3

2.1K 277 8
                                    


Hwang Eunbi kamu gila.

Aku menatap lurus ke depan—ke arah pintu masuk gedung agensi Big Hit. Aku sudah berdoa sepanjang perjalanan menuju sini agar aku nggak bertemu Jungkook. Aku mendekap erat satu map di dadaku. Setidaknya hari ini aku bertemu dengan orang nomor satu di agensi ini. Aku harus membuat perjanjian kerja magang dengannya agar bisa cepat pulang.

"SinB?"

Seseorang memanggil nama panggilanku dan aku berbalik badan. Aku menangkap sosok laki-laki yang kukenal. Dia satu fakultas denganku dan kita cukup dekat—namanya Cha Eunwoo.

Eunwoo bisa dibilang lebih cocok menjadi modelnya daripada menjadj fotografernya. Tapi dia tetap kekeuh dengan alasan 'Aku lebih memilih mencintai kamera daripada dicintai kamera'. Sebetulnya, aku nggak begitu paham dengan alasan itu. Jadi aku pura-pura mengerti saja.

"Ngapain disini?" tanya Eunwoo begitu telah berdiri sempurna disampingku. Aku mendongak menatapnya—karena dia tinggi. "Mau magang." Aku melambaikan map di genggamanku dan tersenyum lebar.

"Lo?"

"Sama lah." Eunwoo juga melambaikan mapnya.

"Kenapa mau disini?"

"Jung Eunha cantik banget. Naksir." Eunwoo mengakhiri kalimatnya dengan tawa manis yang kecil. Aku tersenyum miring begitu mendengar alasannya—lebih tepatnya, saat mendengar nama Eunha.

Eunwoo menyisir rambutnya. "Lo kenapa mau disini? Naksir Jeon Jungkook?" tebak Eunwoo asal. Padahal tebakannya seratus persen benar. Aku cuman menggeleng sambil tertawa. "Masuk,yuk?"

■ ■ ■

Aku menaruh segelas air putih di depan Jungkook dan duduk di sampingnya. Sejak sepuluh menit yang lalu, Jungkook cuman diam. Dia nggak berbicara sama sekali.

"Jeon, ada apa?" Aku membelai surai hitamnya lembut. Jungkook tetap tidak bergeming. Pasti ada masalah. Soal Eunha mungkin?

Aku menghela napas dan ikut larut dalam keheningan sampai Jungkook mau bicara. Kalau seperti ini keadaannya, aku malah takut Jungkook marah besar kalau aku melakukan sesuatu yang sedikit mengganggunya."Eunha."

Aku sontak menoleh ke arah Jungkook yang baru saja menyebut nama kekasihnya. "Kenapa?" tanyaku bersamaan dengan hembusan napas kasar dari Jungkook.

"Kemarin aku ketemu ayahnya." Aku menahan napasku. Berusaha menetralkan pikiranku sejenak. Jungkook menatapku—memastikan aku baik-baik saja sebelum melanjutkan kalimatnya. "Lalu?"

"Lalu—"

Aku mencengkram ujung bajuku.

"Hwang, kamu tahu kan aku sama Eunha udah pacaran berapa lama?" tanya Jungkook sambil menyerongkan tubuhnya ke arahku. Aku cuman mengangguk. Eunha dan Jungkook sudah pacaran selama tiga tahun. Aku muncul di tahun kedua mereka. Jahat, kan?

Jungkook meraih tanganku dan mengelusnya. "Ayahnya menyindir soal pernikahan. Aku disuruh menikahi Eunha. Secepatnya." Mata coklat Jungkook terlihat khawatir. Dan aku nggak perlu dikhawatirkan. Sudah seharusnya aku ada di posisi ini. Aku sudah berpikir tentang hal ini dari jauh-jauh hari.

Aku tersenyum. "Kamu tinggal nikah sama Eunha, Jeon. Apa yang perlu dipermasalahin lagi?" tanyaku enteng—padahal nyatanya susah. Aku nggak pernah mau mengatakan hal itu sebelumnya. Tapi memang seharusnya aku mengatakan itu.

Jungkook menarik lenganku cepat—mendekat ke arahnya. "Jangan bodoh. Aku masih punya kamu." Dia menenggelamkan wajahnya di permukaan leherku. Deru napasnya membuatku geli.

"Jangan bodoh juga, Jeon. Aku nggak mau kamu khawatirin soal aku," kataku agak pelan. Jungkook diam. "Aku memang pasti ada di posisi ini—dan aku ngga masalah." Aku melanjutkan seraya menundukan kepalaku. Aku nggak mau nangis sekarang.


Nggak ada yang perlu di tangisin, Hwang Eunbi. Jangan lemah.

Jungkook mendongakkan kepalanya. "Eunha pacar kamu, Jeon. Aku bukan." Aku tersenyum getir di akhir kalimatku. Aku memang sangat gila karena memancing emosi Jungkook saat ini. Tapi aku harus bicara kenyataan.

"Hwang."

"Aku nggak mau disebut orang ketiga," ucapku sedikit parau.

"Kamu bukan orang ketiga." Jungkook menatapku tajam. Dia pasti marah. Nggak mungkin nggak marah. Aku mendongak dan memberanikan diri untuk membalas tatapannya. Aku nggak peduli mataku memerah atau apapun.

"Itu kata kamu. Tapi orang lain bakal bilang apa kalau mereka tahu? Mereka bakal nyebut aku orang ketiga, penggoda, atau apapun itu."

Plak!

Jungkook menamparku.

Aku nggak pernah menyangka dia bakal main tangan. Beberapa detik kemudian, Jungkook sadar—tapi itu nggak merubah segalanya. Aku bakalan tetap ingat kalau dia pernah menamparku.

"H-Hwang—"






"Aku mau sendiri, Jeon." Aku pergi keluar apartemen dengan tangisku yang masih berusaha kutahan.

Sepertinya setelah ini akan lebih rumit.

================

hellooooo

jangan lupa vommentnyaaaa
ga butuh tenaga kok buat klik bintang di ujung kiri bawah😛

✔️photograph ; sinb + jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang