Cosmic Railway

71 11 0
                                    

Saga memasuki mobilnya. Hanya mendapati sebuah pistol, dengan secuil kertas di bawahnya. Saga memutar bola matanya, segera ia memasukkan pistol tersebut dibalik jaketnya. Kertas kecil itu hanya ia baca sekilas sebelum ikut memasukkannya ke dalam saku.

"Muara Beting Beach. Let's begin the fuck," ucap Saga sembari mengambil ponsel dari saku jaket yang lainnya. Ia mematikan powernya, membuka casingnya dan melepas baterainya. Saga mengambil sim card dan memory card kemudian mematahkannya, Dengan segala harap yang ia punya, ia membuangponselnya keluar jendela.

"I'm ready," Saga melajukan mobilnya menuju tempat tujuan yang tertulis di kertas tadi. Pantai Muara Beting.

^_^

Kevin tengah meyecap secangkir kopi di sebuah kafe bersama dengan sekawan basketnya. Mereka semua larut dalam tawa dan obrolan anak remaja. Tapi ada yang aneh dibandingkan dengan suasana sebelumnya. Kevin dan Abri lebih banyak diam dengan pandangan yang saling menusukkan.

Entahlah dengan kedua manusia labil itu.

"Kalian tuh kenape sih? Pada diem-dieman kaya rebutan cewe aja," celetuk Jesper yang menyadari lebih awal dibandingkan kawan yang lainnya.

"Emang," sahut Mario asal yang langsung mendapat tatapan tajam dari Kevin dan Abri.

"Kita baik-baik aja kok," jawab Abri menengahi, "kalian aja yang aneh."

Kevin tak menampik tapi juga tak mendukung. Ia malah terkekeh sendiri, "gue cabut."

"Mau kemane lu?" tanya Darwin.

"Cari mangsa," jawab Kevin singkat dan langsung meninggalkan kafe. Kakinya melangkah tak terarah. Ia hanya sedang sebal dengan Abri.

Kenapa?

Menyadari itu, Kevin spontan berhenti. Apa alasannya sebal dengan Abri? Mereka kan teman akrab. Bahkan mereka tak pernah terlibat pertengkaran. Kenapa sebenarnya dengan Kevin?

Ini aneh.

Kevin mengusir pikiran aneh itu dari otaknya. Ia berniat pulang saja. Ia berniat mengistirahatkan otaknya yang terlalu bekerja keras akhir-akhir ini. Tapi pandangannya tak sengaja melihat sesosok wanita yang tak asing baginya tengah keluar dari kantor pos.

Entah dorongan dari mana, Kevin berlari mendekatinya. Dia tidak hidup dijaman purba, kenapa ke kantor pos? Hellow, bahkan bayi sekarang aja terlahir dengan teknologi.

"Zia," panggil Kevin membuat sosok itu berbalik. Zia menatap Kevin bingung, gugup, dan seolah menutupi sesuatu.

"Ke-kenapa?" ucapnya tergagap.

Kevin makin merasa aneh. "Lo dari mana?" Zia menatap Kevin cengo, "ah, maksud gue, ngapain lo ke kantor pos?"

"Umb...ke-kenapa emang?" tanya Zia pelan-pelan agar Kevin tak tersinggung, "ah, aku ada janji sama seseorang. Aku duluan ya."

"Gue ikut," sahut Kevin cepat. Ini diluar kendalinya.

"Hah?"

"Maksud gue, kemarin lo janji bakal bawa gue ke suatu tempat. Dan kemarin gue udah nunggu lo di halte deket sekolah hampir selama 5 jam, tapi apa? lo yang ingkar," ucap Kevin lancar seakan semua beban pikirannya telah ia keluarkan.

Zia membatu. Mungkin ia bingung mau bersikap bagaimana. Astaga Kevin....

"Gue-"

"Aku minta maaf, kemarin aku ada urusan mendadak." Zia tertunduk sejenak. "Tapi sekarang udah baik-baik aja kok."

Kevin menghela nafas, "oke."

Keduanya hanya terdiam. Entah mengapa rasa canggung tiba-tiba menyelimuti keduanya. Kevin mengangguk kemudian berbalik arah menjauhi Zia tanpa sepatah kata apapun.

you call me, MONSTER! ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang