Part 22

1.4K 63 5
                                    

Allen memasuki kamar Dara dengan tatapan kosong. Dara yang sedari tadi menunggu Allen dengan khawatir akhirnya lega ketika Allen telah pulang. Dara menghampiri Allen yang duduk di sofa kamar Dara dan duduk disampingnya.

"Len astaga gue khawatir banget sama lo yang dari tadi belom pulang. Kok lo lama banget sih? Ini udah jam 10 malem dan lo baru nyampe?! Gue dari tadi nelpon lo nggak di jawab gue telpon David juga nggak di jawab. Kalian kemana aja?!" Cerocos Dara. Allen menatap Dara dengan air mata yang menumpuk dikelopak matanya. Dara terdiam dan panik kala air mata Allen turun. Allen menangis mengeluarkan amarahnya pada tangisannya. Tangisan Allen semakin deras disertai isakan yang keluar dari mulutnya. Dara diam menunggu Allen tenang sembari mengusap punggung sahabatnya.

"Gue capek Dar," eluh Allen kala tangisannya terhenti. Dara mengusap air mata Allen yang membasahi pipi mulusnya. Hati Dara sakit melihat Allen yang setiap hari tidak jauh dari kata masalah.

"Kenapa, Len?" Tanya Dara hati-hati. Allen menghapus air matanya yang membasahi pipinya dengan kasar. Ia menceritakan kejadian tadi dengan suara yang serak. Dara tidak habis pikir dengan kelakuan Dylan. Setelah menceritakan semuanya, Dara memberikan Allen air mineral dan langsung dihabisi oleh Allen.

"Gue harus gimana Dar? Dylan nggak main-main sama ucapannya. Gue nggak mau ada korban gara-gara Dylan," ucap Allen.

"Len, kalau saran gue lo laporin kelakuan Dylan kepolisi. Biar dia kena hukuman, Len." Saran Dara yang dibalas gelengan.

"Gue nggak mau bawa-bawa polisi. Ntar gue ditanya ini itu sama polisi."

"Yaudah setidaknya lo cerita sama abang lo. Gue yakin pasti abang lo bakal ngebela lo dan ngejagain lo," saran Dara kali ini membuat senyum diwajah Allen terukir.

"Trus kenapa lo balik sampe jam segini?" Tanya Dara mengintrogasi.

*Flasback on

Keadaan didalam mobil kembali hening. Hanya terdengar suara kendaraan dari luar dan suara hujan beserta petir yang kencang. Allen diam menatap kedepan. Pikirannya kacau dengan pertanyaan bagaimana keadaan David. Sebuah tangan menyentuh dagu Allen membuatnya tersentak. Ia menengok ke samping ditatapnya Dylan dengan tatapan takut. Dylan menatap Allen dengan damai. Ia mencondongkan dirinya ke arah Allen. Allen menggeleng mencoba mendorong Dylan yang semakin mendekat kearahnya.

"Gue cuma mau lo, Len. Nggak ada yang gue inginin selain lo didunia ini." Ucap Dylan yang disertai ciuman tepat dibibir Allen. Allen mendorong tubuh Dylan kencang hingga ciuman itu terlepas.

"Stop Lan jangan kayak gini gue nggak suka!" Bentak Allen.

"Lo sekarang milik gue sepenuhnya," tegas Dylan. Tangan Dylan menarik tubuh Allen dan mendekapnya erat seperti tidak ingin Allen pergi darinya.

"Gue bersumpah Len. Kalau lo ngelakuin hal yang nggak gue suka, gue bakal ngebuat lo hancur sehancur hancurnya." Ancam Dylan. Air mata Allen kembali turun. Ia diam tidak mau membuat Dylan kesal karena takut dengan ancamannya.

Dylan melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Allen dengan lembut.

"Gue nggak suka liat lo nangis. Kalau gue liat lo nangis lagi, gue bakal congkel mata lo dari tempatnya." Ancam Dylan, lagi.

Dylan mengelus puncak kepala Allen dengan lembut. Kepala Allen kembali sakit membuatnya menyenderkan kepalanya di senderan jok. Dylan tidak menghentikan elusan itu dan turun mengelus kedua mata Allen menyuruh gadis itu tidur. Karena terlalu lelah membuang air matanya, mata Allen menjadi berat ditambah elusan Dylan yang lembut membuat Allen tambah mengantuk. Tanpa sadar Allen tertidur disamping Dylan.

SpasmènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang