“Untuk saat ini aku hanya memberi peringatan. Kuharap kalian berdua tidak akan mengulanginya atau kalian akan menyesal.” Mr. Green memandang kami –aku dan Irinna- dengan tatapan mematikan. Untuk menunjukkan rasa penyesalan yang dalam, akupun mengucapakan terimakasih dan tersenyum. Walaupun senyumanku senyuman masam. Paling tidak aku tidak seperti Irinna yang tidak mengatakan apa-apa dan malah mendengus kesal di sebelahku. Sayangnya, Mr. Green melihatnya.
“Miss Degrees, sepertinya partnermu tidak menyukai keputusanku, atau kalian berdua ingin mendapatkan lebih dari peringatan? Detensi mungkin?”
Partner? Yang benar saja! Irinna bukan partnerku dan aku tak mau kena detensi dengannya!
“No, Sir.” Kataku cepat. Aku langsung menendang kaki Irinna dan memberikannya tatapan ‘Berterimakasihlah atau kita akan dapat hukuman dan aku bersumpah akan membunuhmu jika itu terjadi’.
Irinna memutar matanya kesal tetapi ia menurutiku. “Terimakasih, Mr. Green. Kami tidak akan mengulanginya.” Ujarnya.
Mr. Green mengangguk kemudian ia mempersilahkan kami berdua untuk meninggalkan ruangannya.
Kami pun pergi. Irinna berjalan didepanku sementara aku di belakangnya dan menutup pintu.
“Well, good job! Kau telah membuat mataku hijau!”
Aku memutar badan menghadapnya. Ia berkacak pinggang sambil menunjuk sudut matanya yang berwarna kehijauan. Tapi kemudian setelah melihat wajahku, ia tersenyum. Senyum yang membuatku ingin memukulnya. “Oh tapi lihat lah dirimu! Kau lebih kacau dariku dan jujur saja itu membuatku senang.”
“Irinna, Stop. Aku minta maaf, ok? Tapi seharusnya kau sadar bahwa kau yang memulainya.”
“Mau aku yang memulainya atau bukan, aku takkan meminta maaf.” Ia menyilangkan tangannya di depan dadanya. “Oh ya dan aku takkan memaafkanmu.” Lanjutnya.
Aku hendak membalasnya tetapi mataku terkunci pada Zacharry yang sedang berjalan ke arahku dan Irinna. Irinnapun menyadari kedatangan Zacharry.
“Well, lihat pangeranmu datang.” Sahutnya.
“Dia bukan pangeranku.”
“Whatever.”
Zacharry berhenti tepat didepan kami. Ia memandangi Irinna selama beberapa detik dan memandangku sekilas.
Hanya sekilas.
“Kudengar kalian bertengkar.” Akhirnya Harry mengeluarkan suaranya.
“Yeah dan itu semua gara-gara kau dan bitch ini.”
Aku mendelik mendengar Irinna mengataiku bitch. Oh dia bahkan tak lebih baik dariku.
Zacharry memandangku dengan tatapan dingin.
Jujur saja, aku merindukan Zacharry yang dulu. Yang pertama kali mengobrol denganku. Yang mencuci piring dirumahku.
“Oh ya pandangi saja bitch mu itu! Cium bibirnya didepanku! Aku benar-benar muak!”
Harry mengalihkan pandangannya pada Irinna. “Irinna, aku—“
“Kalian pacaran saja! Kita sudah putus! Aku tau! Aku mengerti!”
Aku memandangi Irinna dan Harry bergantian. Kulihat mata Irinna menjadi merah dan berair.
Kukira Harry dan Irinna sudah tidak ada apa-apa lagi tapi nyatanya? Harry berjalan mendekat kea rah Irinna dan mencoba menyentuh tangan Irina tetapi gadis itu menarik tangannya dengan marah. “Kau urus saja bitch mu itu!” bentaknya.
“Stt! Irinna, aku benar-benar muak denganmu dan jangan berteriak! Kau tau Mr. Green akan mendengarnya dan kita akan kena detensi. Oh iya dan jangan memanggilku seperti itu lagi atau kau akan—“
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelievable
VampireVampire dan Pemburu Iblis alias Shadowhunters, tiba-tiba saja masuk ke dalam kehidupanku. Merusaknya sekaligus mewarnainya. Tapi yang kutahu pasti hanya satu hal : Aku jatuh cinta dengan mahluk bertaring sialan itu.