Kill Her
·
·
·
·
·
Ravenna terdiam. Ia melihat sebuah rantang yang dibawa oleh Finn, si pemburu. Dengan senang hati Ravenna menerima rantang itu. Ia meminta Finn untuk membuka dan mengeluarkan untuk memastikan jika rantang itu berisi jantung. Tanpa ragu, pemburu berbadan jangkung itu mengeluarkannya.
"Ini jantung puteri Snow White..."
Satu alis Ravenna terangkat. "Aku percaya. Tutup kembali rantang itu dan keluarlah."
Mengikuti apa yang diperintahkan sang Ratu, Finn memasukkan kembali jantung yang ia katakan sebagai jantung milik Snow White ke dalam sebuah rantang dan ia berjalan mundur untuk merninggalkan Ravenna yang tersenyum-senyum kegirangan.
Ravenna menghadap ke cermin dengan senyum lebar tak luntur dari wajahnya. Memastikan Finn menutup pintu dengan rapat, Ravenna kembali menghadap cermin dan bertanya tentang pertanyaan yang memang ia selalu tanyaakan pada cermin ajaib itu.
"Cermin... cermin ajaibku.. katakan sekarang. Siapa wanita yang tercantik yang ada di negeri ini..?"
Cermin itu membentuk sebuah pusara dan sedetik kemudian memunculkan sebuah wajah lembut yang terasa mengerikan. "Tanpa mengurangi rasa hormatku, Yang Mulia.. wanita tercantik di negeri ini adalah Snow white..."
Mendengar jawaban cermin ajaibnya, Ravenna mulai marah. Nafasnya begitu memburu karena kesal. Snow White? Bagaimana bisa orang yang sudah mati masih menjadi yang tercantik?
"Snow White sudah mati. Kau jangan mencoba menipuku!"
"Sungguh, Snow White adalah wanita tercantik di negeri ini. Hingga detik ini, ia masih bernafas."
"Mustahil!! Lihat!!!" Ravenna menunjuk sebuah rantang yang ada di meja. "Itu jantung Snow White! Pemburu itu sudah membunuhnya."
"Itu hanyalah jantung rusa yang didapat dari hutan. Snow White masih hidup, Yang Mulia..."
"Sialan!!!!" Ravenna melempar rantang berisi jantung itu hingga isinya tercecer di lantai. Nafasnya tersengal-sengal karena amarah yang memuncak.
"Katakan.. cermin katakan padaku!! Dimana gadis sialan itu!!!"
"Dia berada di sebuah pondok di sebuah hutan. Tempat tinggal ketujuh manusia kerdil, Yang Mulia..."
"Manusia kerdil? Oh... mungkin dia pikir, manusia kerdil bisa membantunya melindungi diri. tapi tidak. Ravenna tak akan tunduk hanya karena manusia kerdil itu... Tunggu puteriku sayang. Ibumu ini akan datang menyapa," ujar Ravenna lalu tertawa.
*
Suasana pondok kayu itu sangat ramai. Ketujuh kurcaci dan para tamunya memulai sesi perkenalan. Mereka sangat terbuka ketika ada orang baik yang datang ke tempat mereka. Seperti saat ini, tempat duduk mereka sudah berbaur satu sama lain.
"Hey kau, yang bermulut lebar... kau sudah hafal kami?" tanya kurcaci yang selalu bertingkah konyol untuk menghibur yang lain.
"Aku? Apa mulutku lebar?" tanya Yerim pada Mingyu yang ada disampingnya. Ia merasa terkejut dikatai mulut lebar oleh salah satu kurcaci. Mau marah juga tak enak karena ketujuh manusia kerdil itulah yang membantu mereka dalam kesulitan ini.
"Kenapa kau tak marah, huh? Coba jika aku yang mengatakan, kata mutiara pasti keluar dari mulutmu yang sungguh lebar."
Dugh

KAMU SEDANG MEMBACA
The Magical Book √
FanfictionApa jadinya jika tiga orang anak yang berbeda karakter menjelajahi negeri asing? Negeri yang bahkan hanya mereka temukan di buku dongeng atau film? Bagaimana mereka bisa mempertahankan hidup dan bebas dari jeratan atau aturan negeri asing itu? Temuk...