Friska dan Hanbin terlihat sering bersama-sama.
Pada hari minggu atau disaat Hanbin off, mereka berencana untuk pergi ketempat wisata hanya sekedar bersantai ataupun menceritakan segala topik yang ingin dibicarakan."Papi udah terkena penyakit kanker sejak 2 tahun yang lalu" ucap Hanbin pelan.
Friska mendelik Hanbin yang ada dihadapannya.
"Leukimia.. Kamu tahu? Aku menjadi seorang komposer memang mimpiku sejak kecil..."
"...Sejak Papi sakit, aku yang harus membiayai pengobatan Papi dengan hasil kerjaku selama ini..."
Hanbin menundukan wajahnya. Air mata mulai menyengat matanya, dan ia tak mungkin memperlihatkan ini dihadapan Friska. Tidak! Kini ia harus menjadi pria yang tegar.
Ia tak akan menangis, wajahnya sekarang terangkat dan menatap Friska.".. Kanker yang diderita Papi sekarang sudah stadium 4, dan itu baru disadari waktu sudah stadium 3 "
Friska memang terkejut mendengar pernyataan Hanbin. Selama ini, mereka tidak pernah membahas keluarga mereka satu sama lain. Namun, kini Hanbin menceritakan sebagian hidup keluarganya.
Friska tahu, Hanbin memiliki kisah hidup yang sangat pahit. Tapi apakah Hanbin tahu kalau ia juga pernah mengalami kisah pahit? Tidak. Hanbin tidak akan pernah tahu. Ia tak akan memberikannya.
Friska meraih dan menggenggam erat tangan Hanbin.
Hanbin tahu, Friska menggenggam tangannya hanya untuk memberikan kekuatan agar ia lebih tegar.
---
"Lo kenapa?"
"Nggak..." Balas Friska
"Zal.." Sambungnya
"Hmm?"
"Gue nggak nyangka" ucap Friska seraya terus mengaduk minumannya yang sudah tercampur sejak tadi.
"Apanya?"
"Sebenernya gue gak mau ceritain ini kesiapa-siapa.."
"Yaudah.."
"Tapi Zal, kali ini gue mau ceritain ini ke elo.."
"...Gue ikut sedih, Hanbin cerita sama gue, Papinya sakit kanker. Dan selama ini dia kerja keras buat biayai pengobatan Papinya.. Dia juga harus hidupin adiknya yang masih kecil..Gue bener bener salut sama dia.. "
"Eh iya, katanya orang tuanya pisah waktu dia masih SD ya" tanya Zalika
Friska membalas dengan mengangguk.
"Lo tau dari mana?"
"Ya dari bobby kusayang"
"Ternyata ada yang lebih pahit kisahnya dari gue"
--
Sabtu pagi dimana jadwal Hanbin sedang kosong, begitupun juga Friska.
Kini Hanbin menjemput Friska dan bersiap untuk pergi ke pantai.--
Pantai itu hari ini sangat sepi, Friska bisa berjalan kesana kemari tanpa memperdulikan orang yang ada disekitarnya.
Hanbin mengikutinya dan hanya berdiri dipinggir deburan air yang berlomba-lomba membasuhi kakinya. Ia memejamkan mata dan meresapi pemandangan disana."Haannnbiiiiiiinnnn..." ia membuka mata ketika Friska meneriakkan namanya. Rupanya gadis itu sudah basah kuyup dan berenang ditepian pantai yang tak terlalu dalam.
"Sinii....." Friska melambaikan tangan seolah mengajak Hanbin untuk bermain air bersamanya.
Hanbin hanya menggelengkan kepalanya.
Friska merengut dan mendekati Hanbin.
Dengan susah payah ia berjalan mendekati Hanbin karena ia sedang berada di air."Ih,ayooo" ajak Friska seraya menarik tangan Hanbin.
"Jadi kamu ngajak aku kesini cuma duduk-duduk ngeliatin deburan ombak tanpa bermain air atau sekedar main volly pantai??"
"Aku kesini punya tujuan lain..."
Friska menatap Hanbin yang sedang menatap lurus laut lepas. "Apa?"
"Bentar..." Hanbin pun berlari mencari ranting yang ada di pinggiran pantai.
Lalu ketika ia menemukannya, ranting itu ia gunakan untuk membuat gambar hati yang cukup besar diatas pasir."Sayang....." Ucap Friska pelan, sungguh ia sayang terkejut melihat ini.
Kini mereka sudah berdiri diantara gambar itu."Aku tau ini terlalu cepat..."
Hanbin merogoh sakunya lalu mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dan membukanya. Terlihat, cincin emas putih yang sangat indah, sederhana namun tampak mahal.
Friska hampir saja jantungan melihat ini. Rasanya, ia ingin berteriak sekencang mungkin untuk melampiaskan rasa gembiranya.
Pipi Friska menghangat dan ia masih menatap Hanbin yang juga menatapnya."Will you marry me..."
"Oh...My God! " Friska seakan meleleh perlahan lahan. Ia tidak pernah menyangka ini. Ditempat ini, dipantai yang penuh ketenangan ini, Hanbin melamarnya. Oh! Astaga, air mata Friska tak terbendung perlahan jatuh.
Friska menatap dalam dalam mata Hanbin yang mencoba meyakinkannya. Laki laki itu terlihat begitu sempurna dimata Friska.
Jauh dari dalam hati, Friska ingin sekali menerimanya. Tapi disatu sisi ia masih ada perjanjian dengan orang tua nya tentang perjodohan itu."I Will..." Jawab Friska..
"Thank you..." Hanbin meraih tangan gadis itu lalu memasangkan cincin itu dijari manisnya. Dan membawanya kedalam pelukan Hanbin yang hangat.
Friska tidak bisa berkata apa apa lagi. Kini ia hanya mengangguk didalam pelukan Hanbin. Ia tersenyum bahagia.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Is My Husband [Completed]
Genç KurguBanyak yang berpendapat mantan itu harus dibuang ke tong sampah. Benci sama mantan itu gak baik, siapa yang tau kalau dia jadi jodoh lo. Sebuah keberuntungan atau kesialan? Mungkin keberuntungan untuk Randi Juno Septian. Dan kesialan untuk seorang D...