Depression

2.1K 330 2
                                    

Bukan nya membujuk Friska agar tak lagi marah, Randi malah sama sekali tak menghiraukan Friska apalagi memberinya kabar.

"Apa ini akhir dari segalanya? Tapi nyatanya aku gak mau semua ini berakhir."

Betapa sulitnya mencari sesuatu untuk dijadikan berarti 'Lagi' . setan mana yang berani membuatnya ragu seperti ini.

Gadis itu duduk sendiri di pojok ruangan seraya meneteskan air matanya. Lalu mengambil pulpen diatas meja belajar dan secarik kertas untuk dijadikan tulisan pasal isi hatinya saat itu

Hari ini aku tidak bertemu dengan nya... Bagaimana aku bisa tahu rindu ini tertuju untuknya? Sedangkan ia  jarang memberi kabar.

Rasa ingin marah, kesal semua bercampur aduk.

Jiwa ini penuh kecanggungan, sekalinya datang ia selalu memamerkan keelokan nya. Tapi sekalinya hilang dia meninggalkan kerinduan dan amarah. Sungguh Hebattt!

tulisnya di secarik kertas tersebut.

Friska tak berhenti membodohi diri dengan kata cinta yang sekarang ia katakan adalah ilusi tanpa logika.

Drrttt  Drrrrtt

Ponsel diatas nakas tiba-tiba berdering pertanda ada tlp masuk. Dengan badan tergontai ia berdiri dan hendak mengambil ponsel tersebut.

"Halo" Ucap seorang pria dari ujung sana

"Hm?" Suara Friska terdengar lirih

"Kamu gak kenapa-kenapa kan?"

"Baik-baik aja kok"
'Aku kenapa-kenapa Ran'

"Beneran? Fris tolong jangan bohong. Aku mau minta maaf sama kamu soal kemarin"

Friska menghela nafasnya panjang, dengan berat hati ia harus bilang "Sebelum kamu minta maaf, aku udah maafin kamu "

"Kamu kenapa? Nangis?Udah yaaa, kita ketemu sekarang aku jemput kamu"

'Ah tidak, gue belom siap' - Friska
"Gak bisa Randi, hari ini ada acara keluarga papa"

"Yahh, aku kan pengen selesain semuanya, jadi kapan kita bisa ketemu?"

"Aku belum tau, sekarang juga masih ga enak badan mau sekolah"

"Kamu pulang jam berapa dari acara keluarga? Kalo udah pulang kabarin aku ya, aku langsung kerumah kamu"

"Ga bisa Ran, belum tentu balik nya kapan, karena aku perlu nenangin diri dirumah oma"

"Friss, udahh. Kalo kita ketemu kamu bakal tenang, aku bakal jelasin semuanya"

"Jelasin apalagi? ga ada yang perlu di jelasin,aku gapapa. Kan udah selesai, aku gak mempermasalahin lagi"

"Aku tau kamu pasti kenapa kenapa, aku kerumah kamu sekarang"

"Rann ga usah"

Tuuut tuutt tuuutt

Tlp terputus sepihak "Memang keras kepala"

▪▪▪


Pria itu masuk menuju kamarnya mengambil dompet, jaket serta kunci mobil.
Iapun bergegas mengeluarkan mobil dari garasi nya dan segera kerumah Friska

Skipp

Tok tok tokk

"Ehh nak Randi tumben mampir, mau cari Friska ya? Friska ada kok didalem, dari kemaren sore dia ga mau  keluar dari kamarnya. Tante takut dia kenapa kenapa"

"Eh iya tante. Tante aku boleh izin masuk nemuin Friska?" Ucap Randi sesopan mungkin

"Ya boleh silahkan, Randi tante minta tolong ya bujuk Friska biar mau makan"

"Iya tante"

Randi pun segera menaiki satu persatu anak tangga
Dan tepat di kamar paling pojok, adalah kamar Friska. Hah, ternyata kamar nya gak di kunci.
Randi pun masuk kedalam kamar meratapi Friska yang sudah terkulai lemas diatas kasur dengan selimut yang menutupi sekujur tubuh.

"Friska" Randi cemas lalu memeluk erat gadis itu

"Kamu pucat Fris, ini yang kamu bilang gapapa? hah!?"  Ucap pria itu khawatir

Terlihat di depan kamar sudah ada wanita paruh baya yang mengantar makan untuk Friska

"Randi, tolong ya"

"Iya tante"

Wanita itupun pergi meninggalkan sepasang kekasih ini 

"Fris kamu harus makan"
Friska menolak dengan menggelengkan kepalanya dan terus menutup rapat mulutnya

"Friska..  Ayooo sayangg Aaaaaaa"
Namun gadis itu masih tidak mau membuka mulutnya

" Fris ayo dong 5 suap aja, demi aku.. Ya ya ya makan ya plis" Randi mulai memasang wajah melas nya agar Friska mau makan.

~Amm~
Yash akhirnya satu suap sudah mendarat di dalam mulut gadis itu

Setelah makan, semua sudah beres. Randi pun membawa Friska ke taman tepatnya berada dibelakang rumah Friska.

"Friss maafin aku ya, mungkin cuma kata itu doang yang aku keluarin dari tadi, cuma maaf"
Randi menatap Friska dalam

"Aku ga ada hubungan apa apa sama Liza, cuma sebatas temen curhat aja"  Sambungnya

"Iyasih yaudah, aku udah ngelupain. Udah capek aku bahas bahas kek gitu"  Friska menjawab itu hanya memasang muka datar

My Ex Is My Husband [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang