26 회

5.5K 782 274
                                    

"Aku tak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Ayah. Apa cinta harus menjadi pihak yang disalahkan karena menyusup begitu saja kedalam hubungan kita?"

Jung Jaehyun

Taeyong tersenyum miris. Mendengar Yunho mengucapkan kalimat menyakitkan itu membuat hatinya hancur berkeping keping. Ia mendongak, melihat Ayahnya itu berjalan menjauhi meja makan, "Appa..." lirihnya.

Sooyoung berdiri, menghampiri Taeyong yang terlihat tak baik baik saja, "Taeyong-ah, Appamu mungkin masih shock," ia duduk dikursi kosong samping Taeyong, menggenggam tangan anaknya lalu tersenyum tulus. "Ia telah menganggapmu anak kandungnya sendiri, wajar jika Appamu belum menyetujui jika kau dan hyungmu menjalin kasih." sambungnya lalu menepuk bahu anaknya, "Tapi Eomma mendukung kalian."

Taeyong tersenyum tipis. Mengangguk kaku lalu menoleh pada Jaehyun yang masih duduk dan terdiam disampingnya, "Hyung." panggilnya dengan suara serak.

"Yak anak bodoh! Kenapa kau mematung disitu? Cepat kejar Ayahmu." Sooyoung memekik.

Jaehyun mengangguk lemah. Otaknya tiba-tiba tak bisa bekerja dengan baik. Melihat tatapan tajam dan tak suka dari Ayahnya membuat dadanya berdenyut perih. Ia menoleh pelan. Taeyong menatapnya sendu, mata bulat kekasihnya itu berkaca-kaca.

"Aku tak akan menyerah sampai kau menjadi milikku seutuhnya Taeyong-ah," katanya lalu mengecup kening pria mungil itu.

Taeyong terbelalak. Mendengar pekikan histeris Sooyoung menyadarkannya jika saat ini masih ada orang lain di meja makan itu, "Hyung, Eomma masih ada d-disini," katanya gugup lalu mendorong dada Jaehyun pelan.

"Ey tidak apa-apa, bercinta didepan Eomma pun tak masalah," ujar Sooyoung lalu menatap nakal kedua anaknya.

Jaehyun menghela nafas, "Aku akan menyusul Appa. Kau bersama Eomma dulu ya," Taeyong mengangguk.

"Jika kau ingin menangis dan memohon pada Appa lebih baik kau keluar sekarang juga Jung Jaehyun." Yunho menatap tajam anaknya. Mengepalkan kedua tangan diatas paha dan menggertakkan giginya.

"Tapi Appa, aku mencintainya. Lagipula Taeyong bukan saudara kandungku," Jaehyun menyela lalu Bersimpuh dihadapan Yunho yang duduk di kursi berlengan kamarnya.

Yunho menatap sendu sang anak. Jaehyun menangis, dan ia tak bisa melihat anak semata wayangnya itu bersedih, "Jaehyun-ah, ini semua demi kebaikanmu juga Taeyong nak," katanya lalu mengusap surai gelap anaknya.

"Kebaikan? Aku bahagia bersamanya Appa, tak ada alasan bagiku untuk mencari kebaikan selain bersama Taeyong," kata Jaehyun sambil terisak pelan.

Yunho menggeleng, memegangi bahu Jaehyun dan menatap lekat netra madu anaknya yang sembab, "Kau tahu sendiri jika Taeyong masih di incar oleh pembunuh kedua orang tuanya," ia menghela nafas berat, "Appa hanya tak ingin orang itu membunuhmu sebelum kau menangkapnya Jaehyun-ah."

Jaehyun mendengar dengan seksama setiap ucapan Ayahnya. Nada bicara Yunho melemah, Jaehyun tau pria itu itu sedang khawatir.

"Appa takut kehilangan kalian. Jika pembunuh itu mencelakaimu lebih dahulu, maka orang itu akan leluasa melakukan hal yang sama pada Taeyong."

Yunho mencengkeram kuat bahu anaknya, "Kita tak tahu apa yang telah digariskan tuhan nak, Appa hanya tak ingin kalian tersakiti lebih dalam jika saja Tuhan mempunyai kehendak lain." lirihnya lalu ikut terisak bersama Jaehyun.

"Appa." Jaehyun memeluk Ayahnya erat.

Yunho menepuk punggung Jaehyun, "Aku tahu ini sulit. Tapi tolong fikirkan Ayah dan Ibumu. Kalian adalah harta paling berharga yang kami miliki Jaehyun-ah."

Jaehyun diam. Ia tak tahu frasa apa lagi yang harus ia utarakan pada sang Ayah. Ucapan Yunho tak salah, selama ini Jaehyun pun kadang berfikir jika saja suatu saat ia pergi dan meninggalkan Taeyong sendiri maka pria mungil itulah yang harus menanggung sakit.

Yunho melepaskan pelukannya, menangkup wajah Jaehyun dan menatap lurus ke bola mata sang anak, "Sayangi dan lindungi Taeyong sebagai adik kandungmu Jaehyun, Appa sedang memohon padamu nak." katanya lalu menghapus kasar air mata di pipinya.

Jaehyun menghela nafas, "Aku tetap akan mencintainya Appa. Meski kau belum merestuiku. Aku berjanji akan menangkap pembunuh itu, dan jika aku berhasil membawanya masuk ke penjara, Appa harus siap mendampingiku di altar." katanya lalu berdiri.

"Maafkan jika aku melawan kehendakmu Appa." ucap Jaehyun lalu membungkuk hormat pada Yunho, "Aku pamit." sambungnya lalu berjalan keluar dari kamar sang Ayah.

Yunho memijit keningnya, menggertakkan gigi dan ingin berteriak sekencang-kencangnya.

"Akan sulit bagimu untuk menangkap pembunuh itu Jaehyun-ah, karena dia adalah orang yang paling kau sayangi. Sama seperti Taeyong," lirihnya.

***

"Bagaimana? Apa yang dikatakan Ayahmu?"

Sooyoung menarik tangan Jaehyun yang baru saja keluar dari kamar. Membawa anak sulungnya itu ke ruang tamu dimana Taeyong tengah tertidur pulas.

"Taeyong tertidur Eomma?" Sooyoung mengangguk

Keduanya menatap Taeyong sendu. Pria mungil itu duduk sambil bersandar di badan sofa. Matanya sembab, Jaehyun tau kekasihnya itu juga menangis sama sepertinya.

"Appa belum merestuiku, Eomma." katanya tanpa mengalihkan pandangan dari Taeyong.

Sooyoung mengusap punggung anaknya. Membalik badan Jaehyun agar menatapanya, "Eomma ada disini dan sangat merestui hubungan kalian," ia menoleh sekilas pada Taeyong lalu tersenyum tipis dan kembali menatap Jaehyun. "Tak usah pedulikan appamu, biar eomma yang mengurusnya. Sekarang yang perlu kau lakukan hanya menghamili calon menantuku itu," kata Sooyoung lalu menaik turunkan alisnya.

Jaehyun mendecakkan lidah, "Eomma, otakmu sepertinya dipenuhi dengan hal-hal kotor. Aku ragu kau benar benar seorang dokter atau tidak," katanya lalu menatap malas Sooyoung, ibunya.

Sooyoung mengibaskan tangan, "Hey, anak nakal! Bahkan Dokter lain pun akan memikirkan hal yang sama denganku. Lagipula kalian sudah dewasa, wajar jika sepasang kekasih bercinta," protesnya.

Jaehyun memutar bola mata, "Tapi sepasang suami istri yang sudah tua menurutku tak wajar bercinta di apartement anaknya," katanya lalu berjalan kearah Taeyong.

Sooyoung terbelalak, "Omo, apa desahan eomma malam itu terlalu keras?" tanyanya. Jaehyun menghela nafas lelah.

"Eomma hentikan," Jaehyun mendelik lalu mengangkat tubuh Taeyong brydal, "Aku pulang dulu eomma, jalja." pamitnya lalu melangkah menuju pintu depan.

Sooyoung bergumam mengiyakan, "Jangan lupa pakai pelumas sebelum masuk ke inti!" teriaknya saat melihat Jaehyun semakin menjauhinya.

Jaehyun masih mendengar teriakan ibunya. Ia mendesis pelan, heran dengan tingkah ajaib wanita yang sepertinya memang melahirkannya ke dunia.

"Taeyong-ah, bangunlah sayang. Kita sudah sampai."

Taeyong menggeliat, menatap sekeliling dan mendapati dirinya sedang berada didalam mobil bersama Jaehyun. "Kenapa baru membangunkanku? Aku tak berpamitan dengan Ibu juga Ayah," kata Taeyong lalu menunduk.

Jaehyun menarik tubuh ringkih Taeyong kedalam pelukannya. Ia tahu, kekasihnya itu masih dihantui dengan fikiran tentang ucapan Ayah mereka. "Aku sudah berbicara dengan Ayah, dan dia pun telah mengerti." bohong Jaehyun lalu mengecup tengkuk Taeyong, "Ayo kita masuk sekarang. Sudah larut malam," Taeyong mengangguk.

"Good night, sayang."

Jaehyun mengecup singkat bibir Taeyong lalu tersenyum lebar, "Masuklah," katanya lalu berbalik dan memegang gagang pintu kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Taeyong.

"Jaehyun."

Pria yang dipanggil menoleh cepat, "Apa sayang?"

Taeyong menggigit bibir bawahnya. Menatap kearah lain sambil menggesekkan kuku kukunya.

Jaehyun yang melihat tingkah pria mungil itu gemas. Ia terkekeh pelan lalu kembali bertanya, "Kau kenapa? Apa yang mengganggu pikiranmu sayang?"

Taeyong meneguk ludah. Menatap Jaehyun takut takut lalu bersuara, "Aku ingin tidur denganmu malam ini."

Detective Jung, Saranghaeyo! | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang