Sudah 1 minggu aku bekerja sebagai OG dan selama itu jika di kantor Randy tidak pernah mau bicara dengan ku, dan aku juga gak berniat mengajaknya bicara. Masalah Ronald sampai saat ini aku tidak punya kesempatan untuk bertemu, aku takut dia menepati kata – katanya jika aku dekat – dekat para karyawannya akan dia pecat.
Dirumahpun kami juga jarang berbicara, dia pulang selalu diatas jam 12 malam, pergi jam 7 pagi… dia sengaja pergi cepat agar aku tidak ikut dimobilnya. Dengan terpaksa aku membawa mobil untuk pergi bekerja, aku sengaja memarkirkan mobil di gedung sebelah, karena aku merasa gak enak, karena para karyawan tidak tau aku adalah istri CEO mereka.
Pagi ini aku sengaja izin tidak masuk karena Radya mengalami demam tinggi, aku gak tega meninggalkannya sendirian di penitipan anak.
“anak mama sayang kok bisa sakit sih, rindu ya sama mama, maafin mama ya sudah nelantarin kamu 1 minggu ini di penitipan anak, jangan sakit lagi sayang, kamu bikin mama sedih jika sakit gini” aku mengelus pipinya yang gembil sambil menitikkan air mata, aku merasa bersalah Radya sakit gara – gara keinginanku untuk bekerja.
“itu yang bikin aku gak ngizinin kamu kembali bekerja, terbuktikan… baru 1 minggu Radya jadi sakit.. tolonglah ego itu di tahan, jangan karena ingin berpisah dari aku mengorbankan anak kamu” aku mendengar suara Randy yang sedang berdiri di depan pintu.
Aku menghapus air mata yang turun dan menatapnya dengan tajam. “kalo begitu ceraikan aku cepat.. aku capek hidup kayak gini terus, aku ingin bahagia, aku ingin dicintai oleh suami aku, aku ingin juga merasakan kasih sayang… bukan dianggap hanya sebagai ibu dan istri pengganti”
“aku sudah bilang, kamu selamanya akan tetap sebagai istri aku, mau atau tidak, ikhlas atas tidak, yang aku tau kamu tetap istri aku, masalah cinta dan kasih sayang hapus saja dari kamus kamu, karena cinta dan sayang aku hanya untuk Nera”
“jika kamu membenci aku, untuk apa kamu mempertahankan aku di sisi kamu? Apa ini hukuman karena aku dulu tidak bisa menjaga mbak Nera dan membuat dia meninggal? Gitu Randy?” tanyaku masih dengan air mata yang mulai menggenang di ujung mata.
“atau karena masa lalu kita” kataku dalam hati.
“aku hanya butuh kamu sebagai teman tidur, karena aku gak mungkin meniduri wanita – wanita murahan”
“brengsek!!!! Aku benci kamu Randy….. aku bukan alat untuk kamu melampiaskan nafsu… aku punya hati dan perasaan… lihat saja aku gak akan pernah mau kamu tiduri lagi… jangan harap kamu bisa menyentuh aku, pergi sana jangan pernah nunjukin muka biadab kamu ke aku, aku gak akan mau jadi istri kamu lagi, aku akan pergi dan akan membawa anak – anak” amarahku naik mendengar perkataannya.
Dia mendekatiku dan memegangku dengan kuat “ jangan harap bisa kabur dari aku Nara, kamu milik aku selamanya….”
“tidak aku bukan milik kamu, aku bukan barang yang bisa kamu klaim kepemilikan, aku manusia dan wanita yang punya hati, perasaan dan harga diri”
“oh ya? Jadi kamu punya hati, perasaan juga toh… aku mau tanya… dulu… dulu sekali… ah sudahlah gak usah dibahas, karena aku sudah pasti tau jawaban yang akan kamu jawab”
“aku… aku…” kataku gugup dia bertanya tentang masa lalu kami.
“gak usah gugup Nara sayang, tenang saja aku sudah gak akan mengingat kekejian kamu dulu”
“jadi karena itu kamu membalas aku seperti ini?” batinku lagi dalam hati
“iya, jika itu kamu tanya didalam hati kamu…” lalu dia berjalan ke arahku…
Dia menangkup wajahku dan menariknya untuk mendekat kearah wajahnya…
“jadi berhentilah bertingkah seperti anak – anak, berhentilah bekerja dan focus mengurus anak – anak, jika kamu bosan kamu bisa berjalan – jalan tapi aku harus ikut kemanapun kamu pergi”
“gak… aku gak akan berhenti bekerja… Radya akan mengerti jika mamanya harus bekerja…”
“buat apa kamu bekerja lagi Nara, jika kamu bilang butuh uang, aku bisa kasih berapapun kamu mau”
“ini bukan masalah uang Randy, tapi masalah harga diri, aku gak akan terima kamu menginjak – injak harga diri aku, kamu boleh membalasku dengan cara apapun, tapi aku tidak akan tinggal diam… seribu kali kamu membalas, seribu kali juga aku akan melawan”
“oh ya… jika aku lakuin ini apa kamu bisa melawan”
Cup
Dengan tiba – tiba dia menciumku, ciuman penuh nafsu dan kasar, dia meminta aku membalasnya, aku gak mau… aku benci…. Aku gak rela….
Dia berhenti ketika kami sama – sama kehabisan nafas, dia kembali menatapku… tatapan yang penuh arti… apa maksud tatapan itu, tatapan kesedihan.
Dia melepaskanku dan meninggalkan kamar Radya.
“jangan tatap aku dengan tatapan itu Randy….. tatap dengan kebencian, itu kekuatan aku untuk berpisah dari kamu…” kataku sambil menitikkan air mata.
Setelah pertengkaran kami di kamar Radya, semakin hari hubungan kami semakin memburuk, apalagi besoknya Randy tidak pulang ke rumah dan tidak masuk kantor juga, entah kemana dia aku juga gak berniat untuk mencarinya, mungkin dia di rumah papanya atau keluar negeri.
Hari ini hari ke delapan dia pergi tanpa kabar, sebenci apapun aku ke dia, dia tetap ayahnya anak – anak, aku juga gak mau nanti anak – anak kehilangan papanya, dengan terpaksa aku harus menghubunginya.
Aku hubungi hpnya, masuk tapi tidak diangkat… puluhan kali aku telepon tetap tidak ada yang angkat.
“jangan nyerah Nara, demi anak – anak tetap hubungi dia”
“tut… tut… tut”
“halo” sapa pihak sana tapi bukan Randy yang mengangkat… itu suara wanita.
“maaf salah sambung” kataku sambil mematikan sambungan telepon.
Wanita.. siapa wanita itu, kok dia yang mengangkat telepon Randy… apa jangan – jangan dia selingkuh.
“bagus,…. Bagus sekali Tuan Randy Bratawijaya… jadi kamu menghilang untuk bersama dengan kekasih kamu ya… percuma aku kuatir dengan kamu… ternyata kamu lagi bersenang – senang toh”
Entah kenapa hati aku sakit memikirkan suara wanita itu.
“gak… gak Nara… ini saatnya kamu meminta untuk berpisah… ya… sudah saatnya aku meninggalkan Randy… jika dia sudah memiliki wanita lain… keberadaanku sudah tidak penting lagi” batinku dalam hati.
Tbc
Ckckckkc apasih masalalu mereka, dan siapa wanita itu… nantikan terus ya readerku tersayang….
![](https://img.wattpad.com/cover/19554362-288-k886954.jpg)