1.calon makmum?!

57.5K 1.9K 53
                                    

Syifa pov

Namaku Asyifa Ahisa Fazira, aku disini berperan jadi wakil ketua osis di SMA REPUBLIK tapi jangan beranggapan kalau cerita ini bakal jadi cerita adegan romantis antara wakil dan ketua osis. jelas gak akan kayak gitu karna ketua osis disini adalah orang yang paling suka ngatur,ngeselin, sok cool dan aneh. 

cukup per spill-an soal ketua osis ini sekarang saatnya beralih lagi denganku hahaha, pagi ini pertama kalinya aku memakai almamater hitam dan sebuah name tag dengan logo sekolahku, yah sekarang saatnya masa-masa ospek untuk para siswa dan siswi baru.

"Kau siap? " Tanya Devi dengan menatap ke arah sekumpulan siswa dan siswi yang berbaris tepat dihalaman sekolah.

"Tentu saja. " Balas ku dengan tersenyum lalu berjalan ke arah mereka.

"Ais cepat kesini. " panggilan itu dari sang ketua osis, panggilan yang dari awal gak pernah aku setuju tapi dia selalu memanggilku dengan nama itu.

"Fa tuh kamu dipanggil kak Daniel. " Seru Sabrina. Dia adalah teman sebangkuku sekaligus sekertaris OSIS.

"Namaku Asyifa bukan Aisyah kenapa dia selalu memanggilku dengan sebutan ais si. " Seruku dengan kesal. Ya kak daniel selalu saja memanggilku dengan nama ays bahkan tak jarang dia memanggilku dengan nama aisyah kecil padahal namaku jelas sekali ASYIFA AHISA FAZIRA dan bukan aisyah.

"Sudahlah Syifa temui saja. " Pinta sabrina dengan tersenyum. Dan mau tak mau akhirnya aku menemuinya.

"Letakan laporan ini di meja coklat dan buatlah rekapan daftar siswa yg mengajukan menjadi anggota OSIS. " Perintahnya dengan memberikan beberpa tumpukan berkas laporan yg tebal.

"Tapi kak bukankah yg seharusnya membuatnya adalah Sabrina dengan Alisa? " Tanyaku karna bukankah tugas sekertaris memang seperti itu

"Apa kau tak melihat Sabrina dan Alisa sedang sibuk dengan siswi siswi baru? Sudahlah kau saja. Lagipun kau bisa membuatnya bukan? " Tanya kak daniel tanpa memandangku sama sekali dan sibuk memperhatikan anggota OSIS dengan kumpulan calon anggota baru.

"Hmm iya kak. " Ucapku lalu bergegas pergi meninggalkannya. Inilah sikap yg paling tak kusukai darinya. Dia selalu saja asal memberikan perintah tanpa memperhatikan orang yg diberikan perintah.

Akhirnya akupun segera mengerjakan perintahnya walau sebenarnya aku sangat kesal dengannya.
Akupun segera menyalakan komputer milik OSIS namun aku baru menyadari bahwa semua rekapan rekapan nama itu berada dalam flash disk milik Sabrina dan jika aku harus kembali ke aula utama sekolah pasti aku akan bertemu dengan kak daniel dan pasti dia akan menanyakan kenapa aku malah berkeliaran menyaring Sabrina dan bukan membuat rekapan daftar nama. Tentu saja aku tak ingin bertemu lagi dengannya dan membuat moodku semakin rusak.

"Apa kau membutuhkan ini Syifa? " Tanya seseorang dari arah belakang. Aku segara membalik badanku dan ternyata dia adalah kak Alvin. Ketua tim basket sekolah dan sekaligus Ketua departemen keagamaan di OSIS

"Bagaimana kak Alvin bisa dapat flash disk itu? Bukankah itu milik Sabrina? " Tanyaku dengan menundukan kepalaku. Bagiku memandangnya sama saja akan membuatku jatuh pada dosa. Aku hanya tak ingin terjadi zina mata jika aku terlalu lama memandang wajahnya itu.

"Iya memang tapi tadi Sabrina menitipkan ini untukmu. " Jelas Kak Alvin dengan menyerahkan flash disk itu.

"Kanshamnida oppa. " Balas ku lirih namun aku sadar bahwa aku mengucapkan Terima kasih dengan bahasa korea dan bukan bahasa Indonesia. Aish ada apa denganku? Kenapa aku bisa sampai keceplosan

"Cheonma. " Balasnya lalu beranjak pergi. Dan seketika aku ingin berteriak sekencang mungkin. Bagaimana mungkin, apakah yg ku dengar tadi benar benar darinya?.
Kak Alvin adalah seseorang yg sama tampannya dengan kak daniel namun bagiku dia jauh lebih tampan bahkan sangat baik. Sebagai seorang ketua departemen keagamaan dia adalah seorang muslim yg sangat taat beribadah dan akhir akhir ini aku beberapa kali mendengar kabar dia akan mengikuti lomba dakwah tingkat provinsi.

Betapa sangat beruntungnya cewek yg nantinya akan menjadi makmumnya.
Akupun segera melanjutkan pekerjaanku dan akhirnya pun selesai juga dan aku segera menuju aula utama untuk menemui sang ketos yg menyebalkan itu.

"Ini kak. " Ucapku seraya memberikan daftar itu.

"Hmm baiklah sekarang lanjutkan memberikan materi pada siswi kelompok 1." Suruhnya tanpa memperhatikanku lagi
Betapa sangat menjengkelkannya dia.
Hah kenapa dia sangat menyebalkan? Kenapa juga harus dia yg menjadi ketua OSIS?

"Hah iya! " Ucapku dengan nada keras lalu berlalu begitu saja.

"Apa kau merasa keberatan? " Tanya kak Daniel dengan berjalan ke arahku.

"Tidak kak, ini tugasku bukan? " Tanyaku kembali dengan memaksakan senyuman

"Baguslah jika kau menyadarinya. " Balasnya dengan nada menyebalkan
Dan aku pergi begitu saja dan tak menghirukannya.

Nyatanya menjadi seorang waktos sangat tidak menyenangkan dan sangat menyebalkan.
Sebenarnya menjadi waktos bukanlah hal yg menyebalkan hanya saja aku harus terjebak dalam ketua OSIS yg sangat menyebalkan.

"Lu kenapa Fa? " Tanya Devi sahabat sekaligus sang tempat curhat kedua ku setelah Allah. Dia adalah ketua organisasi bahasa di sekolahku.

"Biasalah, si ketua memulai lagi. " Ucapku dengan berdengus kesal.

"Sudahlah. Ah ya nanti sepulang sekolah bisa gak lu nemenin gua nyari kamus bahasa Arab di toko buku? " Tanya Devi dengan tersenyum.

"Eumm baiklah asalkan sebelum jam 5 sore aku sudah kembali ke pesantren dengan baik? " Tawar ku pada Devi. Ya selain menjadi seorang waktos aku adalah seorang santriwati di pesantren yg termashyur di kota ini. Al amin itulah nama pesantren tempatku mempelajari dan memperdalam ilmu agama.

"Siap ukhti. " Balasnya dengan mengikuti gaya bicara ku ketika sedang berkhotbah sendirian di halaman belakang sekolah dan dialah satu-satunya orang yg selalu menemaniku berkhotbah.

"Syifa kamu dicari kak Daniel katanya ada hal penting yg mau dibicarakan ama kamu. " Ucap alisa yg tiba tiba datang.

"Hah? Dimana? " Tanyaku dengan wajah malas. Kenapa harus dia lagi ya Allah?

"Di ruang OSIS. " Balas Alisa dengan memperhatikan ekspresiku yg terlihat tidak suka ketika ia menyebut nama sang ketua OSIS.

"Vi aku harus pergi dulu nanti kita ketemu didepan perpustakaan aja. Assalamu'alaikum" Ucapku seraya bergegas menemui sang ketua OSIS

Ada apa lagi? Kenapa dia selalu saja membuat hidupku tak tenang ya Allah?

Sesampainya di ruang OSIS nampak kak daniel sedang duduk menghadap laptop hitam miliknya dan nampak sangat serius.

"Assalamu'alaikum." Dengan sedikit mengecangkan suaraku.

"Waalaikumsalam calon makmum. " Balasnya tanpa mengalihkan padangan pada laptopnya.

APA?! CALON MAKMUM?!
YA ALLAH BUANGLAH JAUH JAUH MAKHLUK SEPERTI KAK DANIEL!
ASTAGA APA YG TERJADI PADANYA!























Maaf jika banyak typo dan kurangnya kata kata yg jelas

Tinggalkan jejak guys.

Santriwati vs Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang