Randy Pov
"Ayo kerjaan mas sudah selesai, kita lihat dedek dulu di dokter priska" kataku sambil memegang tangan istriku yang hendak bangun dari duduknya, karena kehamilannya yang semakin besar, Nara memang agak sedikit susah untuk berdiri sendiri.
"kita lihat dedek yang ada diperut mama ya pa" tanya Rania
"iya sayang... kamu mau kan lihat dedeknya"
"mau banget.... horeeeee" teriaknya sambil mencium perut mamanya.
ah, betapa indahnya dunia ini, punya istri yang sangat aku cintai dan anak - anak yang sehat.
"ayo buruan nanti dokter priskanya keburu balik"
aku berjalan keluar dari ruangan sambil menggendong Radya, sedangkan Nara memegang tangan Rania.
semua orang memandang kami dengan tatapan bahagia, mungkin mereka berpikir seorang Randy yang dingin jika punya keluarga bisa juga menjadi ayah dan suami siaga.
di dalam perjalanan menuju rumah sakit, Nara dan Rania gak berhenti - henti bernyanyi. kebahagiaan tersirat dengan jelas di muka Nara dan Rania. hal itu sudah cukup membuatku merasa tak ada lagi hal yang aku inginkan selain melihat tawa dan senyuman di wajah 3 orang malaikatku.
"nah ayo turun, kita sudah sampai di rumah sakit, Nara sayang kamu duluan saja ya masuknya, aku mau ke toilet dulu, kebelet dari tadi"
"baik mas aku daftar dan setelah itu aku tunggu di depan ruangan dr. priska ya"
"siap nyonya besar!!! laksanakan hahahhaha" kataku menirukan gaya tentara
"hahhahaha lucu amat sih suamiku ini, suami ciapa sihhh"
"suami sophia latjuba" kataku
"ariel donk kamu"
"ogahhhhhh" jawabku dengan cepat.
"ya deh aku masuk dulu"
aku melihat istri dan kedua anakku masuk kedalam dan setelah memastikan mereka aman aku pun masuknke toilet.
"ah, ini perut kenapa bergejolak disaat aku ingin menemani Nara cek kandungan ya, menyebalkan" kataku jengkel.
setengah jam aku berada di toilet, Nara pasti bete aku tinggalin lama.
"siap2 saja diomelin istri" kataku pasrah.
akupun berjalan menuju ruangan dr. priska. ketika akan mendekati dimana Nara dan anak2 sedang duduk, tanpa sengaja aku melihat istriku sedang berbicara dengan seorang pria, aku gak tau siapa karena dia duduk membelakangiku.
" siapa pria itu" kataku geram
aku berdiri sengaja dibelakang mereka, aku ingin tau apa yang mereka bicarakan.
"Nara... sudah lama banget ya kita gak ketemu, dan sekali ketemu di dokter kandungan... sudah berapa bulan?"
"empat bulan restu..."
"Restu... itukan nama mantan Nara" cih kenapa mereka bisa bertemu disini... entah kenapa rasanya darahku mau naik ke ubun2, tapi aku harus sabar, aku ingin tau apa yang mereka bicarakan.
"wah sudah besar juga, suami kamu mana... kok sendirian...jahat banget ya biarin istrinya yang cantik ini sendirian memeriksakan kehamilannya... makanya balik sama aku aja, tinggalin suami kamu... aku siap kok nemenin kamu ke dokter.. aku juga siap menerima anak kamu"
"hahhahaha gitu ya... boleh juga nih tawarannya... nanti aku pikirkan ya, ide nya bagus juga" jawab Nara dengan sangat bahagia... tapi aku yang mendengarnya serasa dihantam gelombang tsunami... sesak dan kecewa berat.