Mata kuliah pagi itu akhirnya selesai dan semua mahasiswa berhamburan keluar dari kelas. Tampak Nathan dan Suho tengah membawakan tas milik Sora untuk dibawa ke ruang transit. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap nyalang ke arah mereka. Nathan sendiri tidak menyadarinya karena dia bukan 'The Gamer' yang mempunyai kemampuan untuk merasakan bahaya. Jadilah ia terkesan masa bodoh dan dengan senyum manisnya berjalan masuk ke ruang transit.
"Letakkan saja di sini." ucap Sora.
"Baik, bu. Kami permisi dulu."
"Terima kasih banyak."
"Sama-sama."Keduanya pun segera keluar dari ruangan. Tetapi, begitu sampai di dekat pintu, tiba-tiba tangan Nathan ditarik dan itu membuatnya terkejut.
"Dylan..."
"Ikut aku. Aku mau bicara empat mata denganmu!"
"Suho, kau pulang duluan saja. Aku ada urusan dengan anak ini."Bukannya menjawab, Suho malah diam saja. Begitu keduanya tidak terlihat lagi. Suho berlari untuk mengejar Nathan.
'Ada yang tidak beres. Aku mencium bau-bau pertengkaran.'
Dylan mengajak Nathan ke belakang kantin. Di belakang kantin terdapat sebuah lahan kosong yang jarang dihuni para mahasiswa. Dan faktanya, hanya Dylan yang mengetahui tempat itu.
Karena menggunakan pagar kawat, terpaksa Dylan dan Nathan melangkahinya dengan hati-hati. Beruntung mereka tidak terluka sehingga mereka sampai di tempat dengan aman.
Suho sendiri tidak mungkin mengejar sambil menaiki pagar itu. Akhirnya, ia berhenti berlari lalu sembunyi di balik pohon dekat dengan lahan itu. Ia menguping pembicaraan mereka karena selain kepo, ia juga khawatir, takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya satu ini.
"Ada apa?" tanya Nathan dingin. Berbeda dengan sikapnya selama ini terhadap Kory dan yang lainnya. Ya, katanya ini berlaku untuk Dylan, Ryan, Dolly, dan Layla (tetapi sekarang tidak sejak insiden Layla memberi cokelat pada Nathan pada hari valentine bulan lalu).
"Kemarin untuk apa kamu beri boneka kepada Layla?"
Deg
Nathan yang mendengarnya terkejut. Bagaimana Dylan bisa tahu?
Nathan terdiam, berpikir. Benar juga. Kemarin ia ada di kampus bersama Suho dan Layla. Dan mungkin Dylan melihatnya karena kebetulan ia ada di kampus. Dan lagi, tidak hanya ia yang melihat. Teman-teman lain juga. Jadi, kenapa ia harus kaget dan khawatir?
Ah, Nathan lupa lagi. Wajar ia kaget. Itu karena hal itu terkait siapa Layla dan siapa dirinya.
Tetapi, seperti kata Layla. Mereka berteman dan valentine serta white day tidak hanya untuk mereka yang pacaran, kan? Buktinya, ia memberikan kado untuk teman-teman di kampus ini yang notabene sudah punya pacar (dan itu bukan dirinya) dan itu tidak menjadi masalah. Jadi, kenapa terhadap Layla malah jadi masalah?
Apa karena dulunya Dylan adalah sahabatnya?
Ini membuat Nathan pusing dan cemas. Namun, ia berusaha untuk tenang dan ia berusaha untuk bersikap senormal, senetral, dan sealami mungkin.
"Ada masalah?" tantang Nathan dan ia pun menyeringai.
"Tentu saja."
"Apa karena kau sahabatku-ralat, temanku?"
"...""Nyatanya, teman-teman lain tidak masalah pacar mereka mendapat kado dariku. Tetapi, kenapa kamu marah?"
"Kau!" gerutu Dylan kesal.
"Apa?""Jawab pertanyaanku!"
"Lah, kan tadi sudah dijawab?"
"..."
"Kau ini mendengarkan atau tidak, sih? Atau kamu tuli?" ejek Nathan. Mendengar pertanyaan Dylan membuatnya kesal juga."Naaaaaathaaaaannnnn!!!!" gerutu Dylan murka. Nathan yang melihatnya malah tersenyum sinis.
"Dan lagi, ada baiknya kau tanya pada pacarmu. Jangan tanya padaku."
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Ngenes vs Jomblo Happy
FanficKata siapa jomblo itu akhir dari dunia? Hanya Kory Char yang bilang. Waktu demi waktu kadang ia isi dengan tangisan karena dirinya jomblo. Jomblo ngenes, pikirnya. Tetapi, berbeda dengan Nathan Ogong. Ia sendiri senang dikatai jomblo. Bahkan, ia men...