Don't go

78 10 0
                                    

Tirai hujan mulai berjatuhan bergantian. Ada senyawa unik yang menjalari jantung Hana yang kedinginan. Satu rasa yang bisa didefinisikan dengan kata takut.

Iya. Hana takut sedirian. Semenjak kepergian orang yang entah berantah kedatangannya tadi, Hana kembali sendirian di dalam ruangan yang gelap. Nafas Hana memburu, keringat dingin menjalari punggung dan lehernya. Belum lagi perutnya yang belum terisi sejak pagi tadi. Ah, bahkan Hana tak tau sekarang sudah malam atau masih siang.

Bagaimana jika ibunya akan memarahi karena pulang terlambat. Ah, bahkan Hana takut jika ibunya cemas. Apa mungkin ayahnya juga akan menemukannya disini?

Hana kembali tertunduk.

Satu kalimat terbesit di otaknya. Membuatnya kembali mendongakkan kepalanya.

Bagaimana jika ia mati sekarang?

Hana belum bisa membahagiakan kedua orangtuanya. Belum bisa menjadi anak yang baik untuk mereka. Hana......... belum siap.

^_^

"Emang lo udah tau siapa pelakunya, Ga?" tanya Zico yang mengambil beberapa pistol dari lemari. Zia tengah mempersiapkan sesuatu di laptopnya. Sedangkan Saga tengah mengotak-atik keyboard dengan tatapan yang terfokus pada monitor di depannya.

"Cepet siapin semuanya aja bang. Kita gak punya banyak waktu," sahut Zia.

Zico berdecak, "gue gak mau salah langkah lagi, Zi."

"Maksud bang Zico?"

"Kita sebelumnya udah ngitung target-target 'dia'. Tapi apa? Kita kecolongan dua orang sekaligus. Pertama Mang Ujang sekarang cewek bernama Hana itu."

Saga menekan 'enter' di keyboard dengan keras. Kemudian pandangannya menatap Zico, "gue yang salah."

Zico dan Zia hanya menatap dengan pandangan penuh tanya.

"Sumber masalah ada di gue. Mang Ujang dan Hana jadi ikut ke permainan konyol ini gara-gara gue. So," Saga menatap Zico dan Zia bergantian, "Gue bakal gabung sama dia.  Gue tau target dia yang sebenernya," jelas Saga.

"Lo jangan konyol Ga!"

"Maksud lo apaan sih, Ga. Kita ada buat lawan dia sama-sama. Kita punya tujuan yang sama kan. Jangan egois dong!" Zia menambahi.

Saga terdiam sejenak.

"Gue tau, lo dalam kondisi terjepit. Tapi lo gak sendirian Ga, kita bisa omongin dulu sama-sama. Lo lupa misi awal kita?" ucap Zico.

"Lo tau kan siapa gue?" tanya Saga yang membuat Zico dan Zia terdiam memandangnya dalam, "kalian juga tau kan sekeras apa gue?"

^_^

Seseorang pria paruh baya berjalan tergesa-gesa setelah turun dari sebuah pesawat. Mantel hitam membungkus tubuhnya. Setelah keluar dari bandara ia langsung dihampiri sebuah mobil warna hitam keluaran terbaru.

"Sudah stresskah anda?" tanya si pengendara setibanya orang tadi duduk di sampingnya. Penampilannya bermasker dengan mata hitam lengam yang mencekam.

"Maksudmu?"

"Kulihat tubuhmu makin kesini makin kurus. Kata orang, kurus itu tanda orang stress."

"Cepat jalan, sebelum dia melacak keberadaanku!"

"Bung, kau ini terlalu serius dalam hidup."

"Axel, aku ini lebih tua darimu. Bahkan kau seharusnya memanggilku paman, bukan bung."

Axel berdecak, "Ayolah, kau juga harus bercanda. Hidup tidak seserius itu, bung."

"Dengar anak muda yang mau tua," pria paruh baya melepas topi hitam yang menutupi matanya, "jika kau tidak serius dalam hidupmu, maka semesta akan mempermainkan hidupmu."

you call me, MONSTER! ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang