21. Kena Tipu

317 24 103
                                    

Jalan-jalan di Kota Deado pada siang hari ini sangatlah ramai. Padahal jam berangkat kerja sudah lewat dan jam makan siang belum tiba tetapi kemacetan telah terjadi. Suara bising jalan menambah buruk suasana pada pagi ini (karena masih sekitar jam 10:37). Beruntung jalan yang dilalui sepeda motor yang dikendarai Nokwon dan Chanli tidak begitu macet sehingga ia tidak begitu telat mengantar sang 'kekasih' (?) pulang.

"Setelah sampai di perempatan kita belok kiri ya, kak."
"Baiklah."

Tetapi, siapa sangka di tengah kemacetan ini dimanfaatkan Nokwon sebaik-baiknya? Yep, ia memanfaatkan momen ini untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ya, sembari menunggu kendaraan di samping dan di depannya bergerak- yang dapat ia pastikan ini akan lama terjadi, ia mengambil smartphone di saku celana panjangnya dan mengecek apakah ada notifikasi chat atau pesan singkat yang masuk ke smartphonenya atau tidak, dan ternyata ada.

Dua chat dari sang peretas.

Ia membacanya dengan teliti dan juga hati-hati. Perlahan Nokwon mengeratkan tangan kanannya, menahan kesal. Ia buru-buru membalas chat sang peretas dan setelahnya ia mengirim chat...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kepada Dylan?

Oh, tidak, dia membuat janji dengannya. Mereka ingin bertemu? Jam 01:00 dini hari di depan universitas? Ada apa ya kok ia ingin bertemu Dylan?

Dan rupanya, tidak hanya Nokwon saja yang melakukannya. Nathan dan Kory juga. Namun khusus untuk Kory, ia tidak mengajak Dylan bertemu, melainkan Hail. Kebetulan lokasi mereka bertemu serta waktunya sama. Bukan, bukannya mereka ikut-ikutan melainkan karena kebetulan memang lokasi dan jamnya sama. Itu karena jam sembilan atau jam sepuluh masih suka dilewati anak-anak kampus sehingga persentase untuk ketahuan sangatlah tinggi. Berbeda dengan jam satu malam.

Setelah selesai dengan urusannya, ia memasukkan smartphonenya lagi ke dalam saku celana dan mulai menjalankan sepeda motornya karena kendaraan di depannya mulai bergerak. Tanpa ia sadari di belakangnya terdapat seorang gadis yang menatapnya cemas, entah mencemaskan apa.

'Kak Nokwon...'

Tidak lama kemudian kemacetan pun berakhir. Setelah sampai di perempatan, motor yang mereka kendarai berbelok ke kiri. Motor tersebut terus melaju lurus sesuai petunjuk yang diarahkan Chanli. Karena kadang mengebut, Chanli jadi ketakutan sampai-sampai ia melingkarkan tangannya ke perut Nokwon agar ia tidak jatuh. Sengaja atau tidak, Nokwon yang merasakannya malah nyengir keledai sementara Chanli bersemu merah karena menahan malu.

Mungkinkah Nokwon melakukannya agar Chanli berhenti cemas padanya? Entahlah. Hanya Nokwon dan tuhan yang tahu jawabannya. Tetapi, jika memang itu alasannya, maka Nokwon salah besar.

Chanli-amat-sangat-mengkhawatirkannya.

Tanpa terasa mereka sampai di mansion dimana Chanli tinggal sesuai dengan petunjuk yang diarahkan Chanli meski kadang ia memberikan arahan sembari melamun. Contohnya seperti sekarang ini.

"Chanli."

Dan Chanli masih tidak merespon.

"Chanli."

Lagi-lagi tidak merespon. Apa anak ini pingsan? Pikir Nokwon.

"Sayang, kita sudah sampai."

Begitu mendengar panggilan terakhir Nokwon membuat si empu pemilik nama tersadar dari lamunannya. Ia kembali bersemu merah mengingat panggilan terakhir Nokwon, dimana ia memanggilnya dengan sebutan 'sayang' namun tidak lama. Ia menggeleng cepat dan ini membuat Nokwon menaikkan satu alisnya, heran.

"Y-ya?" ucapnya terbata. Ia masih malu karena ketahuan melamun.
"Kita sudah sampai."
"Oh."

"Atau kau mau ikut denganku ke kantor papa? Sekalian kukenalkan dirimu padanya lalu kita jalan-jalan kemudian pulang?"

Jomblo Ngenes vs Jomblo HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang