Part 45

394 34 3
                                    

Yuk, jangan lupa vote dan comment!

*****

Dara terduduk lemas dengan sebotol air mineral ditangannya. Tadi, Dara sempat pingsan karena mengetahui Allen harus dipindahkan ke ruang ICU lagi karena kondisinya yang kembali kritis.

Didepan ruang ICU, semua diam. Menunduk dengan pikiran kalutnya masing-masing.

Hari semakin larut. Bulan purnama tengah menyinari gelapnya malam. Sekarang pukul 21.10 WIB. Sebanarnya, 2 jam lalu dokter Wahyu telah selesai menangani Allen. Namun, dokter Wahyu melarang seseorang untuk menjenguk Allen.

Januar dan Dina sudah pulang karena paksaan dari Alice. Alice tidak mau terjadi apa-apa dengan orang tuanya itu.

Alice dibiarkan duduk oleh Dara karena tubuh Alice lemas saat mendengar kondisi Allen. Sebanarnya, Dara tidak peduli dengan perepuan itu. Namun melihat wajah lelah dan kusut Dio, Dara menyuruh orang suruhannya itu menjaga jarak.

Pikiran David melayang pada 2 jam lalu saat dokter Wahyu keluar dari ruang ICU.

"Bagaimana kondisi Allen, dok?" Tanya David.

Dokter Wahyu menghela napas dan menatap wajah-wajah dihadapan satu persatu hingga tatapannya beralih pada David.

"Kondisi Allen kembali memburuk membuatnya kembali kritis. Sempat detak jantungnya melemah hal itu membuat tim medis segera memindahkannya ke ruang ICU. Penyakit yang Allen derita, semakin memburuk. Penyakit itu mulai menyerang organ didalam tubuh Allen. Saya mohon, benar-benar memohon untuk saling menjaga Allen. Saya minta, jangan ada yang menjenguknya ke dalam terlebih dahulu. Kita biarkan Allen istirahat beberapa hari." Jelas dokter Wahyu.

David lemas. Tanpa sadar air matanya jatuh mendengar kondisi perempuan yang begitu David sayangi.

Semua diam hingga tangisan Dara mengisi keheningan. Tangisan Dara begitu pilu bagi siapapun yang mendengarnya. Karena saking kejarnya, kesadaran Dara hilang membuat dokter Wahyu dan Dio membawanya menuju ruang dokter Wahyu.

David terduduk lemas dilantai rumah sakit yang hanya ada dirinya, Alice dan tentu orang suruhan Dara yang menjaga Alice agar tidak pergi kemana-mana.

Melihat David yang kacau membuat Alice sedih dan kesal pada dirinya sendiri. Dengan perlahan, Alice berjalan mendekat kearah David.

"Maaf," lirih Alice.

David menoleh kearah samping tepat Alice duduk.

David menghiraukan keberadaannya dan menatap tembok dihadapannya dengan tatapan kosong.

Alice mengigit bibir bawahnya menahan air mata agar tidak membasahi kedua pipinya.

"Maaf karena semua perlakuan dan omongan gue ke lo. Gue nyesel, lo bener, tingkah gue buat dapetin lo murahan. Tingkah gue yang gegabah membuat kondisi kembaran gue sendiri jadi memburuk. Gue tau diri, nggak seharusnya lo atau semua orang disini maafin gue, terutama Allen. Gue nggak patut dimaafin. Gue patut dapet rasa benci dari kalian. Gue patut dapet tatapan hina dari semua orang. Gue patut dapet makian dari teman-teman sekolah." Sesal Alice.

Pertahannya tumbang. Air mata yang sedari tadi Alice tahan luruh membasahi pipinya.

Mengapa dirinya sebodoh ini?! Alice benci dan menyalahkan dirinya.

"Gue patut mati," gumam Alice yang mendapat tatapan sinis David.

Mendapat tatapan itu membuat Alice takut namun tetap melanjutkan ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SpasmènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang