"Saga, keluar dulu ya, nak. Mama mau ngobrol dulu sama papa."
"Iya, ma. Tapi nanti Saga mau tidur sama mama, ya?"
"Iya sayang."
"Papa sayang Saga, kan?"
Sudra hanya mengangguk tak mau menatap mata putranya. Sedikit senyum tipis ia coba tampilkan, meskipun sangat kentara dipaksakan.
"Kalau papa sayang Saga, Papa gak boleh berantem sama mama. Oke?"
Sania langsung menggendong Saga keluar kamar, saat menyadari Sudra tak menanggapi ucapan Saga kecil.
"Kamu masuk ke kamar, terus bobo ya! Papa lagi capek, kamu ngertiin ya?"
Tanpa menunggu jawaban Saga, Sania kembali masuk ke kamar.
Saga kecil tiba-tiba merasa kehausan. Sementara waktu masih menunjuk di angka 21.30 WIB dan semua ruangan lampu utamanya sudah dimatikan. Hanya tersisa lampu lampu dengan cahaya temaram di beberapa sudut ruang. Meskipun sedikit takut, Saga memberanikan diri melangkah menuju dapur untuk mengambil minum.
Perlahan tangan mungil Saga terulur membuka pintu kulkas, dan mangambil sebotol air yang langsung ia tenggak. Suara gemericik air hujan yang turun di luar sana kembali membuat jantungnya perpacu cepat, berdebar hebat tak karuan. Perasaan gelisah langsung menghantui tubuhnya yang kini entah mengapa menjadi gemeteran.
Sungguh! Ia benci air yang jatuh secara bersamaan.
Tiba-tiba Saga mendengar suara handphone mamanya berbunyi, nyaring sekali di meja makan. Mungkin mama lupa membawanya tadi.
Saga masih terdiam, ia pikir mama akan keluar dan mengambilnya. Namun hingga bunyi terakhir dari ringtone handphone mama, tak kunjung pula ada tanda-tanda kalau mama akan mengambilnya.
Karena Saga merasa bahwa ia harus menjadi anak yang baik, maka sekarang Saga harus mengambilkan handphone mama. Dengan senyum yang mengembang di wajahnya, ia berlari menuju kamar mama.
Ceklek....
"Mama....-" ucap Saga terpotong.
Pupil matanya melebar melihat kejadian paling mengerikan yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya. Jantungnya makin berpacu cepat. Ia merasa seluruh tulangnya melemas tak berdaya. Saga kecil seperti kehilangan seluruh dunianya. Dadanya makin dirambati rasa nyeri, sakit seperti ditusuk tusuk belati, yang makin lama makin mencengkeram jantungnya.
Apa ini nyata?, pikirnya.
Tangan kecilnya terulur menyentuh jantungnya yang semakin berpacu cepat, sangat amat cepat. Seperti akan meledak, apakah ia akan mati?
Eh ada apa ini?
Tiba-tiba Saga kecil terperosok dalam. Ia coba mencari pegangan namun nihil. Apa ini cara Tuhan menjemputnya? Ia makin dalam terperosok, menciptakan rasa ngilu di seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
you call me, MONSTER! ☑
General FictionGue mati rasa. Tapi gue juga berhak punya rasa. Ada rasa sendu penuh harap akan bertemu di penghujung waktu? Berharap titik temu yang selama ini semu. Apa itu rindu? -Saga [bahasa semibaku, semi nonbaku] [storyby sucirahma303, dont copy paste, cause...