Readerku tersayang…. Terima kasih banyak telah membaca cerita abal – abal ini, hahahhaa aku kira tidak ada yang suka…. Ternyata lumayan juga peminatnya, dan comment – comment dari reader tersayang aku suka baca dan aku selalu tertawa setelah membacanya. Ada satu reader yang meminta POV dari Randy… hahahha aku belum bisa buat POV Randy… gak cocok karena dari awal ini cerita berdasarkan Povnya nara… tapi tenang saja… mendekati akhir aku akan membuat pov Randy dan juga Pov Nera… hahahahha… ah panjang banget pembukanya… yukkkss lanjuttttttt.
****
Dihari ke Sembilan ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam, ketika aku sedang tertidur aku mendengar pintu kamar dibuka, aku berbalik dan melihat Randy pulang. Akhirnya dia pulang, ini saatnya aku berbicara mengenai perceraian. Apapun jawabannya aku akan tetap meminta cerai. Karena aku sudah bertekad mengakhiri pernikahan ini.
“ wahhhh pulang juga toh… masih ingat rumah?, ah atau karena ada mainan baru makanya lupa jalan pulang?”
“kangen ya Nara sayang dengan suami kamu ini?”
“ogah… ngapain juga kangen”
“masa sih, tapi kok ada puluhan miscall aku lihat di hp aku”
“ckckkckc pede amat, siapa eloooo ngapain juga kangen sama tukang selingkuh”
“wkwkwkkwkwkwk siapa juga yang selingkuh? Ah wanita yang angkat hp aku ya? Kamu mau tau siapa dia?”
Aku diam dan menghindar menatapnya. Kenapa aku pengen tau siapa wanita itu ya.
“gak tuh, bodo kamu mau selingkuh kek, mau kawin lagi kek, atau mau menghilang selamanya juga aku gak peduli”
“bener ni, gak mau tau dia siapa?’
“gak perlu, udah deh basa basinya, aku minta cerai…”
Wajahnya berubah dari tersenyum jahil, kembali menjadi dingin tanpa ekspresi.
“seharusnya ketika suami pulang dari rumah sakit, seharusnya di rawat atau dibaik – baiki, bukannya di bikin marah”
“kamu sakit?”
“ah sudahlah, gak usah dibahas, aku mau mandi gerah lihat aura panas dikamar ini”
Apa dia sakit? Kenapa dia bilang dari rumah sakit… apa wanita yang mengangkat telepon kemarin itu suster? Ahhhhh… kok jadi ribet gini sih… gak aku harus pastikan… siapa wanita itu.
Aku bangkit dan berniat menanyakan apa maksud kata – katanya tadi, aku masuk ke kamar mandi dan melihatnya sedang mencoba mengganti perban yang terpasang di perutnya.
“Randy… apa maksud kamu… kamu dirawat di rumah sakit? Itu perut kenapa?” aku melangkah mendekatinya dan memegang tangannya yang sedang membuka perban.
“gak… gak… ayo duduk di kasur aku bantu gantiin perbannya, jangan pegang sembarangan nanti kena bakteri”
Aku mencuci tanganku dengan anti septic, dan menyeretnya menuju tempat tidur, dengan pelan – pelan aku menyuruhnya untuk berbaring. Dengan sigap aku mengganti perban, luka itu seperti habis di operasi, apa selama ini dia dirawat karena sakit… tapi kenapa dia tidak memberitahuku, apa dia gak tau aku sangat cemas dia hilang tanpa kabar.
“kamu sakit apa dan ini kenapa?” tanya penasaran.
“aku gpp kok, kamu jangan kuatir”
“jawab pertanyaan aku ini kenapa, jangan buat aku sebagai istri yang gak tau apa – apa tentang suaminya”
“aku operasi usus buntu, tapi sudah sehat kok, ini tinggal pemulihan saja”
“kenapa tidak beritahu aku, kenapa menghilang saja”