Malam sebelum sakral

2.6K 240 27
                                    

"Za, gue yang bak--" Liza langsung menepis tangan pria yang hendak menyentuh lengannya, namun pria itu tetap kekeuh ingin memegang tangan Liza.

"LEPASIN GUE NATHAN!" Bentak Liza keras dengan air mata yang semakin deras. Liza berusaha menepis cekalan Nathan dari lengannya namun, saat itu juga Nathan membawa paksa Liza untuk jatuh dalam pelukannya. Tapi gadis itu semakin berontak.

"UDAH!" Bentak Nathan agar Liza menghentikan aksi brutalnya seraya mengusap lembut punggung gadis itu .

Setelah semunya terasa tenang, Nathan mencoba meleraikan pelukan dan menatap Liza lirih.

"Udah ya.. Gue minta maaf udah bentak elo."

"GUE BENCI NAT! BENCI!!" Liza memukul keras dada Nathan.

"Udah Za, stop!" Nathan beralih menahan kedua bahu Liza mencoba menenangkannya.
"Lo jangan berharap terlalu banyak! Berhenti main drama didepan cowok itu.. Gue yang akan bertanggung jawab, bukan dia.."

Liza hanya menunduk menahan isak tangisnya sambil melihat perutnya yang sudah semakin membuncit. Sebelum akhirnya ia menegakkan kepala dan kembali berontak.

"LEPASIN GUE!" Liza menarik napasnya sejenak.
"GUE BENCI SAMA LO! DAN GUE BENCI SAMA ANAK INI!!" Liza memukul perutnya dengan keras tanpa memperdulikan janin yang ada didalamnya.

"Za.." Panggil Nathan dengan nada memohon dan kembali memeluk gadis itu agar ia menghentikan perbuatan konyolnya.

"Lo udah rebut masa depan gue Nat, lo udah hancurin semuanya" ucap Liza lirih

"Maafin gue.. Gue ngelakuin itu karena gue sayang sama lo.. Gue maunya lo punya gue seutuhnya, bukan untuk orang lain"  air wajah Nathan terlihat sangat bersungguh-sungguh

Nathan menangkup wajah Liza dengan kedua telapak tangannya. Mereka bertatapan dan barulah Liza sadar yang ia perbuat tadi. Banyak goresan ditangan maupun diwajah Nathan.

"Lo nggak sendirian Za, ada gue disini yang selalu ada buat lo dan anak kita. Gue gak akan pernah ninggalin kalian sampai gue hampir mati sekalipun. Ini bukan kesialan--"

"Ini semua kesialan buat gue" potong Liza

"Nggak. Itu berarti Tuhan ngasih kepercayaan untuk kita hidup bersama dan jaga anak ini"
Nathan hendak mengelus perut Liza, namun sekali lagi ditepis si empunya

"Gak usah bawa-bawa Tuhan. Cowok sebrengsek lo gak akan diampuni sama tuhan!"

"Terus gue harus gimana biar dimata lo gue ini gak brengsek?"

"Pergi dari hadapan gue"

Nathan mulai berdiri hendak pergi dari sana "Gue sayang sama lo, dan anak kita.. Sementara waktu, jaga dia baik-baik"
Dengan berat hati Nathan pun keluar dari apartemen seperti yang Liza inginkan.

▪▪▪

Alunan musik dari earphone terdengar jelas.  Mendengarkan musik mellow sangat cocok menemaninya malam ini seraya duduk dibalkon memandangi langit yang kurang bersahabat.

'Bosan' itulah kata yang sedari tadi ia ucapkan. Dipaksa berdiam diri dirumah seharian dengan alasan 'Dipingit'

Hel! Jiwa ini butuh hura-hura bukan cuma mondar mandir naik kekamar terus turun kebawah  buat cari makanan -Friska

My Ex Is My Husband [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang