Fvk

1.9K 299 14
                                    

.
.
.
.
.

"Kamu tadi liat apa? Tanya liza

"Bukan apa apa hanya melihat gedung sekolah ku dari bawah ternyata bagus" ucap Randi mencoba meyakinkan Liza

Skipp

Setelah sepulang sekolah

Drrrttt

Randi merasakan hp nya bergetar. Ia membulatkan matanya terkejut mengapa tiba tiba ia mendapatkan pesan itu.

'Randi. Kamu kerumah sakit sekarang, mama kamu jatuh dari tangga'

"Mama" gumam Randi

Ketika itu ia bergegas menuju rumah sakit. Pria itu sangat cemas, pasalnya mamanya adalah orang tua satu satunya yang masih ada.

Flashback on

Papa Randi sudah lama meninggal ketika Randi masih kelas 5 SD.
Ia mengalami pendarahan hebat di kepala karena kecelakaan beruntun yang ia alami saat ingin menjemput Randi sekolah.

Ketika itu Randi vakum sejenak dari sekolah nya, karena ia belum siap menerima kenyataan kalau Papanya telah meninggal dunia.

Karena dorongan dari keluarga dan tentunya Mama Randi, ia bangkit untuk melanjutkan sekolahnya. Ia ingin membuat Papanya bangga dan suatu saat Randi bercita cita untuk meneruskan perusahaan Papanya.

Flashback end

Skipp

Sesampainya di rumah sakit
Pria itu berlari di koridor dan benar saja, ia hampir terjatuh. Wajahnya tampak cemas dan berharap Mamanya baik baik saja.

"Mama" Panggil pria itu ketika ia sudah menemukan kamar dimana tempat Mamanya dirawat

"Mama ga papan kan? Apa yang sakit mah?" Randi tampak sangat cemas dan tentunya ia memeriksa sekujur tubuh Mamanya apakah ada yang terluka

"Heh ga ko sayang, Mama baik baik aja" wanita paruh baya itu mencium dahi anak kesayangan nya

"Loh kok kamu bisa tau mama ada disini? Pasti om Didin yang kasih tau ya"

"Iya mah"

"Kamu kok belum ganti baju?" Tanya mamanya

"Iya mah, Randi baru pulang langsung cepet cepet susul mamah"

Drrrtttt

Lagi, Randi mendapatkan pesan dari seseorang.

"Argghhh sial, dia lagi" gumam randi

"Siapa? Friska ya?" Ucap mana Randi seolah ia tau

"Iya mah" Randi menjawab dengan muka malas

"Yaudah sana, mama ga papa kok"
Tepatnya,hubungan Randi dan Friska sudah di ketahui oleh Mama Randi, dan itu membuat Mamanya senang.

"Gak ah ma, Randi mau jagain mama disini"

"Ishh, mamah ga papa kok. Udah kamu temuin dia ya" ucap Mama Randi seraya tersenyum

Randi pun dengan sangat terpaksa keluar rumah sakit. kalau tidak mamanya yang menyuruh, ia tidak akan menemui Friska.

Skipp

Dan tiba di sebuah taman yang sangat dia kenal. Dia menghela nafasnya dan pelan pelan mendekati seseorang yang menunggunya dari tadi.

Dia melihat seorang gadis yang membelakangi dirinya. matanya melihat lurus kearah air mancur didepannya,lalu Randi mendekat.

"Ada apa lagi" tanya Randi datar

"Ah? Kamu dateng"

"Yaa, gue rasa ada hal yang mau lo omongin"

"Makasih udah mau dateng"

"Cepetan, gue gak punya banyak waktu disini "

Friska terus menahan tangis nya dan meremas kuat tangan nya sebagai pelampiasan.

"Aku mau minta maaf sama kamu. aku udah hancurin semuanya dengan keputusan kemarin" ucap Friska

"Bener, Lo hebat Fris. Bahkan gue ngerasa kalau gue lagi dihianati! Mungkin gue cuma seseorang yang bodoh gak ada artinya dimata lo, APA YANG LO MAU DARI GUE FRIS??"

Friska terkejut, Randi membentaknya, Friska kedinginan, badannya menggigil dan berharap Randi memeluknya, tapi pelukan itu sudah tidak pantas ia dapati.
Dan Friska merasa semua malah keluar dari faktanya, sebenarnya Friska lah yang merasa dihianati oleh kehadiran Liza.

"Kamu salah, aku merasa aman deket kamu, aku merasa senang bersamamu" Friska terhenti sejenak mengambil nafas

"oke baiklah aku gak akan  maksa kamu untuk kembali, tapi tolong maafin aku, jadilah temanku jangan jadi musuhku" ucap Friska untuk kesekian kalinya air matanya terjatuh bebas membasahi pipinya.

"Lo gak paham Fris, mungkin lo juga gak pernah mikir, ada sesuatu yang gak bisa gue jelasin" Ucap Randi dengan nada suara nya meninggi

"Apa? Kamu punya hubungan spesial dengan Liza? Sudah kuduga selama ini. Seseorang yang sangat ku percaya ternyata....." Friska terhenti karena Randi mencoba memotong pembicaraannya.

"Penghianat? Maksud lo gue penghianat? Elo yang penghianat, Elo menghianati diri lo sendiri Fris.  Tanpa pernah sekalipun lo ngerti  bahwa lo yang sedari awal yang minta untuk pergi" Randi menatap Friska dengan sinis.

"Aku tau itu akuu, Aku yang buat keputusan. Saat itu aku hanya emosi.. Randi tolong, apa kamu gak punya hati, ha?! " Friska terus mengemis

"Sukar memang menjelaskan semuanya ketika lo terus nyalahin gue, ngomong seolah gue gak punya hati.
Ngomong seolah gue penghianat paling bejat karena dengan mudahnya membuat seluruh permukaan perempuan tersayat" Ucap Randi

"Hahaha, gue udah kayak orang paling jahat didunia. Sudahlah, kita akhiri  pembicaraan ini. Kita sudah memiliki kehidupan masing masing kan? Sekarang gak ada lagi kata 'kita' Tinggal gue-elo . Selamat tinggal dan berbahagialah" lanjutnya

Randi membalikan badannya dan beranjak pergi (lagi) meninggalkan Friska.

"T-tunggu Randiiii" teriak Friska yang ingin mencegah Randi untuk pergi. Air mata yang sudah jatuh bebas membasahi pipinya.
Friska berusaha meraih Randi tapi Randi semakin jauh dari hadapannya.
Friska berlari sampai tak sengaja ia terjatuh karena ada batu besar yang menghalanginya.
Tapi sebelum tubuhnya mencapai tanah, ada tangan seseorang yang menopang tubuhnya.

"Zalika...." Friska menoleh melihat wajah datar sang teman.

"Sudahlah Fris... Biarin dia pergi" ucap zalika seraya menghapus air mata yang mengalir di pipi Friska.

"Tapi Randi... Randiii"

Zalika memeluk Friska dan biarkan ia meluapkan tangisan nya di pelukan sahabatnya itu.

Tapi setidaknya Friska sadar, dari awal dialah yang membuat keputusan untuk pergi. Jadi memang semua ini pantas untuk dia dapatkan.

▪▪▪

My Ex Is My Husband [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang