Part 6 - It's Not Goodbye

24.2K 1.5K 8
                                    

Thalia bangun lebih awal di hari terakhirnya di London. Seminar akan diakhiri sore ini dan nanti malam ini ia akan langsung kembali ke New York. Thalia sudah tidak sabar kembali ke New York karena ia tahu pekerjaannya pasti sudah sangat menumpuk.

Sehari absen saja terkadang harus ia bayar dengan lembur hingga tengah malam, apalagi hingga 5 hari seperti ini. Thalia mendapatkan banyak kolega baru selama di sini, juga penawaran untuk melakukan penelitian bersama dari beberapa institut di empat negara.

Selain seminar, beberapa hari ini mereka berkeliling ke sejumlah rumah sakit di London untuk beberapa survey. Thalia kagum dengan beberapa inovasi yang sedang dikembangkan dan diharapkan semakin membantu pengobatan pasien kanker di seluruh dunia.

Ketika sudah selesai berpamitan dengan rekan-rekan Dokter yang lain, Tanaka memanggilnya. "Temani aku sebentar mengambil berkas di ruangan May." Pinta Tanaka. Mereka bertiga masuk ke lift bersamaan dengan 2 orang dokter yang kebetulan juga bekerja di Royal Hospital, sama seperti May.

Kedua dokter itu turun di lantai 18. Ketika pintu lift terbuka, mereka turun dan seorang dokter lain masuk didampingi oleh perawat. Perawat itu memeluk beberapa buah map biru berisi file pasien. Tak sengaja mata Thalia membaca nama di map yang paling depan.

C. Harding

Sesuatu mengusik benak Thalia dan memaksanya untuk berbuat sesuatu di luar kebiasaannya. Ketika sudah berada di lobby rumah sakit, Thalia menyuruh Tanaka kembali duluan ke hotel. Setelah itu ia menghampiri counter resepsionis yang berada di tengah lobby.

"Hi, selamat malam, um..saya Dr. Lexington dari New York. Saya ingin meninggalkan sebuah pesan untuk seorang pasien di lantai VVIP, apa boleh saya minta bantuan Anda?" tanya Thalia sambil mengeluarkan buku catatan dan pulpen dari dalam tasnya. Resepsionis itu tersenyum dan mengangguk.

Malam itu Thalia duduk di lounge airport, menunggu panggilan boarding sambil menatap serius layar handphone di tangannya. Ia membuka sebuah video amatir yang berisi rekaman kecelakaan Calvin Harding di malam tahun baru.

My God...poor man.. batin Thalia penuh rasa iba dalam hati. Tak kuat menonton video itu lama-lama, Thalia membuka beberapa situs berita yang memuat kecelakaan itu, dan matanya terhenti pada sebuah situs yang memuat foto Calvin sebelum kecelakaan.

Di foto itu Calvin tertangkap paparazzi sedang keluar dari sebuah hotel mewah bersama seorang wanita. Entah mengapa secuil rasa kecewa terbesit dalam hati Thalia. Belum sempat membaca isi artikel itu, seorang pelayan lounge menghampirinya. "Excuse me Madam, it's time for boarding."

"Selamat pagi Mr. Harding, tidur Anda nyenyak semalam?" sapa perawat sambil membuka tirai jendela di samping tempat tidur Calvin.
"Lumayan." Jawab Calvin sambil tersenyum simpul. Ia berbohong. Sudah sejak beberapa hari lalu ia nyaris tak dapat tidur. Tepatnya setelah ia membatalkan pertunangannya dengan Mia. Wanita itu langsung mengembalikan cincin dari Calvin pada hari itu juga.

Leona dan Richard datang menghiburnya kemarin, namun bukan itu yang ia butuhkan. Calvin butuh udara segar. Rasanya ingin sekali membuka sendiri gips di kedua kakinya dan pergi berlari dari sini.

"Oh ya, seseorang menitipkan ini untuk Anda kemarin sore. Pegawai di lobby yang mengantarkannya pada saya. Saya ingin menyerahkannya tapi Anda sudah tertidur tadi malam." Ujar perawat itu sambil menyerahkan sebuah amplop putih kecil.

"Seseorang?" tanya Calvin sambil membuka amplop itu. Seketika itu ia mencium aroma wangi yang terasa familiar. Shampoo? Sabun mandi? Parfum wanita? Tanyanya dalam hati. Ia mengeluarkan sehelai kertas bergaris warna beige yang sepertinya dirobek dari sebuah buku. Tertulis di atasnya,

My Beautiful Doctor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang