William’spov
Aku hendak memukul wajah vampire di hadapanku ini tepat sebelum ia menghilang.
Hasilnya? Aku hanya memukul angin.
Vampires memang bergerak sangat cepat.
Tiba-tiba aku jatuh tersungkur. Sial. Salah satu rusukku kurasa ada yang patah. Sebelum aku sempat bangun, vampire berambut blonde yang sedang kulawan ini meletakkan kakinya diatas kakikku.
“Kau tau kau bukan ancaman tanpa teman-temanmu yang lain shadowhunter!”
“Oh benarkah?” aku menantangnya.
Sepertinya ia tidak suka ditantang karena matanya langsung berubah menjadi merah gelap dan –
Ah
Sialan! Ia menginjak kakiku!
“Silahkan berteriak! Aku bahkan belum menggunakan seluruh kekuatanku, bodoh!” ujarnya sambil menyeringai, memamerkan taringnya. “Sakit kan?”
Aku mengigit mulut bagian dalamku, menahan untuk tidak menjerit sementara vampire itu masih menjulang di atasku dan masih menginjak kakiku.
“Kau mau rasa sakit yang lebih?”
Krak.
Aku bahkan bisa mendengar dengan jelas suara tulang kakiku yang sepertinya baru saja patah. Telingaku berdengung hebat. Mana Shane dan anak buahnya yang lain? Aku bahkan sudah mengirimkan pesan pada mereka! Apa mereka sudah mengamankan Kylie?
Setelah Kylie menelfonku, aku langsung ke rumahnya dan menemukan gadis itu pingsan di kamarnya. Aku langsung menghubungi Shane untuk datang. Setelah menghubungi Shane, aku bergegas mencari Zacharry. Ternyata mencari vampires itu tidak terlalu sulit karena tepat sesuai dengan dugaanku, vampire itu berada di hutan.
“Kau tidak mau melawan? Kau akan membiarkan aku mematahkan semua tulangmu?”
Aku menatapnya marah sementara tanganku berusaha meraba sabuk bagian belakangku dimana aku menyimpan pisau Seraph untuk vampire itu.
“Kau mencari pisau bercahaya bodoh itu?” Vampire itu bertanya padaku dengan geli. Sebelum aku menyadari bahwa pisau itu tidak ada di sabukku, ia mendahuluiku. “Kau bahkan tak menyadari bahwa aku telah membuang pisau itu jauh-jauh.”
“Apa?”
“Aku mem—“
Tepat saat kurasa ia lengah, aku menarik kakikku, melayangkan tinjuku dan mencabut pisau seraph cadangan di bawah sepatuku. Pisau bercahaya biru tua itu mendesis saat aku menusukkan ujungnya ke dada vampire itu.
Mata vampire itu membesar, terkejut, kemudian lunglai dan jatuh ke tanah seperti boneka.
Dia pikir, dia bisa menang dariku?
“William!”
Aku menoleh saat Zacharry meneriakan namaku dari sebrang. Ia dalam kesulitan karena Raphael mengunci tangannya. Raut wajahnya memancarkan kekhawatiran tapi.. itu bukan rasa kekhawatiran pada dirinya sendiri melainkan pada—ku?
Mendadak dadaku terasa nyeri. Aku menunduk dan melihat sesuatu menembus dada sebelah kananku. Darah hangat membasahi kausku. Kemudian, benda yang menembusku barusan dicabut oleh seseorang. Aku berbalik dan melihat sesosok wajah pucat menyeringai dengan mata berwarna merah darah. Ditangannya tergenggam sesuatu yang tajam yang berlumuran darahku.
Tepat sebelum aku menusukkan pisau sheraph ku padanya, aku jatuh tersungkur ke tanah bersama dengan kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelievable
VampirVampire dan Pemburu Iblis alias Shadowhunters, tiba-tiba saja masuk ke dalam kehidupanku. Merusaknya sekaligus mewarnainya. Tapi yang kutahu pasti hanya satu hal : Aku jatuh cinta dengan mahluk bertaring sialan itu.