sudah 1 minggu Randy tinggal di panti ini, sudah beribu cara aku lakukan untuk mengusirnya, tapi dia bersikeras untuk tetap disini. dia akan kembali pulang jika aku ikut pulang juga.
"pulang sana gih... ngintilin mulu... buat apa kamu masih disini... bukannya sudah gak peduli dengan aku? bukannya udah gak percaya sama aku? bukannya mau ceraikan aku hanya karena masalah sepele" kataku siang itu ketika dia sedang asyik memakan buah mangga yang baru dia petik dikebun.
aku sengaja menyuruhnya memetik buah mangga dikebun yang sangat jauh dari rumah, pulang - pulang dia membawa mangga 1 plastik plus luka dan lecet di kaki. ah, aku jadi nyesel kan, nyuruh dia manjat jika tau dia sampai jatuh gini.
"gak mau... kalo pulang kamu juga harus ikut, aku gak mau kehilangan kamu lagi" jawabnya dengan wajah serius.
"kamu sudah kehilangan aku semenjak mengajukan surat itu" kataku sedih.
"aku sudah batalin... aku gak pernah mengajukan ke pengadilan.... ketika kamu datang waktu itu, aku sudah menyuruh Ronald membatalkan gugatan, tapi karena aku masih kesal,.... sudahlah gak usah dibahas, btw kamu mau apa lagi... dikebun banyakkkkk sekali buah2 ayo bilang kamu mau apa, pasti aku ambilin"
"aku mau kamu jangan pernah nampakin wajah kamu di depan aku" kataku pedas.
"gak adakah sedikit maaf buat aku nara?, sebenci itukah kamu dengan suamimu ini?"
"iya, aku sudah gak mau berumah tangga dengan kamu, kenapa kamu batalkan gugatan itu" kataku.
aku melihat matanya berkaca - kaca. randy menangis mendengar perkataanku.
aku mendengar helaan nafasnya yang berat.
"aku keluar sebentar... jika masih disini aku takut aku akan nyakitin kamu" katanya dan dia bangkit dan mencium keningku dan tanpa terasa ada setitik air mata jatuh dipipiku.
"berdoalah jika kamu mau aku gak menampakkan diri di depan kamu lagi" dan dia berlalu meninggalkan aku sendiri dikamar.
apa maksudnya, apa dia kembali ke jakarta. ah, bodo mau pergi apa gak terserah.
hari semakin larut dan jarum jam menunjukkan pukul 10 malam. randy belum juga kembali. aku melirik ke jendela, melihat tanda - tanda kepulangannya.
jam 11 malam
jam 12 malam
jam 1 pagi
jam 2 pagi
jam 3 pagi
ini sudah jam 3 dan dia belum juga kembali, aku teringat perkataannya yang ambigu tadi.
"dek papa kamu gak kenapa2 kan? gak melakukan hal bodoh kan?"kataku sambil mengelus perutku yang makin membesar,
"apa mama telepon ya?"
aku merasakan anakku menendang, berarti aku memang harus menelepon papanya.
"tut.... tut... tut" gak diangkat
aku terus mencoba menelepon nya.
"halo nara" suara orang habis menangis.
"kamu pulang perutku sakit" aku langsung mematikan telepon nya. jantungku gak berhenti berdetak.
5 menit kemudian dia masuk ke kamar dan dengan paniknya dia melihatku.
"kamu kontraksi lagi? yang mana yang sakit? ayo kita ke dokter" katanya dengan panik.
"disini yang sakit.... aku.... aku gak bisa nafas saking sakitnya" kataku sambil meletakkan tanganku di dada.
![](https://img.wattpad.com/cover/19554362-288-k886954.jpg)