Chapter 5 Who The Hell Is He?

1.7K 61 0
                                    

Harry'spov

"Apa? Man apa?" Tanyanya sesaat sesudah ia melepaskan tangannya dari cengkramanku. Aku bisa saja menahan tangannya dengan kekuatan vampireku tapi tidak kulakukan karena itu akan meremukkan tangannya.

Aku tak mau menyakitinya.

Hampir saja. Hampir saja aku menyebutkan 'manusia'. Bau kopi dari café ini begitu merecoki pikiranku dan tentunya indra penciumanku. Vampire Half-blood tidak mempunyai penciuman yang begitu kuat seperti vampire asli. Bau kopi tersebut menutupi bau tubuh manusia, bagus sih karena aku tidak mencium darah manusia tapi itu menyebabkan aku tak menyadari bahwa Kylie ada di café tersebut.

Sial.

Kylie menatapku dengan tatapan menghina. "Pecundang." Ia pun berjalan menjauh dengan langkah tergesa-gesa. Tubuhnya menghilang saat ia berbelok ke kanan tapi aku masih bisa mencium baunya.

Aku kembali memasukki Café dimana teman-temanku berkumpul. "Siapa perempuan tadi, Harry?" tanya Tom begitu aku memasuki café.

"Bukan siapa-siapa." Jawabku.

"AAAAA"

Aku tersentak mundur. Jeritan seorang wanita terdengar jelas di telingaku. Teman-temanku menatapku heran. "Ka--kalian mendengar suara jeritan?" tanyaku pada mereka.

Mereka saling berpandangan. "Tidak, Harry. Tapi santai sajalah. Sucksreeds, kota tua yang bobrok. Kejahatan merupakan hal yang biasa."

Suara jeritan kembali terdengar. Kali ini tidak hanya jeritan tapi juga sebuah percakapan dan aku baru menyadari bahwa....

Itu suara Kylie.

Kylie'spov

Ini semua salahku. Berlaga menolak tawaran Harry dan mencoba untuk mencari jalan pintas dan lihat hasilnya? Aku terjebak bersama kawanan pria yang terlihat brengsek ini. Aku sudah berteriak beberapa kali dan hasilnya nihil. Tak adakah yang mendengar? Ayolah ini hanya berjarak beberapa meter dari kota, mana mungkin tak ada yang mendengar.

"Percuma nona." kata salah seorang pria yang berkepala plontos. "Di Sucksreeds semua orang sibuk dengan keselamatan mereka masing-masing. Tidak akan yang peduli dengan keselamatan orang lain."

"Well, kota ini benar-benar buruk kalau begitu." Kataku mencoba untuk menghilangkan rasa ketakutanku.

5 orang pria di hadapanku ini pun tertawa. "Jadi bagaimana kalau bergabung bersama kami?" sahut salah seorang pria. Pria ini mengeluarkan sesuatu dari saku celana jeansnya yang kumal. "Atau pisau lipat ini akan bekerja." Lanjutnya. Benda yang dikeluarkannya ternyata pisau lipat.

Aku tersenyum sombong memperlihatkan ke kawanan pria brengsek itu bahwa aku tak takut. "Bagaimana kalau bertarung?"

Mereka berlima tertawa tetapi beberapa detik kemudian mereka sudah berpencar. Mereka berlima membentuk lingkaran di sekelilingku. "Kau yang meminta nona." Sahut pria yang berkepala plontos itu.

Mereka berlima pun menyerangku dari berbagai arah.

Untung saja, aku pernah berlatih taekwondo di sekolahku. Tapi tetap saja 5 orang pria, berbadan besar dan kekar dengan salah satu dari mereka membawa pisau lipat bukanlah tandinganku.

Pria yang tadi membawa pisau lipat mengayunkan pisau itu ke wajahku, aku pun memblokir serangannya dengan memutar tangannya yang membawa pisau lipat. Ia pun memekik kesakitan dan mundur. Kakiku sibuk menendangi dada yang lainnya dan beberapa detik yang lalu, sikutku mengenai hidung salah seorang pria tersebut. Pria tersebut pun terhuyung-huyung mundur.

3 orang lagi.

Aku bertarung dengan 3 lelaki ini dengan mengerahkan semua kemampuanku. Sudut mataku melihat pergerakan pria yang memegang pisau lipat tadi, sudah pulih dan kembali ke pertarungan.

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang