Malam setelah meninggalnya mbak Nera, keadaan rumah kembali sunyi, kedua orang tua baik orang tua ku maupun orang tua mas Randy sudah kembali ke rumah masing, hanya ada aku, mas Randy dan anak – anak.
Hoekkk hoekkk
Aku mendengar tangisan Radya didalam kamarnya, dengan terburu – buru aku menggendongnya.
“Radya sayang…. Jangan nangis lagi… mama disini sama kamu.. cup cup anak ganteng…” aku menggendongnya dengan sabar.
Setengah jam Radya tetap gak berhenti menangis…
“sayang.. jangan buat mama cemas.. ayo diem ya… ini mama kasih susu” aku masukkan botol dot yang berisi susu tapi Radya tetap gak mau diam, apa jangan – jangan dia rindu ibunya… apa dia mau minum asi.. tapi bagaimana aku gak punya asi.
“kamu mau minum asi ya sayang, makanya ngamuk seperti ini? Tapi mama gak punya asi.. bagaimana donk…” aku masih berusaha menenangkan Radya yang menangis gak berhenti – henti.
“aduh sayang… kenapa kamu keras seperti papa kamu sih.. mama kewalahan kalo kamu kayak gini”
“Apa aku kasih aja dia puting susu aku… siapa tau dia bisa tenang” kataku dalam hati.
Dengan sigap aku meletakkannya di atas kasur dan berbaring disebelahnya. Dengan pelan – pelan aku mengeluarkan payudara dan mengarahkan ke mulutnya. Dengan cepat bayi yang masih belum berumur 1 bulan itu berusaha mengisap – isap, walau asinya tidak ada yang penting Radya tidak menangis lagi. Aku menggigit bibir menahan sakit.
Setengah jam berlalu, air mataku mulai menitik karena menahan sakit, Radya juga mulai tidur, dengan pelan aku mengganti dengan susu botol. Aku melirik payudara yang mulai lecet setelah di isapnya, ya allah kasian anak ini, masih bayi seharusnya asi yang dia terima bukan hanya kepalsuan seperti ini.
Dengan pelan – pelan aku meninggalkan kamarnya dan kembali ke kamar, aku gak mau pria itu marah – marah jika aku tidak tidur disana.
“darimana kamu” tanyanya
Aku hanya diam dan masuk kekamar mandi, aku lelah dan capek jadi malas bertengkar, lebih baik aku diam hari ini.
Setelah selesai mandi dan membersihkan diri, aku berbaring di kasur dan langsung menutup mata. Aku sangat lelah hari ini.
“tidurlah, besok kita bicara lagi, besok aku akan memberitahu apa saja peraturan dirumah ini”
Aku tetap diam dan kembali menarik selimutku sampai menutupi kepalaku.
Pagi harinya aku terbangun, aku menggeliat dan tanpa sadar aku melihat tangan pria itu sedang memelukku. Aku berusaha melepasnya dan meletakkannya dengan pelan – pelan.
“Pagi NERA sayang… apa tidur kamu nyenyak?” tanyanya dengan mata masih tertutup.
Aku tidak menjawab pertanyaannya, karena jika aku jawab hanya akan memancing pertengkaran lagi, lebih baik aku lakukan Gerakan Tutup Mulut, bodo dia mau bicara apa yang penting aku gak akan tanggapi.
Aku berjalan meninggalkannya yang masih tidur dengan enaknya, “dasar pemalas mentang – mentang pemilik kantor malah berleha – leha apa gak tau diluaran sana puluhan bahkan ratusan orang tidak bekerja, aku sumpahi bangkrut baru tau” kataku dalam hati.
Aku masuki kamar anak – anak dan melihat rania masih terlelap dan Radya sedang bermain – main dengan mainannya.
“Rania sayang ayo bangun, kamu kan mau ke Playgroup, nanti Teachernya marah lo kalo kamu telat”
“Nia macih ngantuk mama” kata Rania yang dengan mengucek – ngucek matanya.
“iya mama tau, tapi kamu udah bolos loh kemarin jadi gak bisa bolos lagi hari ini, nanti papa marah jika kamu malas – malasan, kamu tau kan papa kamu itu kejam, sukanya marah – marah, gak sama mama sama kamu dan sama yang lain, entah kapan baiknya”
“jangan kotorin otak Rania dengan ajaran sesat kamu”
Astaga dia berdiri di pintu kamar anak – anak apa dia dengar aku menjelek – jelekkan dia. Entrtahlah bodo dia mau dengar apa gak, yang penting aku bisa melepaskan kemarahan aku.
“Rania ayo mandi, nanti papa sekalian antar kamu ke sekolah” dengan sekali perkataan Rania langsung bangkit dan menuju kamar mandi.
“ckckckck dengan anaknya pun dia bisa sekejam itu, aura dingin dan kejam yang keluar dari tubuhnya membuat orang yang berada disekitarnya menjadi takut” kataku dalam hati.
“dan kamu selesai mandikan Rania dan Radya aku tunggu di ruang kerja”
Aku hanya menggangguk tanpa mengeluarkan suara.
Dia berjalan meninggalkan kamar dan berjalan menuju ruang kerja, entah apa yang akan terjadi didalam ruangan itu.
Setelah selesai memandikan Rania dan Radya, aku menyusulnya ke ruang kerja, aku berharap dia gak mencari masalah hari ini.
Tok tok tok
“masuk”
Aku masuk dan berdiri di depan pintu.
“masuk dan duduk disitu” katanya sambil menyuruhku duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
“aku gak akan berlama – lama karena aku harus mengantar rania dan akan langsung kekantor, ini semua peraturan selama kamu tinggal disini dan menjadi istri aku, silahkan dibaca dan aku harap kamu mengingatnya dan jangan sampai melanggar karena akan ada hukuman”
“oh serasa di penjara donk, pake peraturan segala… aku ingin tau apa sih hukuman yang kamu beri jika aku langgar, mmmm baiklah aku akan baca dan siapkan hukuman ya untuk nanti malam karena aku pastikan aku gak akan mengikuti apapun isi surat ini” aku berdiri dan meninggalkannya dengan tatapan bengong. Mungkin dia gak menyangka aku akan membalas atau menantangnya.
Aku masuk ke kamar Radya dan menguncinya dan aku mulai membaca isi surat yang dia berikan tadi.
“PERATURAN RUMAH BRATAWIJAYA”
Ckckckck emang dia kira ini sekolah, dan aku kembali membacanya.
Dilarang pergi tanpa seizing suami. Ckckckc dikira aku anak – anak harus pake izin kalo pergi. No way jangan harap aku akan meminta izin.
Dilarang membawa teman pria ke rumah ini. Oke ini bisa aku turuti karena aku juga gak punya teman pria.
Dilarang mengubah dekorasi rumah terutama dekorasi kamar dan tidak boleh membuang barang – barang milik alm istriku. Yihaaa ini yang akan aku langgar untuk pertama kali, aku akan mengganti semua barang Mbak Nera dengan barang - barang pribadiku. Hahahah aku gak sabar melihat reaksinya.
Tidak ada kata perceraian dari mulut istri kecuali aku yang akan menceraikan. Ckckck egois banget. Ya sudah aku yang akan membuat kamu menyeraikan aku.
Asuh rania dan radya bagai anak sendiri, aku gakk mau anak – anak kehilangan kasih sayang mamanya. Tanpa kamu minta aku juga akan lakuin bagaimanapun mereka harta terakhir mbak Nera.
Keuangan rumah tangga akan aku kasih setiap bulannya dan di dompet kamu aku sudah letakkan kartu kredit unlimited, jadi jika ingin belanja gunakan itu, oh iya foto pria brengsek yang ada di dompet kamu sudah aku bakar dan aku ganti dengan foto pernikahan kita, ingat sudah punya suami jangan coba – coba selingkuh dibelakang aku. Ckckckck siapa yang ngizinin dia bongkar – bongkar dompet aku. Jangan harap aku akan setia dengan dia, aku akan coba cari pria baik dan mau menerima aku apa adanya.
Ini yang terakhir dan aku harap jangan pernah kamu langgar. Aku tidak mau ada anak diantara kita. Jadi pandai – pandailah kamu mengatur kontrasepsi. Cih siapa juga yang ingin punya anak dari pria dingin dan gak punya hati seperti kamu.
Aku menatap nanar peraturan ke tujuh, hamil… dia melarangku untuk hamil, tapi ketika dia memperkosaku dia tidak menggunakan pengaman, dan disaat itu aku sedang masa subur, apa aku akan hamil. Tidak…. Aku tidak boleh hamil, ya allah jangan kamu kasih aku karunia sekarang, aku gak mau dia meyakiti anakku jika sampai aku hamil.
Setelah membaca surat itu, aku berniat melanggar satu persatu peraturannya, “tuan Randy Bratawijaya, kamu boleh menyiksa aku dengan kebencian dan kata – kata, tapi aku gak akan diam menerima semua perlakukan kamu, aku akan melawan dan dengan cara membuat kamu marah, tunggu saja dan bersiap – siaplah menceraikan aku” kataku dalam hati.
tbc