17

1K 181 56
                                    

Realize








Yerim berjalan beriringan dengan Mingyu dan Jungkook. Mereka berjalan kembali menuju desa untuk menyampaikan apa yang memang seharusnya mereka sampaikan pada ayah dari tokoh utama. Sesungguhnya, dalam kisah asli tak ada adegan seperti ini, tapi setiap adegan yang dilalui nampak fleksibel karena mungkin adanya mereka di kisah-kisah yang dilalui.

Perut mereka juga sudah penuh setelah makan buah-buahan yang diberikan oleh Marie. Tidak, kali ini Marie tidak menggunakan magic-nya untuk mengeluarkan buah-buahan. Tetapi, Charlita dan Marie mencari buah-buahan ketika mereka semua masih tertidur.

"Berbicara tentang kisah, setelah kisah ini selesai, kisah apa yang ingin kalian lewati?" tanya Mingyu. Mereka merasa aman berbicara tentang hal ini dikarenakan Ivan, landak yang menunjukkan jalan kembali ke desa berada sedikit jauh di depan. Ivan sengaja pergi lebih dahulu, entah apa yang membuatnya tertarik mendahului orang-orang yang ingin ia tunjukkan jalan.

"Aku berharap selesai," jawab Yerim secepatnya. Jungkook tak bersuara namun mengangguk, setuju dengan harapan Yerim.

"Tiga kisah memang melelahkan. Aku juga tak tau kapan akan berakhir. Tapi, jika memang masih ada kisah, kisah apa yang ingin kalian jalani dan hindari?"

Mingyu masih bersikeras menanyakan hal yang sama.

"Ariel. Aku tak mau. Karena aku tak bisa berenang," jawab Yerim.

"Ariel itu butuh menyelam. Tak hanya berenang," sahut Mingyu.

"Aku mungkin ingin ke dunia aladin. Ada Jasmine kan disana?" Jungkook sedikit bergurau. Yerim tau apa yang dimaksud. Tentu saja Jasmine adalah princess manis dengan pakaian yang minimalis.

"Eyyy... si mesum kembali."

"Jangan berprasangka buruk. Aku ingin kesana karena ingin melihat lampu ajaib secara langsung. Apa aku salah?" Jungkook tak terima dengan tuduhan Yerim.

"Sudah-sudah. Ini bisa berakibat pada 'war' diantara kalian," Mingyu mencoba menengahi.

"Sadar atau tidak, kita banyak belajar dari perjalanan ini," Jungkook menghentikan langkahnya dan menatap langit diatas mereka yang berwarna biru jernih. Tak ada setitik awanpun yang menutupi kejernihannya.

Suasana mendadak berubah menjadi serius. Mingyu dan Yerim sama-sama merenungi pernyataan Jungkook. Benar. Benar adanya. Mereka banyak mengalami perubahan karena perjalanan ini. Nampak sederhana, memang. Dan tak begitu terasa.

"Gomawo...," gumam Yerim.

Jungkook yang beberapa langkah di depan Mingyu dan Yerim membalikkan badannya menoleh pada gadis cantik yang rambutnya kini diikat ekor kuda. Mingyu melangkahkan kaki mendekati Yerim. Gadis itu berkaca-kaca. Kenapa tiba-tiba?

"Pernyataanmu benar, Jeon Jungkook. Aku memahami hidup itu tak mudah. Bahkan, tuan puteri yang ada dikisah ini tak ada yang hidupnya langsung enak sedangkan aku? Sejak kelahiranku, sejak itulah aku tak memiliki eomma. Appa berusaha merawatku dengan oppadeul. Aku tak tau pasti kapan eomma meninggalkan kami, yang jelas, aku hanya tau wajahnya dari foto."

Yerim terduduk di sebuah jalan setapak. Ia mengusap air mata yang sudah tak bisa ia tahan. "Aku dirawat dan diperlakukan seperti tuan puteri. Aku pikir begitu. Tapi, aku sadar. Aku sebenarnya diperlakukan seperti bos. Tuan puteri bisa bekerja tapi aku? Aku hanya menyusahkan appa. Tuan puteri yang kita lewati di buku ini, tak ada yang hidupnya langsung enak. Mereka harus melewati masa sulit untuk bahagia. Sementara aku? Melewati masa enak dan bahagia, tapi setelah di lepas di perjalanan seperti ini? Aku kesulitan. Tanpa kalian, aku pasti tak akan berhasil menyelesaikan satu kisahpun."

The Magical Book √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang