23. All the Things in One Party

343 24 14
                                    

Nokwon buru-buru mengejar Chanli dengan menaiki sepeda motornya. Demi sebuah maaf, ia rela melakukan apa saja, termasuk menghalau laju sepeda motor Chanli. Chanli yang terkejut segera mengerem mendadak sehingga sepeda motornya mendadak berhenti. Hampir saja sepeda motornya menabrak sepeda motor Nokwon. Chanli melepas helm full face miliknya lalu menatap sebal ke arah sang kekasih.

"Apakah kakak sadar bahwa apa yang kakak lakukan itu berbahaya? Kalau aku sampai menabrak kakak bagaimana?"
"Kalau menabrak hatiku tak apa. Akan kusambut dengan tangan terbuka dan-"

"Malah menggombal." gerutu Chanli kesal. Ia bersidekap lalu membuang muka.
"Namanya juga usaha, dek."
"Hhh!" ucap Chanli sembari memutar bola matanya bosan. Nokwon yang melihatnya malah nyengir keledai.

"Sudahlah jangan marah-marah lagi."
"..."
"Aku akui aku salah. Kau benar. Seharusnya aku fokus pada Nathan, bukannya memperkeruh masalah dengan cara membalas dendam pada Dylan."
"..."

"Jadi, kumohon maafkan aku, Chanli."
"..."
"Jangan marah lagi, ya? Aku tidak sanggup hindar menghindar, tidak berkomunikasi, dan menjaga jarak denganmu."
"..."

"Kau tahu? Aku sangat mencintaimu. Aku sepi tanpamu. Rasanya hati ini sakit bila kita begini terus. Jadi, aku mohon maafkan aku."

Mendengar penuturan Nokwon membuat Chanli tertegun lalu berpikir. Ya, sebenarnya ia merasakan hal yang sama. Menjauhi sang kekasih karena marah padanya itu membuat hatinya sakit. Ia merasakan sepi dan sedih karena tidak berkomunikasi dengannya. Dan ia sudah tidak tahan lagi.

Chanli meletakkan helmnya di kaca spion lalu turun dari sepeda motornya. Ia dekati sang kekasih lalu berjalan ke arahnya.

"Apa kakak sungguh-sungguh tidak akan akan mengulanginya lagi?" tanya Chanli memastikan.
"Aku janji. Kalau aku melanggar, kau boleh membunuhku."
"Jangan!"

Chanli berlari ke arah Nokwon lalu memeluknya erat. Tangisnya pun pecah dan ia pun menggeleng berkali-kali. Nokwon yang melihatnya tersenyum lalu membalas pelukan Chanli.

"Jangan bilang begitu. Aku tidak mau kehilangan kakak."
"Aku hanya menawarkan, kok."
"Pokoknya tidak mau!"
"Hahaha." bukannya menghibur sang kekasih, Nokwon malah tertawa. Alhasil, Chanli cemberut melihatnya dan mencubit pinggang Nokwon, tentunya setelah mereka melepas pelukannya.

"Aw, sakitlah." keluh Nokwon sebal.
"Rasakan!"
"Rasakan sensasi segar dari harumnya bunga Lily Prancis dalam Melte."

"Malah ngiklan. Hhh!" gerutu Chanli sweatdrop sementara Nokwon menjulurkan lidah untuk mengejek Chanli.

Chanli yang kesal pun menggelitiki Nokwon. Nokwon kegelian dan tertawa terbahak-bahak dan ini membuat Chanli ikut tersenyum. Gantian Nokwon yang menggelitiki Chanli dan ia pun tertawa terbahak-bahak. Ketika ada kesempatan, Chanli kabur dan jadilah mereka main kejar-kejaran.

Mereka terus kejar-kejaran sampai matahari terbenam. Ketika itu tiba, mereka menghentikan aktifitasnya.

"Lihat, mataharinya mau tenggelam."
"Wah, indahnya..." puji Chanli kegirangan. Kedua matanya berbinar dan ia pun berjingkrak-jingkrak.

Mereka duduk berdua sambil menatap indahnya matahari terbenam di bangku taman di sekitar mereka. Mereka bergandengan tangan dan Chanli menyandarkan kepalanya di bahu Nokwon. Nokwon menoleh ke arahnya lalu tersenyum simpul.

"Apa itu artinya kau sudah memaafkanku?"
"Um." jawab Chanli sembari mengangguk.
"Terima kasih, Chanli. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."
"Janji?"
"Janji."

Mereka menautkan jari kelingking mereka tanda mereka berdua berjanji. Mereka tersenyum bersamaan dan kembali menatap matahari tenggelam.

"Oh, aku punya ide."
"Apa?"
"Aku ingin mengadakan pesta."
"Untuk apa?" tanya Chanli penasaran.

Jomblo Ngenes vs Jomblo HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang