Epilog

41K 1.9K 294
                                    

Thalia menatap kamarnya seisi kamarnya. Lusa ia akan meninggalkan kamar ini dan pindah mengikuti calon suaminya. Calvin telah membeli sebuah rumah, tidak terlalu jauh dari sini, juga tak jauh dari kediaman orang tuanya.
"Perlu bantuan?" Tanya Christy dari belakang.
"I think so." Jawab Thalia. Selain pakaian, ia ingin menbawa beberapa barang dari sini.

Sesuatu yang mungil terjatuh dari dalam salah satu kotak perhiasan ketika Thalia sedang memindahkannya. Ia memungut benda itu.
"Apa itu?" Tanya Christy.
"Sebuah gelang. Sejak kapan aku memiliki ini?" Tanya Thalia sambil menunjukkan gelang tali kulit dengan mata batu berwarna biru tua. Christy tertawa.
"Kau tidak ingat?"
"Ingat apa?"

Christy menceritakan kenangannya saat kehujanan bersama putrinya di sebuah jalanan kecil di Morocco puluhan tahun yang lalu. Termasuk pertemuan mereka dengan seorang ibu dan putranya yang tampan.
"Seingatku anak itu benar-benar tampan sekali. Kalau kau bertemu lagi dengannya sekarang mungkin kau akan terpana."
"Lebih tampan dari Calvin? There's no way." Jawab Thalia dingin. Christy tertawa lagi.

"Dia juga memberikan robot-nya padamu. Apa kau tidak ingat?"
"Wow, mom, I have to admit. Your memory is amazing." Ujar Thalia sambil menunjukkan sebuah robot kecil yang dia ambil dari rak paling bawah.
"Alea, kecerdasan anak adalah warisan dari ibunya." Balas Christy penuh isyarat. Kali ini Thalia yang tertawa sambil mengangguk-angguk.

Sebelum Thalia meletakkan kembali robot itu Christy bangkit dan menarik tangannya. Ia memutar robot itu ke arah bawah. Di kakinya ada nama yang ditulis dengan spidol berwarna hitam. Thalia terkejut dan bibirnya terbuka lebar.
"No way..." Ujarnya tak percaya.
"Yes way." Balas Christy tersenyum.
"I think it was fate." Tambahnya lagi.

Malam itu Thalia memakai lagi gelangnya ketika makan bersama Calvin di sebuah cafe. Hanya saja pria itu belum memperhatikan tangannya.
"Calv?"
"Hmm?"
"Do you believe in fate?"
"Hmm, I think yes. Why?"
"I have something for you."

Thalia berhenti makan dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia menaruh robot kecil yang dibawanya dari rumah tadi siang, dan menaruhnya di depan piring Calvin. Pria itu ikut berhenti makan dan menatapnya tidak percaya sambil memegang robot itu.
"Oh my God. Are we?" Tanya Calvin. Ia semakin terkejut ketika Thalia menunjukkan pergelangan tangannya.
"I think we are." Jawab Thalia sambil tertawa geli.

My Beautiful Doctor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang