The star

91 10 2
                                    

Diam?
Iya.
Kenapa?
Supaya tidak ada yang terluka.
Tapi kau yang terluka.
Tidak apa-apa.

-Saga

_____________

Sebuah ruangan di salah satu kantor polisi terlihat sangat berantakan. Lembaran kertas dimana-mana. Sedangkan orang yang di dalamnya kini tengah sibuk dengan komputer di depannya.

Tok.. Tok..

Tak menunggu lama masuklah seseorang yang sepertinya rekan dari orang itu.

"Hans? Kok kesini?" tanya orang yang di hadapan komputer.

"Sudah selesai, kita harus menyelesaikan secepatnya. Ya! Heru! Kenapa kau juga menggunakan mejaku?!" tanya Hansamu saat melihat mejanya yang juga berantakan dengan berbagai kulit camilan.

"Ahaha, maaf bung. Aku lupa membersihkannya. Di depan komputer lama membuatku ngantuk tak terkira."

"Pantas saja istrimu sangat cerewet. Kelakuanmu seperti ini," ejek Hansamu kemudian berlalu membuang sampah-sampah milik Heru.

"Informasi apa yang kau dapat tadi?"

Hansamu memilih duduk dulu, biar gak tegang gitu. Kemudian ia membuka isi tasnya yang berisi kumpulan kertas, bukan kertas surat cinta.

Hansamu memilah sebuah kertas kemudian meletakkan di meja, Heru menggerakkan kursinya mendekati Hansamu.

"Lihat! Kejadian ini mirip dengan pembunuhan seorang satpam di rumahnya dua tahun silam. Dan..." Hansamu meletakkan selembar kertas lagi di samping kertas pertama, "siswa bernama Saga ini, selalu terkait."

"Ah! Siswa ini? Iya aku ingat, dulu aku juga ikut memeriksanya."

"Tak ada sidik jari dan rekaman cctv yang menunjukkan siswa ini pembunuhnya. Tetapi anehnya, selalu ada pulpen di dekat mayat dengan ukiran nama Saga."

"Iya, ini persis seperti kasus dua tahun silam. Apa siswa itu mencurigakan menurutmu?"

"Berdasarkan wawancara tadi,  sikapnya memang aneh, bicara seperlunya, bahkan terkesan seperti menutupi sesuatu. Dia tak takut, bahkan wajahnya setenang air danau."

"Lalu siapa yang cenderung menjadi tersangka?"

"Belum bisa memastikan."

"Apa siswa ini punya catatan kesehatan mental?"

"Entahlah, kenapa seolah-olah semua tertuju pada siswa ini? Ini terkesan aneh kan."

Heru mengangguk setuju, ia kini berpikir sejenak, seingatnya dulu siswa ini adalah yang sering menonjol karena sikapnya yang kasar, kaku, dan menutup diri. Bahkan Heru dengar, siswa ini sering disebut monster SMA.

"Kata anak kelas XII IPA 2 yang korban ampu tadi, mereka melihat siswa ini datang terlambat kemudian mengobrol sebentar di luar kelas dengan korban," sambung Hansamu.

"Ah! Satpam yang meninggal silam juga terlihat ngobrol di pagi hari, kemudian sorenya sudah ditemukan tak bernyawa. Kenapa polanya bisa sama?"

"Saat masuk kelas, kemudian korban mengajar sebentar dan ada panggilan masuk di ponselnya. Setelah itu korban izin dan keluar, selang waktu 50 menit korban ditemukan tak bernyawa di gudang."

you call me, MONSTER! ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang