Part 21

1.4K 60 5
                                    

Allen berjalan dikoridor sekolah yang sepi. Semua siswa dan guru sedang berada didalam kelas karena sekarang jam pelajaran sedang berlangsung. Dikelasnya sekarang, pelajaran matematika sedang berlangsung membuatnya suntuk. Untuk itu ia memutuskan ijin menuju UKS dengan alasan pusing. Membuka pintu UKS yang terdapat beberapa siswa PMR sedang berjaga. Melihat Allen memasuki UKS, tiga siswi itu langsung menunduk. Takut pada kakak kelas yang terbilang 'nakal'. Allen menghiraukan mereka dan berjalan ke tirai paling pojok. Melihat brankar yang kosong, Allen langsung tiduran dan memainkan handphone. Banyak pesan dari Dio dan juga Alice yang menanyakan keberadaanya. Mengabaikan pesan dari kedua saudaranya, Allen menaruh handphonenya dan memejamkan mata. Belum sampai 5 menit ia memejamkan mata, seseorang membuka paksa tirai bilik Allen membuat Allen terpaksa membuka kembali matanya.

"Siapasih ganggu aja!?" Bentak Allen. Seorang cowok menarik paksa pergelangan tangan Allen membuat Allen bangun dari tidurannya. Mata tajam cowok didepannya tidak membuat mata tajam Allen gentar.

"Kenapa chat gue nggak lo bales hah?!" Bentak cowok tersebut.

"Emang lo siapa gue?" Tanya Allen dingin.

"Gue pacar lo sekarang." Tegas Dylan yang disambut decihan benci oleh Allen.

"Najis," malas berdebat tidak penting dengan Dylan, Allen menarik tangannya dari genggaman Dylan dan pergi meninggalkan UKS. Melihat Allen sudah keluar dari UKS dan meninggalkannya, Dylan berjalan cepat menyusul Allen dan menarik paksa tangan Allen.

"Apaansi?!" Allen benar-benar marah sekarang. Dulu, ia sangat senang jika berbicara dengan kakak kelasnya ini, tetapi saat mengetahui sifat aslinya Allen mendadak benci.

"Lo sekarang pacar gue!" Bentak Dylan.

"Pacar? Gue nggak sudi jadi cewek lo,"

"Oh gitu? Tandanya lo sudi liat orang yang lo sayang mati ditangan gue?" Ancam Dylan. Allen tidak habis pikir dengan Dylan. Segitukah ia ingin memilikinya hingga nekat melakukan dosa tersebut?

"Psycho," gumam Allen. Mendengar gumaman cewek didepannya, Dylan tersenyum miring merasa puas.

"Gue bakal ngelakuin apapun demi apa yang gue pengen terkabul walau ngebunuh ribuan nyawa pun." Ucap Dylan. Allen menepis genggaman tangan Dylan dan menarik tangannya. Untuk kali ini, ia rela bermain dengan cowok brengsek didepannya demi menyelamatkan orang-orang yang ia sayangi.

"Kalau sampai lo ketauan main dibelakang gue, detik itu juga gue bakal ngebunuh cowok itu didepan lo," ancam Dylan sungguh-sungguh. Jantung Allen berdetak tidak karuan. Ia takut dengan ucapan Dylan kali ini. Benar-benar takut. Allen mengangguk pelan dan pergi meninggalkan Dylan.

"Bangsat cowok tolol nggak punya otak!" Maki Allen. Mood bolosnya turun hingga ia memutuskan untuk kembali kekelas.

****

"Kenapa mulut lo manyun gitu?" Tanya Dara yang menyambut kedatangan Allen. Allen menggeleng dan duduk dikursinya.

"Aneh lo," sindir Dara. Dara kembali memainkan handphonenya untuk berchating dengan gebetan barunya.

"Dar, kemaren Dylan..." Tahan Allen. Allen ingin bercerita, tetapi ia masih menahannya.

"Kenapa dia?" Tanya Dara bingung. Waktu Dylan menyakiti Allen saat pulang sekolah, Allen sudah menceritakannya pada sahabatnya itu membuat Dara mencaci maki bahkan ingin menyantet lelaki itu. Allen menghela napas dan mulai menceritakan kejadian saat pulang berbelanja dengan Dio dan kejadian saat ia bolos pelajaran. Setelah menceritakan kejadian tadi, wajah Dara berubah merah menahan marah. Ribuan caci maki ingin Dara layangkan pada kakak kelasnya itu. Benar-benar sudah keterlaluan! Pikir Dara.

SpasmènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang