Part 32

1K 54 7
                                    

David menutup pintu secara perlahan agar seseorang yang sedang tertidur lelap diatas brankar tidak bangun karenanya.

David berjalan perlahan kearah Allen. Duduk dikursi samping brankar Allen.

Mungkin sebagian orang mengira jika melihat wajah Allen saat terlelap berfikir bahwa Allen tidak memiliki masalah dalam hidupnya. Namun siapa sangka, wajah bak malaikat saat tertidur itu memiliki beribu masalah didalam hidupnya.

David tersenyum sembari menelusuri setiap inci wajah Allen. Seperti melihat lukisan yang di lukis oleh pelukis handal tanpa cacat setitik pun.

David mengelus punggung tangan Allen yang bebas dari selang infus. Mengelus dan beberapa kali menciumnya.

"Lo pake pelet apa sih sampai-sampai bikin gue sejatuh ini sama diri lo?" Tanya David pelan. Ia terkekeh karena pada kenyataannya, yang ia ucapkan benar. Dirinya telah terjatuh pada pesona yang Allen pancarkan dari dalam dirinya.

Menurut David, Allen adalah perempuan yang sangat kuat yang pernah ia temui kedua setelah ibunya.

David mengelus kening Allen dengan lembut sembari tersenyum. Namun pergerakan itu terhenti karena Allen membuka mata secara tiba-tiba membuat David terkejut bukan main.

"Kok kaget gitu?" Tanya Allen dengan suara khas orang baru bangun.

David menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Khas dirinya saat sedang salah tingkah.

"Ah en-enggak," ucap David gelagapan.

"Kok gagap gitu sih?" Allen terkekeh.

"Gue nggak kaget kok," gumam David.

Allen tersenyum. Sejujurnya, saat David mengelus punggung tangannya Allen sudah bangun dari tidurnya. Namun, dirinya tetap memejamkan mata menunggu apa yang akan David lakukan padanya.

Siapa sangka, ucapan yang David lontarkan membuat jantungnya berdebar tidak karuan, hatinya menghangat--dan seperti ada kupu-kupu yang bertebaran didalam perutnya.

"Lo belum pulang?" Tanya Allen pada David saat mengetahui sekarang pukul 23.35 WIB.

"Gue ijin jagain lo sama Alex disini," jawab David.

Allen mengerut kening tanda tidak setuju. "Jangan gitu gue ngerasa nggak enak. Besok kan lo sekolah, lagipula udah berhari-hari lo nggak istirahat dirumah. Mending lo pulang aja istirahat biar gue yang sendiri disini. Nggak kenapa-kenapa kok." Saran Allen.

Namun, saran yang Allen berikan ternyata ditolak dengan mentah oleh David.

"Nggak. Gue nggak perlu istirahat di rumah. Lagi pula gue nggak capek-capek banget kok." Tolak David.

Allen menggeleng tegas. "Pokoknya lo harus pulang, istirahat. Ajak Alex buat pulang. Gue nggak mau kapau lo sama Alex malah sakit gara-gara kurang istirahat."

"Gue nggak ak---"

"Pulang." Tegas Allen. Kali ini dirinya tidak mau dibantah. Ia tidak ingin merepotkan orang lain. Cukup orang tuanya saja yang merasa kesusahan-kata Alice- ia tidak mau teman-temannya kesusahan karena dirinya.

"Oke, gue sama Alex bakal pulang. Tapi besok subuh gue kesini lagi oke?" Tawar David.

"Nggak lo kesini lagi abis pulang sekolah. Gue nggak mau lo bolos gara-gara gue." Tolak Allen.

David menghembuskan napas kasar. Mau tidak mau dirinya harus mengiyakan perkataan Allen walau terpaksa.

"Yaudah gue pulang dulu ya, pokoknya lo harus langsung tidur, nggak boleh ngelamun dan mikirin hal-hal yang nggak seharusnya ada dipikiran lo saat ini. Gue pulang dulu. Jaga diri selagi gue nggak ada disamping lo." Pamit David sembari mengacak puncak kepala Allen.

SpasmènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang