Monster #2

123 10 0
                                    

Saga keluar untuk mencari udara segar. Pikirannya terlalu kacau untuk tetap diam di rumah. Seluruh potongan kejadian di masa lalu yang ia pendam, terus muncul di setiap kali ia memejamkan matanya.

Ada apa dengannya?

Akankah semua baik-baik saja?

Rasa bersalah, gelisah, takut, cemas, dan rindu bersatu padu membuat gejolak dahsyat di tubuh Saga.

"Den Aga?" panggil seseorang dari belakang membuat Saga menoleh, tatapannya kini melembut.

Saga menghela nafas pendek, senyum tipis ia coba tampilkan pada sosok yang telah menemaninya selama ini.

Saga menghela nafas pendek, senyum tipis ia coba tampilkan pada sosok yang telah menemaninya selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, bener. Dari kapan, den? Ayo kita masuk dulu."

"Barusan sampe," jawabnya singkat kemudian mengikuti mang Ujang yang sedang mencari kunci yang pas untuk membuka pintu.

Saga menatap sekali lagi bangunan yang hampir 12 tahun ia tinggal. Semua masih sama, hanya saja saat ini terasa kosong. Tak ada kehangatan yang dulu menjadi favoritnya.

"Ayo, den. Rumahnya bersih kok, tiap hari saya sapu."

Saga tersenyum tipis, namun entah mengapa terlihat pilu. Berulang kali Saga menghela nafas kala melihat benda-benda yang berkaitan dengan mama, seperti guci, vas bunga, foto, sofa, dan sebuah gunting kuku merah muda. Semua benda-benda itu adalah kesayangan mama. 

Mama selalu mengelap guci setiap pagi, mengganti bunga seminggu sekali, mama suka berdiam lama hanya untuk memandangi foto keluarga kita, mama suka duduk di sofa ini, dan mama akan selalu memotong kuku Saga dengan gunting kuku berwarna merah muda ini.

Mengingat itu semua, membuat Saga tak kuasa menahan dirinya. Tapi ia malu, akankah mama bangga pada dirinya yang sekarang?

"Saga gak boleh kecewain mama. Saga harus tetap jadi anak yang baik, gak boleh kasar sama temen, kalau Saga kasar sama temen apa bedanya dong Saga sama mosnter," ucap mama disela-sela memotongi kuku Saga.

"Kenapa gak boleh kasar sama temen?"

"Karena temen adalah tabungan."

"Maksudnya, ma? Kalau Saga punya banyak temen Saga bakal kaya?"

Mama tertawa, "bukan gitu, sayang."

"Terus kenapa dong?"

"Ayo, ganti tangan yang kiri siniin. Pinter anak mama!" mama mulai memotongi kuku Saga yang selalu dimulai dari jari kelingking kecil, "kalau Saga punya temen yang banyak dan baik sama mereka, maka sama aja Saga nyimpen koin kebaikan. Jika suatu saat Saga kesusahan, Saga bisa gunakan koin kebaikan itu untuk minta bantuan temen-temen Saga."

"Koin Kebaikan itu apa?"

"Koin kebaikan itu disini, dia tak terlihat," mama meletakkan tangan mungil Saga tepat di jantung Saga.

you call me, MONSTER! ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang