3. Diari Si Jomblo Happy

631 46 71
                                    

Kringgggg.... Kringgg.... Tet... Tet....

Sepertinya alarm sedang rusak. Entah sejak kapan rusaknya. Yang pasti, bunyi tersebut membuat para mahasiswa sweatdrop berjamaah.

Ya, bel yang berbunyi merupakan pertanda bahwa ada pergantian mata kuliah.

"Baiklah anak-anak, kita lanjutkan materinya minggu depan. Dolly Park, kau boleh kembali ke tempat dudukmu." ucap Diluk.
"Baik, pak."

Dolly menurunkan kaki dan kedua tangannya. Ia berjalan menuju tempat duduknya dengan lesu.

Tampak Diluk tengah memberesi buku-bukunya ke tas, juga laptop yang tidak dipakai ia masukkan ke dalam tas. Begitu selesai ia langsung menggendong tasnya.

Rupanya, hari ini Diluk membawa dua tas. Tas pertama berisi buku cetak dan buku peraturan perundang-undangan, alat tulis, dan buku catatan.
Sementara tas kedua merupakan tas laptop dan alat-alat lain yang berhubungan dengannya, termasuk kabel data.

Karena tas pertama berisi cukup banyak buku, maka Diluk merasa terlalu berat membawanya karena dirinya -maaf- terlalu gemuk. Lain cerita jika ia atletis dan tinggi seperti Ade Rai, Agung Hercules, atau Salman Khan. Mungkin ia tidak akan kesusahan seperti sekarang.

Saya sarankan anda untuk diet, pak dosen.

"Biar saya bantu bawakan ke meja bapak." ucap Nathan ramah.
"Oh, terima kasih. Tetapi, bawa ke Ruang Transit saja. Masalahnya, setelah ini saya ada kelas lagi." ucap Diluk senang.

"Sama-sama dan baik, pak."

Diluk menyerahkan tas ranselnya kepada Nathan dan tas tersebut diterima olehnya. Mereka berdua bergegas keluar kelas dengan Nathan yang berdiri di belakangnya.

Saat keduanya berada dekat dengan ambang pintu, tiba-tiba seorang mahasiswi berlari menghampiri Diluk.

"Maaf, pak, ini spidol yang sempat bapak lempar tadi." ucap mahasiswi itu lalu menyerahkan spidolnya.
"Oh, terima kasih."
"Sama-sama, pak. Permisi." ucap mahasiswi itu undur diri dan dijawab anggukan Diluk.

Mahasiswi itu pun menjauh meninggalkan Diluk dan Nathan sementara Diluk dan Nathan melanjutkan langkah mereka.

Diluk senang karena masih ada manusia berjiwa malaikat di dunia yang kelam ini. Maksudnya manusia di sini adalah mahasiswa. Ia sangat mensyukuri ini dan bangga pada anak-anak didiknya. Buktinya adalah Nathan dan mahasiswi tadi.

Dan Diluk menjadi tambah senang karena nyatanya mereka menolong dan membantunya dengan ikhlas. Dan karena keikhlasan hati mereka, ia tidak segan-segan memberi nilai A+ kepada mereka meskipun nilai akhir mereka buruk. Dapat C misalnya.

Jadi, di balik galaknya seorang Diluk, rupanya ia menyimpan kebaikan yang sayangnya tidak disadari para mahasiswa.

Tunggu, apa itu artinya Nathan akan mendapat nilai bagus di semester ini? Semoga saja. Hehehe.

Sementara itu, di kelas Dolly hanya memerhatikan mereka berdua dalam diam lalu menghela nafas.

"Haa, hari ini aku sial sekali."

Selesai mengemasi buku dan alat tulisnya, ia pun segera pergi meninggalkan kelas menuju tempat parkir untuk bertemu Ryan, Layla, dan Dylan.

🎍 🎍 🎍 🎍

Akhirnya, Nathan dan Diluk sampai di Ruang Transit. Di sana ada beberapa guru dan petugas transit yang sedang makan, mengobrol, atau sedang bekerja.

"Selamat siang, Pak Diluk," sapa Sora Wang, dosen Hukum Perdata yang juga mengampu mata kuliah Perbuatan Melawan Hukum.

"Selamat siang, Bu Acnee." sapa Diluk ramah.
"Ah, panggil saja Sora."
"Baik, Bu Sora."

Jomblo Ngenes vs Jomblo HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang