Membantu Teman? atau Mantan??

1.9K 313 7
                                    

Saat itu Friska mencoba melupakan semua kejadian itu.

Friska menunggu Randi di dalam mobilnya. Ia memandang heran rumah Randi karena hari ini rumahnya agak ramai.

Tak lama kemudian, keluarlah Randi dengan wajah yang tak bersahabat, ia menaiki mobil Friska tanpa suara. Friska yang paham situasi hanya diam, ia tidak mau bertanya dulu karena itu akan memperburuk suasana hati Randi

Sepi

Diam

Hening

Tiba tiba Randi mengeluarkan suara

"Friska" panggilnya dengan menatap kearah Friska.

"Kenapa?" Friska menoleh sebentar, sementara Randi terus menatapnya.

"Gimana pendapatmu tentang membantu teman?"

Friska agak mengerutkan dahinya bingung kenapa tiba tiba Randi bertanya seperti itu.

"Menurutku itu hal yang bagus, sesama teman memang harus saling membantu. Iya kan." Friska masih melihat kedepan.

"Bahkan harus mengorbankan apa yang kamu punya?" Tanya Randi lagi sambil mencondongkan tubuhnya kearah Friska.

"Yaaa kalau kita mampu, kenapa nggak? Tunggu, kenapa kamu nanya gitu" ucap Friska sambil menoleh kearah Randi
"Ada sesuatu yang kamu sembunyiin??" Lanjutnya.

"Kalau aku membantu Liza untuk menyelesaikan masalah dengan mantan pacar nya gimana?"

"Maksud kamu?" Tanya Friska semakin bingung.

Randi hanya diam sebentar. Salah. Harusnya awalanya bukan dari situ.

"Heii kamu belum jawab pertanyaan aku" ucap Friska dengan suara meninggi naik satu oktaf

"Lupakan, aku cuma penasaran" Randi memandang kedepan seraya melamun

Friska menghela nafasnya kasar... Paham dengan sifat Randi yang suka seenaknya itu,
Obrolan itupun terhenti dan mereka berdua hanya saling diam. Hening, tidak ada yang berusaha memecahkan keheningan itu.

"Ohya kita mau kemana" tanya Randi dengan seolah melupakan semuanya

"Gak tau" Friska dengan wajah datarnya

"Kita duduk di taman biasa aja ya" ucap Randi

Friska menaikan sebelah alisnya menandakan iya, dan mereka pun langsung menuju ke taman tempat biasa mereka bermain..

▪▪▪

"Hari ini lagi sejuk ya" Randi tersenyum seraya melihat air mancur yang ada di depan nya

"Heh iya" Friska tersenyum selintas

"Semoga kita bisa sering sering kesini, berdua" Randi melihat ke atas langit penuh harap

Randi menatap wajah Friska yang dari tadi hanya diam.

"Aduhh! Sakit tauk" ucap Friska sambil menggosok pipinya setelah di cubit Randi

" haha, kamu tu mikirin apa sih" tatap Randi

Friska masih menggosok pipinya meringis

"Udah ah jangan nangis, nanti cantik nya ilang lohh" goda Randi

"Ih, apaansi"
Wajah Friska masih terlihat cemberut walau agak sedikit merah karena di goda Randi.

"Tuhkaaaaaaannnn, wajah kamu merah Hahahah" Randi terus mengejek Friska

"Enggaakk"

"Ohya, maksud kamu apasih mau bantu Liza nyelesain masalahnya" lanjut Friska melihat kearah Randi

"Emm,,,,Enggak sihh. Masih ragu juga" Jawab Randi gagu

"Jelasin sekarang!"Friska yang sedari tadi diam, akhirnya mengeluarkan suara dengan sedikit membentak

Randi menghela nafasnya panjang
"Jadi gini, Liza emang lagi butuh perhatian, dia butuh teman curhat. Jadi untuk sementara waktu aku nemenin dia, ga papa kan?" Randi yang awalnya menghadap ke depan, mengubah posisi duduk nya melihat kearah Friska

"Kamu bilang gapapa?" Tanya Friska, kini wajahnya tampak serius dengan ucapan nya
"Gimana perasaan kamu kalo kamu diposisi aku? Aku yang enak enakan jalan sama mantan aku? Gimana perasaan kamu? Sambung gadis itu

"Engga bukan git---"

"Udahlah! Dari kemarin tiap kita punya masalah, aku coba lupain semua. Mungkin emang aku bener bener butuh waktu buat semua ini" Benar, belum selesai penjelasan Randi tapi Friska memotong itu.

"Aku bisa pulang sendiri" gadis itu beranjak hendak pergi

"Aku anter"

"GAK USAH!"

▪▪▪

Setibanya dirumah

Brughh

Friska membanting tasnya kelantai dan menendang keras pintu kamarnya lalu menguncinya agar tak seorang pun dapat masuk kedalam.

Friska terduduk disudut ruangan dan masih memikirkan apa maksud Randi tadi.

"Seiring berjalan nya waktu, nampaknya janjimu mulai menjadi semu. Ingkar sudah didepan mata, namun lucunya aku masih bertahan" gumam Friska dengan senyuman kecewanya


▪▪▪


Keesokan nya, Friska belum juga keluar kamar sejak sore kemarin ia hanya berdiam diri dikamarnya.

Tok tok tok

"Friskaa, keluarlah.. Dari kemarin kamu belum makan" wanita paruhbaya itu sudah berkali kali mengetuk pintu kamar Friska, tapi tak ada sedikitpun suara didalam,
Ternyata di depan kamar Friska pun sudah ada ayahnya juga.

"Friska! Keluar atau akan ayah dobrak pintu ini Friska" teriak Albert

Friska tidak ambil pusing, ia kembali menarik selimutnya sampai menutupi kepala.

"Yasudah ayah beri waktu, kalau sampai nanti sore gak keluar juga, akan ayah hancurkan pintu ini" lanjut Albert

•••

My Ex Is My Husband [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang