Sudah satu bulan pernikahan aku dan Randy, dan untungnya allah masih baik dan tidak membuat aku hamil karena kejadian malam itu, aku sangat bersyukur, aku gak mau hamil selama aku masih menikah dengan dia.
Rencana pembangkangan akan aku mulai, aku sudah gak kuat hidup satu atap dengan suami yang bisanya hanya menyakiti hati istrinya. Aku bagai wanita yang berfungsi sebagai pemuas nafsunya, tidak ada cinta ataupun kenikmatan didalam setiap percintaan.
Randy Bratawijaya tipe orang yang keras dan kejam, keinginan nya harus dituruti dan tidak ada kata penolakan di dalam kamusnya, sekuat tenaga aku menolak, sekuat tenaga pula dia meminta haknya, hanya kesakitan yang aku terima dan aku gak sanggup menanggung lebih lama lagi. Harga diriku tercabik setiap dia melakukan “itu” dia selalu bertanya apa aku sudah memasang alat kontrasepsi, wanita mana yang mau menerima penghinaan oleh suaminya.
Tadi malam dia memberitahu bahwa dia akan ke Belanda selama 1 minggu, aku bahagia mendengarnya berarti aku gak akan bertemu dengan dia selama 1 minggu dan berarti aku gak akan melayaninya selama 1 minggu.
“aku pergi dulu, ingat semua pesan aku, setiap malam aku akan menghubungi kamu melalui skype jadi jangan pernah mencoba untuk melanggarnya”
“bawel banget sih, sana pergi kalo perlu jangan kembali” kataku dengan pelan
“apa kamu bilang?”
“gak ada Cuma kumur – kumur”
Setelah mencium keningku dia berlalu pergi. Cih seenak jidatnya mencium aku, dikiranya aku rela apa jadi istrinya. Aku hapus bekas ciumannya di kening. Tapi aku bahagia bisa bebas selama 1 minggu gak ketemu dan bertatap muka dengannya. Jangan harap aku mau bicara melalui skype karena aku akan mulai melakukan pembangkangan. Jadi siap – siap aja menerima serangan jantung ketika kamu kembali dari Belanda.
Setelah memastikan dia berangkat melalui supir yang mengantarnya, aku membawa Rania dan Radya menuju rumah papi, aku berniat menitipkan mereka sebentar, aku berniat mau jalan – jalan ke mall.
“Rania sayang, mama antarin kamudan Radya, ke rumah kakek ya mama mau pergi sebentar, nanti setelah urusan mama selesai, mama akan jemput kalian”
“mama mau kemana, nia ikutt donk”
“gak bisa sayang itu tempat khusus orang dewasa, jadi nia sementara sama kakek aja ya, besok mama janji kita akan ke taman hiburan”
“yahhh.. tapi janji ya becok kita pergi” katanya sambil memegang pinggangnya.
“iya sayang, mama janji jadi jangan ngambek lagi, gak baik lo anak gadis suka ngambek, jangan tiru sifat – sifat buruk papa, mama gak suka”
“iya mama sacang, muachhhh nia sacang mama” katanya sambil mencium pipiku.
“mama juga sayangggggg kalian” balasku sambil memeluk badannya yang mungil ini.
“ya sudah ayuk kita ke rumah kakek, inget ya kalo kakek nanya mama kemana bilang aja pergi arisan ya, dan kalo papa telepon bilang juga mama pergi arisan”
“aman ma”
Cih Nara kok kamu ajarin anak bohong sih, tapi yam au bagaimana lagi ini satu – satunya cara supaya aku bisa bebas dari penderitaan ini.
Setelah mengantar anak – anak ke ruman kakeknya, aku bergegas menuju mall, aku berniat membeli barang – barang baru untuk mengganti dekorasi kamar tidurku.
Aku memilih barang – barang baru, kasur, lemari, kursi, pokoknya semua.
“Maaf Mbak Nera aku terpaksa lakuin ini, aku gak kuat melanjuti pernikahan tanpa cinta ini. Tapi mbak tenang aja , barang – barang mbak tidak aku buang, aku akan simpan tapi di rumah papi” kataku dalam hati.