Satu minggu setelah beristirahat dirumah, Randy akhirnya aku izinkan untuk bekerja kembali. Walau setiap hari mengomel karena aku tidak mengijinkannya untuk bekerja, tapi aku bersyukur dia mengikuti semua perintahku.
Pagi itu sebelum dia berangkat kerja aku menyerahkan sebuah surat kedirinya, aku sebenarnya takut menyerahkan surat itu, aku takut dia kembali mengingat masa – masa aku membullynya, walau aku sudah meminta maaf melalui surat, tapi sampai saat ini aku belum mendengar dari mulutnya kata – kata menerima maaf ku.
“mas, ini ada undangan reuni sma, tadi teman aku kirim melalui email, aku boleh datang?” aku melihat wajahnya, tanpa ekspresi dan aura dingin gak beranjak dari tubuhnya.
“Mas… boleh gak aku pergi, acaranya weekend ini di puncak… aku gak enak dengan Davina, aku sudah janjian buat datang karena sejak dulu aku gak pernah menghadiri acara itu, tapi kalo mas gak izinkan aku gak bakal pergi”
“berapa hari?”
“pergi sabtu pulang minggu”
“terus anak – anak dan aku bagaimana”
“anak – anak aku titip papi atau papa, kalo mas mau ikut … ikut aja, ini reuni semua angkatan kok”
“gak… aku gak mau ikut”
“ya udah gpp aku pergi sendiri saja”
“mmmm” gumamnya pelan
“jadi aku boleh pergi?”
“mmmm”
“apasih mmmm mmmm mulu, yang jelas donk”
“mmmm”
“ishhh nyebelin banget sih” dengan reflek aku melemparnya dengan kain lap yang berada di sampingku.
Astaga….
“jiwa tukang bully masih ada ternyata…” katanya menyindirku
“heheheheh reflek mas, habis kamu nyebelin sih”
Randy bangkit dan berjalan kearahku, wah singanya bangun, Nara Nara ini tangan kok gak bisa di tahan sih. Tuh kan rasakan aja akibatnya.
“aku sudah bilang… cukup dulu kamu bisa membully aku HANNARA, kali ini tidak akan aku biarkan, sekarang aku yang akan membully kamu, berdiri…. Ayo berdiri….”
“kamu mau apa? Jangan macam – macam ya”
“kamu membuka kenangan buruk yang dengan susah payah aku kubur”
“terus kamu mau apa…”
“sini… kamu kesini sekarang juga”
Aku berjalan menuju tempatnya berdiri, kok jantungku gak berhenti berdetak ya, kok jadi deg – degan gini. Randy menarik pinggangku dan merapatkannya ke tubuhnya. Ya allah, suamiku ini walau nyebelin, tapi cakep banget wangi pula….
“kita belum pernah bercinta di meja makan kan?”
“maksud kamu kita ngesex disini? Dimeja ini? Di luar kamar?”
“iya” jawabnya dengan seringai mesum
“ogah… gak… gak…. Aneh – aneh aja, nanti dilihat anak – anak bagaimana?”
“Rania sekolah, Radya sedang tidur… lagian kita emang gak punya pembantu kan, jadi kamu tenang saja gak akan ada yang melihat”
“gak Randy, aku gak mau… kalo mau dikamar aja, jangan disini…”
“kamu kan tau aku semakin bergairah jika kamu menolak….”
Dia menduduki aku di atas meja, ya ampun ini orang kok ya gak tau tempat buat bercinta…
“Randy jangan… jika ada yang datang kan bahaya”
“gak akan ada yang datang” dia menyingkirkan piring – piring bekas kami sarapan tadi.
Randy mendekati, dan mulai menciumku dengan lembut, ya ampun… kok aku malah membalasnya sih,
“Ran…dy… u..udahhh ka.. kamu harus ke kantor”
“aku cuti”
Astaga… aku lupa minum pil KB minggu ini, bahaya… jika berlanjut aku bisa hamil… gak.. gak boleh.. ini gak boleh berlanjut.
“stoppppp… stoppp randy…. Aku… aku… belum….minum….”
“udah jangan bawel nikmatin saja” dan terjadilah penyatuan kami di atas meja makan, gila memang tapi sensasinya, gak bisa dibilang dengan kata - kata.
“kamu jadi suami kok ya nafsu gak bisa ditahan sih, ingat situasi donk… ini dimeja makan, ishhhh nyebelin!!” gerutuku
“hahahha siapa suruh ngebully aku lagi… itu balasannya”
“ya gak gitu juga kelessss, itu udah 12 tahun yang lalu, masa masih dendam juga, cowok kok pendendam sih”
“gimana mau lupa, kamu itu menghina fisikku dan mempermalukan aku di depan teman – teman, itu hal yang gak akan pernah aku lupakan”
“ah bodo, simpan aja dendam itu terus… picik!!!” aku bangkit dan memungut bajuku yang sudah tidak berbentuk lagi.
“lanjut kamar yuk” katanya sambil berteriak
“dengkulmu…. Sana kerja… bolos mulu”
“aku ikut ke reuni itu, bilang sama teman – teman kamu”
Aku berbalik dan melihatnya dengan tatapan bahagia.
“beneran… kamu ikut? Gak bohongkan?”
“iya”
“wohooooo King dan Queen akan datang ke reunian…makasih ya kakak gendutku” dengan reflek aku menciumnya di bibir.
Aduhhhhh ini mulut kenapa main sosor aja… apalagi bilang kakak gendut… ya tuhannn ini hari sial banget sih.
“apa kamu bilang”
“eh apa”
“apa kamu bilang tadi… kakak gendut?”
“gak ada… aku gak bilang gitu”
“Nara Nara kamu kira aku budek….” Randy menggendongku dengan kasar dan membawaku ke kamar…. Aduh lanjut deh sesi nya… alamat gak akan keluar kamar ini hari…. Mulut – mulut kok ya gak di bandrol sih…
Nah kan bener…. Susah emang punya suami nyebelin bin mesum… inti- intinya menghukum aku pasti dengan “itu”.
“mudah – mudahan aku gak hamil, karena lupa minum pil” doaku dalam hati.
“bisa gak ya, jangan menghukum aku dengan “itu” terus, capek tau gak, aku heran deh, dulu kamu kan cupu bin kolot, pasti gak pernah terkontaminasi dengan hal beginian, kok bisa berubah 180 derajat sih, sekarang mesumnya tak ketolong”
“semua gara – gara kamu”
“loh kok aku”
“ya iyalah, kamu itu obsesi aku dari dulu…”
“maksud kamu?”
“ya gitu deh”
“jelasin apa maksudnya?”
“pikirin pake hati ya Nara sayang… udah ah… udah siang aku balik kantor dulu, sore ada janji dengan papa”
Tbc
Nah loh si Nara pake lupa minum pil… jangan bilang dia mau hamil demi bisa lepas dari suaminya… dan bagaimana dengan reuni itu… apa akan terjadi sesuatu disana atau bagaimana… nantikan part selanjutnya ya… Nara sepertinya udah falling in love nih… mau aja si gituin di meja makan hahahahaha *authornya mecum