Turun Ranjang 1

287K 9.2K 295
                                    


“saya terima nikah dan kawinnya Hannara Putri Hulgo dengan mas kawin sebagaimana tersebut dibayar tunai” kata Randy dengan sekali tarikan nafas.

Suara akad nikah yang menggema di ruang inap sebuah rumah sakit meluncur dengan lancar dari mulutnya.

“sahhhhhh” kata para saksi

“alhamdullilah, akhirnya sah juga Randy dan Nara sebagai suami istri” kata para tetua yang merupakan orang tua ku dan orang tua suamiku.

Setelah orang tua dan mertuaku pergi meninggalkan kami bertiga, aku melihat mas Randy menghampiri tempat tidur Mbak Nera yang sedang terbaring lemah setelah melahirkan anaknya yang kedua.

“makasih ya mas sudah nurutin keinginan terakhir aku, aku bisa pergi dengan tenang jika meninggalkan mas dengan Nara Kembaranku, anak2 akan menganggap Nara sebagai ibunya karena wajah kami yang mirip, jadi aku mohon jangan pernah memberitahu anak2 kalo mamanya sudah gak ada jika aku meninggal nanti ya” kata mbak nera sambil memegang tangan suaminya yang juga suamiku.

“sudah puas kasih wasiatnya? Permisi!!!!” katanya dengan emosi tinggi dan meninggalkan kami menuju pintu keluar, hatiku sakit mendengar bentakannya kepada mbak Nera yang sedang lemah, gak bisakah dia perlakukan mbak Nera dengan baik sedangkan dia sedang berjuang untuk hidup.

“mas mau kemana, mbak nera butuh mas disisinya, jangan pergi kemana2” tanyaku

“jangan ngelunjak ya, aku nikahin kamu CUMA karena permintaan papi dan dia…. Jadi jangan sok2 manis di hadapan aku” katanya sambil menunjuk2 wajahku dengan kasar.

“tapi…..”

“stopppp jangan banyak omong lagi, aku muak dengan kalian berdua, kalian gak mikirin perasaan aku dan kamu Nera…. Istri macam apa yang menyuruh suaminya menikahi adik iparnya…. Aku gak habis pikir darimana kamu mendapat ide brengsek seperti ini”

“demi mas dan anak2….”

“oh ya…. Demi aku apa demi dia?” katanya sambil melihatku dengan tatapan benci

“apa dia gak rela jadi perawan tua, sehingga suami kakaknya pun ingin di embatnya”

“bukan mas, Nara…. Nara gak seperti yang kamu bilang”

“ahhh sudah jangan banyak bacot, kamu kira aku gak tau….” Katanya sambil menghentikan ucapannya dan kembali memandangku dengan wajah jijik dan muak.

“kalo mas gak suka besok silahkan urus perceraian kita!!! Sudah cukup ya kamu menghina aku dan menuduhku macam, kamu kira aku mau menikah dengan kamu… gak…. Denger ya tuan Randy Bratawijaya, aku rela ninggalin Restu pacar yang sudah aku pacari 10 tahun demi mbak Nera jadi tidak hanya kamu yang tersakiti disini tapi aku dan mbak Nera juga” kataku berapi2 dengan tatapan kesal dan benci.

“ya sudah besok aku ajukan perceraian buat kalian berdua” katanya dan pergi meninggalkan aku dan mbak Nera.

Kepergiannya di iringi dengan isak tangis mbak Nera yang tersakiti mendengar ucapan kasar dari suami yang dicintainya.

“sudah mbak jangan nangis lagi, lebih baik kita bercerai daripada berumah tangga tapi banyak kebencian diantara kita bertiga”

“gak…. Gak boleh…. Kalian gak boleh bercerai, mbak mohon Nara kamu harus bertahan dan membuat suami kita jatuh cinta kepada kamu”

“mbak aku Cuma istri pengganti dan gak bakal ada cinta diantara kami, karena aku sayang dengan restu mbak, mbak tau kan restu itu pacar aku dan sudah 10 tahun kami pacaran“

“gak…. Kamu gak boleh sama restu…kamu harus jadi istri dan ibu untuk rania dan radya nara, mbak mohon sekali ini kabulin permintaan mbak ya”

4. Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang