Randi pov
Hari ini Liza ngajak gue untuk pergi nonton. Karena gue tau rasanya susah Move on itu gimana. Jadi gue berniat buat nemenin dia. 'Sombong' itulah cacian Liza kalo gue gak nemenin dia.
"Dari kejadian kemarin, kamu masih ngejalanin hubungan sama Friska?" tanya Liza, ia tampak serius menanyakan hal itu
"Alhamdulillah masih kok" jawab gue santai
"Oh..." liza menganggukan kepala, menutup rapat mulutnya dan menaikan alis nya sebelah kiri seolah menyembunyikan sesuatu.
Disepanjang perjalanan, perasaan gue was-was. Merasa ada yang merhatiin dari jauh tapi siapa? Friska? Bagaimana perasaan Friska jika lihat gue jalan dengan Liza? Semoga dia gak liat.
Randi pov end
▪▪▪
Hari pertama yang Friska rasakan saat bangun pagi ini adalah badannya remuk, butuh waktu yang lama untuk Melliana membangunkannya, padahal tubuh Friska sudah beberapa kali diguncang, akhirnya sebuah kalimat membuat Friska bangun
"Friska banguuunnnn, itu Randi nunggu didepan" ucap Melliana sambil membuka gorden
Friska mengedipkan matanya berkali kali.
Ia bangun dari tidur lalu menggeleng cepat pada ibu "Gak Friska gak mau ketemu Randi bu"Melliana menatap Friska dengan penuh simpatik, tanpa perlu dijelaskan Melliana sudah tau alasan nya, ada sesuatu yang tidak beres dalam hubungan mereka . tidak sekali dua kali Randi datang di pagi hari untuk sekedar bertemu dengan Friska.
Melliana mendudukan bokongnya diatas kasur "Kamu sendiri dong yang bilang, ibu gak mau ikut campur"
"Gimana cara Friska bilang, kalo ketemu aja gak mau" Friska menatap Melliana dengan wajah cemberut, ia benar-benar muak bertemu dengan Randi, kalo bisa seumur hidupnya
Lalu gadis itu beranjak menuju meja belajarnya dan mengambil kertas untuk membuat surat.
Melliana menghela nafas lalu mengambil ponsel Friska di atas nakas "Yah, masa pake surat, nih ada teknologi. Anak ibu ga pinter pinter heran"
Friska terkekeh, tangan nya menerima ponsel yang Melliana berikan.
"Ibu mau kasih Randi minum dulu ya, kasihan dia di depan di anggurin. Abis ini kamu mandi terus makan, ibu mau ke arisan" Melliana pun langsung pergi meninggalkan Friska
Friska mengangguk dan tersenyum " makasih ya bu"
Friska menatap ponsel nya dan melihat banyak notifikasi yang belum sempat ia baca.
Tangan Friska dengan lihai mengetik nama RandiFriska: Gak usah nunggu! Gue gak bakalan keluar kamar.
Randi sayang: Jangan gitu dong Fris, aku mau ngejelasin semuanya"
Friska meringis melihat display nama Randi, dengan secepat kilat ia langsung menggantinya.
Friska: Kalo lo paksa buat ngomong sekarang, bakal banyak kata kata yang bikin gue nyesel
Orgil: Oke oke, aku bakal pulang sekarang, kamu harus percaya sama aku, love you
Read"Bulshit" Friska melempar ponsel nya ke atas kasur
Niat Friska untuk mandi dan makan pupus sudah.
Sekarang yang ingin ia lakukan adalah meratapi nasip dan tidur.▪▪▪
Friska terbangun saat pintu kamarnya terbuka, matanya benar-benar berat untuk dibuka, namun rasa kantuknya sudah hilang.
"Rise and Shine pemalas" Zalika berjalan mendekati kasur Friska dengan membawa satu kotak besar Dunkin Donuts.
Friska meregangkan badannya. Setiap bangun, memori Friska selalu ter-refresh. Ia masih sakit hati, tentu saja siapa yang tidak.
"Siapa yang ngebukain lo pintu? Perasaan ibu pergi" Friska mengambil alih kotak yang Zalika bawa lalu membukanya.
Zalika berusaha mencari posisi duduk yang nyaman diujung kasur Friska.
"Anggun ada didepan lagi sarapan, lo berapa lama sih diem dikamar?
Friska mengangguk, sekarang kan tanggal merah pasti keponakan nya datang untuk berkunjung kerumah, Friska pun mengambil donat rasa tiramisu dan melahapnya dengan sadis.
" gimana keadaan lo"
Friska mengangkat bahunya, dengan mata enggan menatap Zalika"Oke stop! Dengerin gue dulu, Randi yang nyuruh gue buat ngasih donat ini ke elo, dia nitip. Tapi gue udah niat dateng kerumah lo dari semalem.
"Mau gue ceritain gak" tanya zalika
"Udah cerita ajasihh" Friska mengambil donat dan menjajalkan ke mulutnya tanpa ampun
"Nanti aja deh"
"Yaudah, apa gue perduli" Friska terus melahap donatnya.
"Gak perduli, tapi lo abisin donat titipan Randi" ejek Zalika
"Yaudah nih males gue abisin, sekarang gue mau mandi" Friska memberikan donat itu kepada Zalika dengan kasar ditambah wajah cemberutnya
▪▪▪
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Is My Husband [Completed]
Novela JuvenilBanyak yang berpendapat mantan itu harus dibuang ke tong sampah. Benci sama mantan itu gak baik, siapa yang tau kalau dia jadi jodoh lo. Sebuah keberuntungan atau kesialan? Mungkin keberuntungan untuk Randi Juno Septian. Dan kesialan untuk seorang D...