27. Masa Lalu (2) Bagian 1

249 20 36
                                    

Ini adalah sebuah kisah tentang persahabatan antara Nathan, Kory, Ryan, dan Dylan. Sebuah kisah yang di dalamnya terselip konflik keluarga antara Ryan dan Kory. Ya, konflik mereka masih berlangsung hingga sekarang dan hanya kedua teman mereka yang bisa mendamaikan mereka.

Persahabatan Ryan dan Kory dengan Dylan dan Nathan dimulai ketika mereka diterma menjadi mahasiswa baru fakultas hukum di sebuah universitas negeri. Ketika menjalani ospek (MOS versi sekolah menengah), mereka berada dalam satu kelompok. Mereka adalah mahasiswa yang supel, terbuka, baik, dan ramah kepada siapa saja. Makanya mereka disukai oleh teman-teman mereka. Selain itu, mereka termasuk pandai sehingga mereka menjadi bintang di kelas mereka.

Namun, reputasi tersebut tidak sebanding dengan hubungan baik antara keduanya. Bukan, bukannya mereka bertengkar satu sama lain, melainkan hubungan Ryan dan Kory yang masih memburuk. Nathan yang mengetahuinya merasa sedih dan bete. Akhirnya, ia diskusi dengan Dylan dan mereka mencapai suatu kesepakatan.

"Kita tidak mungkin terus seperti ini, kan? Percuma tampak bersinar dari luar tetapi di dalam..." keluh Nathan.
"Kita harus melakukan sesuatu, Nathan."

"Kau benar, Dylan."
"Lalu, apa kau punya ide?"
"Hm, biar kupikirkan."

Dan mereka pun terdiam. Tampak Dylan berpikir keras sementara Nathan diam menatapnya. Lama terdiam membuat Nathan tidak betah. Ia pun tiduran di sofa yang ia duduki. Akhirnya, Dylan tersenyum simpul karena ia mendapat sebuah ide.

"Aku punya ide."
"Benarkah?"
"Yap."
"Apa itu?"
"Bagaimana kalau kita mengancam mereka?"

"Caranya?"
"Kita tidak mau berteman dengan mereka jika mereka terus saja bertengkar."
"Apa kau yakin ini akan berhasil?"

"Kita coba saja."
"..."
"Apapun masalahnya, kita tidak bisa tinggal diam, bukan? Mereka teman kita. Dan kita harus melakukan sesuatu jika kita ingin persahabatan kita selamat."

"Kau benar. Kapan kita akan melakukannya?"
"Besok saja di kampus. Hari ini aku mau mengerjakan tugas."
"Aku juga. Aku mau pulang dulu. Dah."
"Dah."

Nathan berpamitan pada Dylan lalu ia berjalan menuju teras. Setelahnya, ia berjalan menuju taman dan memasuki mobilnya yang terparkir di sana. Ia nyalakan mesin mobilnya lalu mobil Nathan memutar balik kemudian melaju meninggalkan rumah Dylan. Dylan yang mengantar Nathan sampai ke teras segera berbalik lalu berjalan ke dalam rumah kemudian menutup pintu.

🎍 🎍 🎍 🎍

Keesokan harinya, Dylan dan Nathan melancarkan rencana mereka, mumpung mereka sedang berkumpul. Tampam Ryan dan Kory saling membuang muka. Nathan dan Dylan menggeleng kepala mereka lalu menghela nafas.

"Betah amat diem-diemannya. Padahal dulu kalian tidak begini, loh." cibir Dylan.
"Itu karena Ryan menyindirku." jawab Kory.
"Menyindir apa?" tanya Nathan.

"Menyindir hasil kuisku yang mendadak rendah."
"Dapat C kok bangga? Hha!" cibir Ryan.
"Daripada D, tidak aman. C kan nilai tengah?" bela Kory.

"Sudah, sudah, jangan bertengkar. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana caranya memperbaiki nilaimu di kuis berikutnya- itupun kalau ada lagi." ucap Nathan.

"Yang dikatakan Nathan benar. Kalau nyatanya tidak ada kuis lagi, maka di Ujian Akhir Semester ini kau harus dapat nilai bagus. Itu artinya, kau harus belajar lebih giat lagi." ucap Dylan.
"Baiklah." jawab Kory lesu.

"Tenang, kami akan membantumu." ucap Nathan sembari tersenyum simpul.
"Ya, kalau ada materi yang susah, tanya saja pada kami. Siapa tahu kami bisa membantu." ucap Dylan.

"Terima kasih, teman-teman. Kalian memang yang terbaik." ucap Kory terharu. Kedua matanya berkaca-kaca dan setitik air mata jatuh membasahi pipinya.

Jomblo Ngenes vs Jomblo HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang