25

1.9K 354 15
                                    

"gue menang"

Vernon mengangkat kedua tangannya ke atas sementara umji masih ngos-ngosan dan meletakkan kedua tangannya di lutut, kecapekan. Cowok itu menunjuk ke bola basket yang baru saja jatuh melalui ring.

"kan.. udah gue bilang.. gue gabakal menang kalo ngelawan anak basketnya langsung," ujar umji dengan nafas yang terengah-engah. Ia sesekali berdecak kesal.

"hehe,"

keduanya lalu duduk melantai di tengah lapangan dengan kedua kaki yang diluruskan. Vernon sibuk menatap langit malam yang cerah, sementara umji sibuk memerhatikan wajah Vernon.

ganteng ternyata ya..

"ngeliatin muka gue banget nih?" celetuk vernon tiba-tiba. Umji terciduk ceritanya.

"nggak.. cuman nunggu lo bilang permintaannya apa.. mumpung gue udah dikasih uang saku bulanan," kilah umji.

"gue nggak minta beliin makanan kok"  jawab vernon.

"terus?"

"Gue nggak minta sesuatu yang bakal bikin lo ngeluarin uang, kok. Tenang aja," ujarnya lagi.

"Iya, iya, sebutin aja apa," sahut Umji.

"pokoknya lo harus kabulin permintaan gue ya?" ujar vernon.

"iya minta apa? buruann" umji gemas karena vernon sedari tadi ngomongnya berbelit-belit.

"gue minta lo jujur" ujar vernon.

"jujur soal apa sih?"

sumpah. umji gregetan jadinya.

"lo.. udah mulai ngerasa suka nggak sama gue?"

"hah?"

umji terdiam selama beberapa saat, begitupula dengan vernon. Lalu akhirnya cowok itu kembali bersuara.

"lo harus jujur, ini permintaan gue,"

Vernon minta umji buat jujur.

tapi kan umji sudah jujur dari kemarin..

Umji sudah jujur dengan perasaannya, kok.

Tapi,

Kalau dipikir-pikir, umji juga merasa ada sedikit kebohongan dalam hatinya.

masa, sih?

kayaknya iya.

kayaknya, sih.


Umji melirik Vernon yang ternyata masih menatapnya, menunggu jawabannya.

"gimana gue bilangnya ya..." cicit umji.

"bilang kayak biasa aja," ujar Vernon.

"uhm, 30 persen?"

Umji diam sesaat sambil menunggu reaksi Vernon. Cowok itu juga masih diam setelah mendengar jawaban umji.

dan tak lama, ia menghela nafasnya.

"berarti perjalanan gue masih panjang ya buat bikin lo suka sama gue, haha" ujarnya pahit, diiringi dengan senyuman yang umji tahu pasti kalau itu cuma sekadar untuk menghibur dirinya sendiri.

"kalau sama wooseok? berapa persen rasa suka lo sama dia?" tanya Vernon lagi, tiba-tiba menyebut nama wooseok.

"hah?" Umji menganga. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, "kok jadi ngungkit-ungkit dia??"

"kan.. lo suka sama dia, gue mau tau aja sih,"

"gue nggak tau," Umji menggelengkan kepalanya, "gue nggak tau gue masih suka sama dia kayak dulu atau nggak," ujarnya lagi.

"dulu emang rasa suka lo ke dia sebesar apa?" tanya Vernon.

"dulu... gue suka banget sama dia, sampai gue ngebayangin bisa jadi temen deket dia,"

"sekarang, gue gak tahu" tutur umji.

"tapi kalo wooseok suka sama lo juga, lo bakal gimana?"

"hah?"

Umji sama sekali tidak kepikiran kalau Vernon bakal menanyakan hal ini padanya. Ia menanyakan hal yang Umji sendiri tidak tahu apa jawabannya.

"gue.. nggak tau.." ujar Umji.

"gue nggak mau mikirin itu dulu," lanjutnya, "udah ah, nggak usah ngomongin itu,"

"kenapa?"

"ya.. nggak usah aja.." ujarnya pelan. Umji sangat ingin menyudahi pembicaraan mereka tentang wooseok. Entahlah. Rasanya aneh saja membicarakan wooseok saat mereka hanya berdua saja sekarang.

"okay," Vernon berdiri, lalu mengulurkan tangannya ke arah Umji, "yaudah yuk, jalan-jalan"

"nggak langsung pulang?" tanya Umji.

"gue ngajak lo keluar bukan buat ke sekolah doang," Ujar Vernon, ia lalu melihat jam tangannya, "jalan-jalan dulu lah, lagian masih jam delapan. Siapa tahu habis ini lo tambah suka sama gue,"

Umji tertawa tanpa suara. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu meraih tangan Vernon.

Sementara mereka sibuk mencari-cari cafe yang enak untuk makan malam, sepertinya Umji tidak menyadari ponselnya yang terus bergetar sejak tadi di dalam tas.



wooseok.
ji.
besok habis pulang sekolah sibuk nggak?
jalan, yuk?

• • •

falling for you ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang