Part 1 - Menyapa Jiwamu

92.2K 2.2K 5
                                    

New York, 31 Desember 2017

"Thalia, you can't do this on new year's eve. Kalau kau tidak keluar dari gedung ini 10 menit lagi, aku bersumpah akan memanggil sekuriti untuk menyeretmu ke dalam mobil." keluh Paula, 51 tahun, seorang kepala perawat di lantai 18 gedung rumah sakit terbesar di New York. Dia melirik jam dinding di atas kepala Thalia, sudah lewat dari jam 8 malam. Gemas sekali rasanya melihat sosok di hadapannya yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri itu.

"Sebentar lagi Paula, sebentar lagi. Aku harus menyelesaikan ini. Kau kan tahu lusa aku ada seminar di London dan semua ini harus kutinggal di sini besok pagi." Jawab Thalia tanpa bergeming sedikitpun dari layar komputer di depannya.

"Hanya karena aku absen kemarin, jangan kira aku tidak tahu kalau sudah hampir 2 hari ini kau belum pulang ke rumah, minum 13 cangkir kopi, dan hanya makan 2 kali. Oh ya, ini hasil lab yang kau minta dari Lewis tadi sore." Jawab Paula sambil geleng-geleng kepala dan meletakkan sebuah map biru di meja Thalia. Ia terpana melihat betapa kacaunya isi meja itu dan spontan mulai merapikan.

"Sudah keluar rupanya..hmm..secepat itu. Aku berhutang makan malam pada Lewis kalau begitu." Ujar Thalia pada dirinya sendiri. Kali ini dia berhenti mengetik, melepas kacamata, dan memijat keningnya sambil bersandar. Ia membuka map biru yang diberikan Paula dan tersenyum setelah membaca isinya. "Sesuai yang kuduga." Ujarnya pada diri sendiri, lalu memasukkan map itu ke dalam tas yang ada di belakangnya. Setelah itu ia mematikan komputernya dan berdiri. Detik itu juga bibirnya menganga melihat meja dan ruangannya sudah begitu rapi. Paula tersenyum di sudut ruangan sambil mengibas-ngibaskan kedua tangannya.

"What can I do without you, Paula?"

"Come on baby girl, I know you want to check up your patients before you leave. Aku akan menemanimu. Setelah itu kau harus pulang. Jangan berani bilang padaku kalau kau tidak punya pesta yang akan kau datangi malam ini."

Thalia tertawa sambil merangkul pundak Paula dan mengajaknya keluar dari ruangan itu. "Tentu saja ada."

Setengah jam kemudian keduanya telah selesai mengelilingi 3 lantai pasien dengan biaya rawat inap termahal di gedung itu. St. Claire Hospital, tempat Thalia dan Paula bekerja, adalah salah satu rumah sakit paling terkenal di dunia dan terbaik di Amerika. Secara keseluruhan, rumah sakit itu memiliki 25 lantai. Lantai 19 untuk pasien VIP, lantai 20 pasien VVIP dan lantai 21 penthouse suite. Penthouse di lantai 21 yang hanya tersedia bagi 4 orang pasien, saat ini dihuni oleh lansia-lansia dari "old money bloodlines" di New York.

Sementara turun melalui lift, Thalia menghitung cepat jumlah pasien yang akan dia tinggal selama 5 hari dari 3 lantai tersebut. Totalnya ada 27 pasien. Ia menghela nafas perlahan, bersyukur setidaknya malam ini tidak ada pasien yang kritis dan memerlukan perhatian khusus darinya.

"Paula tolong jaga jangan sampai ada yang kritis selama aku pergi. Stephen dan Leah akan pindah kemari untuk sementara mulai lusa. Aku sudah memberikan nomormu pada mereka." Pinta Thalia. Stephen dan Leah adalah dokter spesialis bedah saraf di lantai rawat inap untuk pasien umum.
"Just enjoy London, baby girl."
"It's not going to be a holiday, Paula.." Jawab Thalia sambil memeluk Paula sambil tertawa, setelah pintu lift terbuka di lantai basement tempat parkir.
"Oh trust me honey, it will be. Happy New Year Thalia."
"Happy New Year."

Basement rumah sakit sudah sepi dari mobil. Thalia menengok ke sekeliling lalu melirik jam tangannya. Hampir pukul 9 malam. Bodoh, ini malam tahun baru.. pikirnya. Ketika akan membuka pintu mobil, Thalia mendengar seorang pria berteriak memanggil namanya.

Teriakan itu begitu dekat sampai Thalia terkejut dan menjatuhkan kunci mobil dan handphone dari tangannya. Ia menoleh ke belakangnya, tidak ada siapa-siapa kecuali mobil yang baru saja melewatinya 2 detik lalu. Mobil itu meluncur mulus keluar dari gedung.
"Doc, are you okay?" tanya sekuriti basement dari kejauhan yang sepertinya melihat Thalia menjatuhkan barangnya.
"I'm fine, thank you."

My Beautiful Doctor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang