S. 2¦ Part 2🍫

722 50 0
                                    

Hazel pov

Gue jadi kepikiran ama yang di bilang si Mayu tadi siang, gimana ya cara ngasih perhatian ama Tera?

Arghhh!

Padahal gue dulu hobi banget ngalusin anak orang, nah kini pas udah dapet yang pas malah ga bisa ngapa-ngapain.

Apa gue telpon si Tera sekarang aja ya?

Enggak, enggak. Masih satu jam lagi sebelom jam tujuh, gue takut ntar dia ngira gue kenapa-napa di sini.

Dilema akut -_-"

Coba gue telpon sekali aja, kalo ga jawab berarti dia lagi sibuk. Bismillah.

Dering pertama.

Belum di angkat.

Dering kedua.

Belum juga.

Pada dering ketiga terdengar suara di ujung sana. "Ya, halo?"

Hei, kenapa dia bicara begitu? Gue kayak orang asing aja :')

"Apa kata sayang gak di selipkan?" kata gue cemberut.

Dia tertawa halus. "Astaga! Gue kira yang nelpon tadi si Suho!"

Heh? Suho?

"Apa gue pernah dengar nama itu?" selidik gue. "Bukannya lo tiga tahun sekelas? Itu siapa?"

Dia mendesah. "Ehm, gue lupa ngasih tau. Jadi, si Suho ini murid pindahan." lurusnya.

"Baru seminggu di sekolah dan dia udah dapet teman. Beruntung sekali." gue merasa Tera lagi natep tajem kearah gue.

Tiba-tiba dia menjerit. "Ya ampun, ya ampun! Apa sekarang lo cemburu? Omaigaaatts, baru kali ini lo cemburu."

Gue gak ingin menghabiskan malam ini mendengarkan jeritannya itu.

"Jangan tersinggung, tapi cowok ini sepertinya brengsek," kata Tera. "Biar gue yang menanganinya."

"Jangan!" kata gue, firasat gue kagak enakan gini. "Dia, ehm, bisa nyerang lo nanti. Abaikan aja sampai gue balik ke Jakarta lagi,"

Gue menajamkan mata kearah mobil yang baru saja berhenti di depan kosan gue.

Gue menjauhkan telepon. "Woi, Yu! Bangun, itu kayaknya kita ada tamu!"

Mayu mengerjapkan mata beberapakali sebelum bantal guling di lemparkannya tepat pada ponsel gue, hingga terlepas dari genggaman.

"Anjir, gue lagi telponan ama Tera!"

Dia bangun. Menggosokkan matanya, lalu berjalan ke pintu depan.

Gue kembali mengambil ponsel. "Halo, Ter? Maaf, tadi Mayu ngelempar bantal."

"Tentang tadi, gue serius. Abaikan aja dia." lanjut gue.

"Lo yakin?" tanya Tera. "Gue senang melakukannya."

"Sebaiknya gue aja."

Gue mengelapkan telapak tangan ke celana boxer bergambar one piece, dan setelah itu menarik napas. "Gue sayang ama lo, Ter."

"Lo kenapa? Tumben manja gini, gue beneran ga bakal ninggalin lo kok."

"Kok? Aku serius, Ter." kata gue dengan nada memohon.

"Hazel, lo kenapa? Apa lo sakit? Gue serius, ini kenapa lo pake 'aku'?"

Gue mendesah. "Intinya, jangan tinggalin gue."

"Gue ga bakal ninggalin lo, tapi kalo lo yang ninggalin gimana?"

Deg.

Dengan secepat kilat gue menyela. "Ya! Gimana bisa gue ninggalin lo!?"

Hening sejenak. Gue merasa salah udah ngebentak dia barusan. "Maaf, Ter, gue cemburu, gue akui." kata gue.

Seulas senyum terasa dari suaranya. "Jangan meminta maaf, gue suka lo cemburu, berarti gue ga bertepuk sebelah tangan selama ini."

"Apa lo ngerasa bertepuk sebelah tangan?" apa gue sejahat itu ama lo?

"Ya, bisa di bilang begitu, kalo mau jujur."

"Apa lo ada waktu minggu malam?" kata gue.

"Always, emang gue mau ngapel? Lo aja jauh di sana,"

"Gue pulang minggu ini."

Sebelum gue melanjutkan perkataan, Mayu tergopoh-gopoh berlari masuk ke dalam kosan. Dia menutup keras pintu dan menguncinya.

"Ter, nanti gue telpon lagi," gue natep tajam kearah Mayu seolah dia udah ngebuat malam gue rusak. "Mayu lagi kerasukan setan." dan setelah itu yang terdengar hanya nada okay.

Gue mematikan telpon.

Mata Mayu melotot, tangannya menunjuk gue, "Ya! Gue bukan kerasukan setan, tapi abis nengok setan!"

"Heh?"

"Setannya, Pak Daniel! Dia nagih map yang kita hilangin kemarin!"

Anjir, musibah.

🍫🍫🍫

Tbc.
Pendek ya chapter kali ini :")
Maksa up banget :")

Caramel HazelnutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang