Peter Pan

69 10 2
                                    

Jangan bohongi perasaan sendiri!

000

Sudra terdiam suram menatap kosong keluar jendela. Demian menghela sejenak kemudian menatapnya. Jujur. Ia dilanda bimbang sekarang.

Memang benar, mereka semobil sedari tadi. Tapi rasanya kenapa seaneh ini? Seakan-akan ada lautan diantara mereka berdua. Rasanya seperti sangat jauh.

"Sejak kapan kau kenal dengannya?" buka Sudra.

"Belum lama. Kami tak sengaja bertemu di toko bunga. Seperti katamu, dia masih setia dengan anyelir merah muda."

Sudra terkekeh. Pikirannya terlempar jauh tak terbendung. Rasanya hatinya baru saja di celupkan ke dalam tumpukan kapas. Hangat. Tapi ada yang asing rasanya.

"Kupikir kalian tidak akan pernah bisa akrab."

"Kami memang tidak seakrab itu."

Sudra terkekeh, "ayahmu ini senang, kedua putranya saling membantu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudra terkekeh, "ayahmu ini senang, kedua putranya saling membantu."

"Dia putramu, bukan aku."

Sudra menghela, "apapun katamu."

Demian langsung membuang muka. Ia sedikit kesal dengan ucapan Sudra. Dasar orang tua!

"Bagaimana dia sekarang?" Sudra kini menghadap Demian yang masih mengacuhkan keberadaannya. "Aku belum pernah sekalipun bertemu dengannya sejak waktu itu."

Demian menyeringai samar, kemudian tertunduk, dan menghela. Sungguh, ada batu besar yang menghimpit kedua parunya. Sesak, pengap, dan tak enak. 

Dengan tenang Demian mendongak. "Dia tinggi sepertimu. Bodoh sepertimu. Dan kepala batu sepertimu. Kesimpulannya buah jatuh tak jauh dari pohonnya."

Demian rasanya tak sanggup berucap lagi, tapi ia tetap harus mengatakannya sekarang.

"Aku bahkan tak sanggup bertemu dengannya," Demian menatap Sudra, "menatap matanya saja membuatku makin merasa bersalah."

Sudra terdiam.

"Aku merebut satu-satunya orangtua yang dia punya di dunia."

"Demian!"

"Dulu, aku bahkan tertawa bersamamu saat dia menangisi takdirnya."

"Hentikan!"

"Saat semua anak lelaki membanggakan ayahnya, dia justru sebaliknya. Dia sendiri. Sementara kau justru menghiburku. Dunia tidak adil bukan?!"

Sudra terkekeh mendengar jawaban Demian, "kau anak bodoh."

Demian tak menjawab. Ia hanya...ia hanya tersenyum miris. Menertawakan dirinya sendiri.

"Kau tidak bisa berbohong, Demian."

000
Saga menatap pantulan dirinya di sebuah genangan air di depannya. Wajahnya pucat seperti biasa, tatapan dingin andalan setia menghiasi wajahnya. Setelan tuxedo hitam melekat pas di tubuhnya. Namun rasanya dunia masih saja mempermainkannya.

you call me, MONSTER! ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang