Tiga minggu lebih sejak kecelakaan itu, Eunbi masih belum sadar. Semua orang mendadak dua kali lebih khawatir dari sebelumnya. Terkadang juga mereka bergilir untuk menjaga Eunbi semalaman."Eunbi bisa selamat kan?" tanya Nyonya Hwang khawatir. Ia sudah berkali-kali menanyakan hal itu kepada Moonbin sejak tiga minggu yang lalu. Moonbin hanya bisa mengangguk meyakinkan. "Pasti, tante."
Nyonya Hwang melirik arloji di lengan kirinya. Tinggal sisa tiga jam lagi sebelum pesawat menuju Los Angeles berangkat. Rasanya ingin sekali ia tetap tinggal disini dan menemani anak bungsunya, tapi mustahil. Atasan kantor di Los Angeles selalu menuntutnya untuk segera kembali bekerja.
"Tante, hari ini tante pulang,ya?" tanya Moonbin begitu menyadari tingkah laku nyonya Hwang yang tergesa-gesa. Nyonya Hwang duduk di sofa kecil ujung ruangan lalu menghela napas. "Iya. Saya pingin lihat Eunbi sadar sebelum saya pulang ke Amerika."
Moonbin tersenyum kaku. Dia juga ikut merasakan kesedihan seorang ibu yang tidak bisa menjaga anaknya yang tengah terbaring lemah dengan tubuh penuh luka. "Moonbin bakal hubungin tante kalau Eunbi udah sadar,kok." Moonbin mendekat ke arah nyonya Hwang sambil memasukkan tangannya ke saku jas dokternya.
Nyonya Hwang mengangguk kecil---meski sebenarnya ia masih khawatir. "Kalau Eunbi sadar hari ini, nanti malem Eunbi udah bisa pindah ke ruang rawat inap,tante." Moonbin melirik ke arah Eunbi lalu kembali memandang Nyonya Hwang.
"Tante gak usah khawatir,ya? Moonbin janji bakal selalu jagain Eunbi dalam keadaan apapun," kata Moonbin malu-malu. Nyonya Hwang mendongakkan kepalanya lalu tersenyum lebar---puas dengan pernyataan Moonbin barusan.
"Kalau beg-"
"M-Ma?"
Moonbin dan Nyonya Hwang serempak menoleh. Eunbi dengan wajah piasnya telah membuka mata. Sadar dari tidur panjangnya selama kurang lebih satu bulan. Moonbin segera berlari ke arah kasur Eunbi dan menekan tombol bantuan di atas kasur---menghubungi perawat.
Nyonya Hwang membuka matanya lebar. Raut wajahnya berubah seribu kali lipat bahagia dari sebelumnya. "Eunbi," panggil Nyonya Hwang lirih---juga tak bisa menahan air mata harunya. Moonbin segera mengeluarkan stetoskopnya dan mendengar detak jantung Eunbi.
"Eunbi, kamu bisa lihat saya?" Moonbin melambaikan tangannya di depan mata Eunbi setelah memeriksanya dengan detail. Lelaki itu juga tampak bahagia.
"I-Iya dok," jawab Eunbi parau. Ia memegang pelipisnya yang mungkin terasa nyeri atau pusing karena efek tidurnya yang panjang. Moonbin menghela napas lega tapi juga tertawa kecil. Rupanya, cinta pertamanya ini tidak menyadari kehadiran Moonbin.
Moonbin memundurkan langkahnya dan tersenyum tipis begitu nyonya Hwang menghambur ke pelukan Eunbi dan menangis sesegukan. Nyonya Hwang juga bertanya banyak hal dan menghujani Eunbi dengan nasihat yang bertubi-tubi.
Moonbin merogoh saku jas dokternya untuk meraih ponselnya---menghubungi Minhyun dan teman-teman Eunbi, termasuk Eunha. Entahlah, Moonbin rasanya sangat bersemangat.
"M-Ma, kenapa kaki kiri Eunbi nggak bisa digerakin,ya?"
■ ■ ■
"Kamu kemana aja selama ini?"
Moonbin menelan ludahnya susah payah begitu Eunbi melontarkan pertanyaan itu. Ia bingung harus menjawab apa---atau lebih tepatnya, Moonbin takut Eunbi kecewa dengan jawabannya. "Moonbin? Bisa denger aku kan?"
Eunbi memiringkan kepalanya. Moonbin mengangguk dan membetulkan posisi duduknya. "A-Aku ke luar negri. Sekolah," jawab Moonbin. Pernyataan Moonbin barusan memang benar, tapi tidak sepenuhnya. Moonbin masih punya rahasia yang belum siap ia katakan pada Eunbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️photograph ; sinb + jungkook
Fanficjungkook x sinb 180716 #1 in sinkook 180911 #1 in hwangeunbi 190425 #1 in eunbi