Titik mencintai paling tulus adalah ketika kita berani melepaskan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai
❤❤❤
Aretha
Hari ini, Kamis 26 juni 2011 awal dari semuanya dimulai, awal ketika aku harus berusaha merelakan seseorang yang selangkah lagi akan menjadi imamku, melepaskan seseorang yang belakangan ini berhasil meluluhkan hatiku, mengikhlaskan seseorang yang sangat berarti untuk ku dan membiarkan seseorang yang ku cinta berbahagia dengan sahabatku.
"Hai Dara, bagaimana keadaanmu? Kok kamu bisa sampai masuk rumah sakit seperti ini?" tanyaku kepada seorang perempuan cantik mengenakan pakaian biru khas rumah sakit yang tengah berbaring dengan lemas
"Etha!!" jawabnya seraya memelukku dengan erat
Aku terdiam dan membalas pelukannya
"Etha aku sudah mengingat semuanya, dan kamu tahu? Orang yang waktu itu kita bully adalah seseorang masa laluku yang sangat berarti sekali untukku. Etha aku mencintainya dengan sangat, dia pelindungku, dia penyemangatku, dia malaikatku. Aku mencintainya. Sekarang, jangan bully dia lagi ya? Atau aku akan membunuh kalian semua jika berani ngebully malaikatku haha" sambungnya dengan histeris dengan posisinya yang masih memelukku.
Dara merubah panggilan 'gue' dan 'lo' menjadi 'aku' dan 'kamu' semenjak ia mengingat semuanya. Entahlah ada bisikan apa aku tak tahuAku menangis dalam diam, air mataku terjatuh tanpa terisak.
Untungnya kepalaku berada di pundaknya dan dia tak melihatku menangis.Aku terdiam cukup lama merasakan hati yang begitu sakit. Hatiku hancur, ingin sekali aku berteriak dan mengatakan kepadanya jika seseorang yang tadi ia ceritakan adalah calon suamiku. Namun aku urungkan.
"Etha?" panggilnya lirih
Aku secepat mungkin membasuh sisa air mata yang terjatuh di pipiku dan melepaskan pelukan Dara.
"Iya Dara?"
"jawab dong aku lagi curhat nih" ucapnya manja sambil menggoncangkan tanganku
"hahaha iya Dara, aku tak akan membully seseorang yang paling berarti di hidup kamu" tawaku kali ini bukan tawa yang tulus, melainkam tawa yang begitu menyakitkan.
Bagaimana bisa kita tertawa dengan tulus di saat kita mengetahui sahabat kita sendiri menyukai calon suami kita?
Rasanya begitu menyakitkan.
Masa lalu yang telah lama terlewatkan bahkan dengan sadis di lupakan oleh sang pemilik masa lalu namun tiba tiba terkuak kembali kisahnya, dan kita akan berperan seperti apa menyikapinya? Di saat kita mengetahui kita yang akan menjadi pemeran utama dalam kebahagiaan yang telah direncanakan tiba-tiba ada pemeran utama yang telah terlahir kembali, kita hanya di jadikan penonton dalam drama yang kita buat sendiri.
Menyedihkan bukan?
Itulah yang telah aku rasakan!"Tapi Tha, kamu tahu tidak?" tiba tiba intonasi Dara berubah sedih
"apa?"
"katanya, Fariz telah melamar seseorang gadis. Dan aku sangat membenci kenyataan itu! Padahal kemarin Fariz bilang dia masih sangat menyayangiku. Hahaha terus yang dia lamar hanya di jadikan pelarian dong? Yaelah kasian banget ya hahah" ucapnya
"eh tapi aku gak akan nyerah buat dapetin Fariz kembali! Selama janur kuning belum melengkung hahah. Iya kan Tha?"Aku menangis di depan Dara! Itu sangat memalukan.
Aku ingin sekali memberitahunya bahwa
Wanita itu aku Dar! Aku!
Namun ucapan tak sejalan dengan harapan. Aku malah mengucapkan"haha iya Dar benar, sukses ya! Kejar terus cintamu! Jangan menyerah!" mataku berkaca-kaca, mungkin sedikit lagi akan menciptakan air terjun yang begitu deras
"kok kamu nangis Tha?" tanyanya
"oh! Tidak apa apa Dar, aku hanya iri denganmu."
"ohhh hahahaha nanti juga akan ada lelakimu kok"
Sudah ada Dar, itu Fariz! Dia lelakiku yang harus aku relakan menjadi lelakimu batinku
"ah iya, yasudah ya aku pulang dulu jangan lupa makan biar cepet sehat"
Aku menyodorkan parcel buah yang telah aku siapkan.Dara tersenyum dan mengangguk, sedangkan aku melangkah menjauh dari ruangan Dara dengan berlari entah kemana kakiku akan membawaku aku ikuti saja kemauannya.
Aku sekarang berada di kursi besi yang berada di taman belakang rumah sakit.
Aku menangis tersedu dengan tangan yang aku gunakan untuk menutupi wajahku.
Aku merasakan ada seseorang yang menduduki tempat kosong di sampingku."Kamu kenapa de?" suara seseorang yang begitu familliar untukku, itu Fariz!
Aku mengusap air mataku yang tadi sempat berjatuhan dengan derasnya.
"kenapa kamu bisa ada di sini a?"
"ohh, aa akan menjenguk Dara bersama keluarga aa juga, tapi aa entah mengapa ingin sekali ke taman rumah sakit eh taunya ada kamu dek sedang menangis pula. Kenapa? Cerita sama aa"
Aku perlahan melepaskan cincin pertunangan aku dengannya dengan air mata yang masih saja menetes padahal aku telah menghapusnya.
Aku memberikan cincin polos yang hanya terukir nama Fariz itu kepadanya.Fariz terlihat sangat terkejut dengan apa yang aku lakukan.
"ada apa ini dek?" tanyanya
"sudah, kita akhiri semuanya saja a, aku tak bisa" jawabku dengan dibarengi tangisan
"iya jelaskan ke aa kenapa seperti ini dek?" dia terlihat bingung
"aku tak bisa menikah dengan seseorang yang jelas jelas tak memberikan hatinya untukku"
Apalagi seseorang yang dihatinya ada perempuan lain yang dia cintai.
Berbahagialah dengan Dara a, bahagiakan dia, jangan lukai dia, buatlah dia selalu tersenyum, tuntunlah dia agar menjadi lebih baik, sayangi Dara a. Jangan biarkan air mata Dara terjatuh walaupun itu hanya satu tetes.Aku ikhlaskan kamu bersama Dara, raihlah kebahagiaanmu a, kejarlah cintamu.
Ini waktu yang tepat untuk kamu memperjuangkannya kembali.
Maafkan aku, aku akan pergi. aku mencintaimu" ucapku lalu aku pergi begitu saja sambil menangis meninggalkan cincin di genggaman tangan Fariz. Cicin yang pernah menjadi saksi betapa bahagianya aku pada saat dia memberikannya untukku.
Sekarang bukan milikku lagi, sekarang aku harus membiarkan mereka bahagia.Aku sudah memutuskan untuk pergi dan menginap di Bandung bersama Bude dan Pakde ku disana.
Jauh dari Jakarta, jauh dari kemacetan, jauh dari kenangan dan jauh dari mereka.Aku harap mereka akan selalu bahagia.
Aku akan selalu mendoakannya.Aretha Off
KAMU SEDANG MEMBACA
Kan Ku Gapai Dirimu Dengan Doa
SpiritüelAku mengulurkan tanganku dengan niat mengajaknya berkenalan "Hei, aku Andara Putri Kharisma" Dan aku sangat terkejut dia bukannya kembali menjabat tanganku namun ia malah berkata sebaliknya tapnpa mengatakan namanya "Bukan Mukhrim!" Gila ini cowok...