesu. Ia menggeleng dan air matanya kembali turun. Ia jadi ragu untuk kembali kerumah sahabatnya.

"Mungkin sibuk,"

"Kenapa?" Tanya Dio mengangkat dagu Allen pelan. Dio terkejut kala Allen menangis. Ia mengusap air mata Allen yang membasahi pipinya. Allen menggeleng dan kembali menunduk. Dio memeluk tubuh rapuh adiknya. Membawa kehangataan dan perlindungan. Allen nyaman berada dipelukan Dio.

"Dara marah sama gue bang," ucap
Allen disela tangisnya. Hati Dio rasanya remuk kala mendengar ucapan lirih Allen. Dio mengecup puncak kepala Allen.

"Kenapa?" Tanya Dio lembut. Allen diam tidak berniat menjawab.

Dio menghembuskan napas panjang. "Yaudah kalo lo nggak mau cerita, lo tidur ya udah malem." Dio melepas pelukannya dan menyuruh Allen tidur kembali.

Allen tersenyum dan mengucapkan terimakasih dan langsung tertidur. Dio mengelus dan mengecup kening adiknya dan berjalan menuju sofa. Tiduran disofa sambil menatap punggung adiknya nanar. Ia harap, masalah yang menimpa adiknya hilang dalam sekejap.

****

Allen berada di depan rumah Dara. Hari ini ia diperbolehkan pulang dengan catatan harus meminum obat dengan teratur dan harus melakukan kemoterapi. Mau tak mau Allen harus menjalankan apa yang dokter Radit suruh.

Allen menghela napas mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu. Pintu masih tertutup. Kedua kalinya, baru pintu terbuka.

"Mas, Dara nya ada?" Tanya Allen pada kakaknya Dara, Chiko.

Chiko mengangguk dan menyuruh Allen masuk tetapi Allen menolak.

"Lho kok nggak mau masuk? Kamu kan sekarang tinggal dirumah Mas harus masuk dong? Kamu udah Mas anggep adek lho." Ucap Chiko.

Allen tersenyum lalu mengangguk dan berjalan menuju lantai dua. Hingga sampai didepan pintu kamar Dara, Allen mengetuk pintu dua kali dan pintu langsung terbuka.

"Dar," sapa Allen pelan. Ia takut Dara masih marah padanya. Dara diam. Ia menyuruh Allen masuk dan ia mengunci pintu kamar.

Hening menyerang kedua sahabat itu. Sebelumnya, hal ini tidak pernah terjadi pada mereka. Hingga sebuah pertanyaan membuat Allen terkejut.

SpasmènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang