24

1.7K 357 11
                                        

Umji tidak tahu kenapa ia harus repot-repot membuka lemari pakaiannya, mengobrak-abriknya dan mencocokkan berbagai macam bajunya, dan setiap kali ia mendapati wajahnya di cermin, ia menggeleng.

"nggak cocok!!"

ia berseru sendirian di dalam kamarnya yang sudah mirip kapal pecah. berantakan. padahal baju-baju umji bagus-bagus, tapi hari ini semua bajunya kelihatan jelek.

tok tok.

"umji, kenapa lama? kasian temenmu nungguinnya lama banget,"

itu suara mamanya umji dari luar kamar.

"iya maa sebentar lagi," jawab umji.

Umji tidak mau membuang waktu lebih lama. Akhirnya ia mengambil asal baju yang ada di atas kasurnya dengan mata tertutup. Apapun pilihannya, ia harus memakainya. Cocok atau tidak.

Umji memilih sebuah baju dan membuka matanya.

okay, sebuah mini dress berwarna peach dan kelihatannya tidak terlalu buruk.

"yasudah, ini saja!"

seumur-umur, umji belum pernah serepot ini hanya untuk jalan-jalan keluar. Bahkan kali ini umji sengaja memoles wajahnya lebih lama dari biasanya.

"okay, begini saja,"

umji keluar dari kamarnya dan menilik seseorang yang duduk di ruang tengah dari depan kamarnya.




"ayo," ujar umji sesampainya di ruang tengah.

"yuk, tante, kami jalan dulu yaa," ujarnya pada mama umji yang kebetulan lewat di dekat mereka.

"iya, hati-hati ya, pulangnya jangan kemalaman. Jagain umji, ya"

"iya tan, kalau begitu kami permisi dulu," ujarnya sopan.

dan setelah itu ia menarik tangan umji menuju keluar rumah.



"kita mau kemana?"

ia tidak menjawab pertanyaan umji,melainkan memberikan sebuah helm padanya.

"ke tempat yang lo kenal banget," ujarnya, "yuk naik,"

dan keduanya pun melaju menuju tempat yang tidak umji ketahui. Tempat yang umji kenal? taman? tempat wahana hiburan yang pernah ia datangi bersama vernon dan anggota tim basket lainnya?

saat umji melamun, vernon yang berkali-kali menyuruhnya untuk berpegangan padanya pun akhirnya gemas dan memilih menarik tangan umji dan melingkarkannya pada perutnya.

"lo ngelamun, ya?" tanya vernon akhirnya.

"nggak..."

"trus? kenapa diam aja?"

"yaa nggak apa-apa,"

mereka persis seperti dua orang yang baru kenal kemarin. canggung. Mereka kehabisan bahan obrolan, bingung bagaimana membuat suasana agar tidak seawkward ini. Tapi daripada semua obrolan berakhir dengan singkat, umji pikir lebih baik mereka diam-diaman saja dari awal.




"sudah sampai,"

Umji tidak sadar kalau motornya sudah berhenti, dan ia malah bingung saat melihat dimana mereka berhenti.

"loh? sekolah?"

yap, mereka berhenti di depan sekolah. Vernon memarkirkan motornya dan meraih tangan umji, menariknya memasuki gedung sekolah.

"iya, memang ke sekolah," ujar vernon, "ke tempat yang lo kenal banget,"

"kenapa?"

Vernon mengedikkan bahunya, "pengen aja,"

Vernon dan umji kini berjalan melewati lorong sekolah yang sunyi, dan sedikit gelap. Umji sedikit takut, apalagi saat ia ingat pernah mendengar cerita dari somi soal penghuni sekolah ini yang kadang suka menampakkan diri malam-malam.

"mau kemana sih ini?" tanya umji yang sedari tadi tidak henti-hentinya menengok ke kanan dan kirinya, takut-takut kalau ada sesuatu yang muncul.

"bentar lagi nyampe kok," jawab vernon.

mereka sekarang berada di lapangan basket, dan vernon akhirnya melepaskan genggaman tangannya pada umji.

Vernon mengambil sebuah bola basket, mendribblenya, lalu melemparkannya pada umji. Untung umji sigap dan langsung menangkap bola itu.

"lo masih ingat kan waktu pertama kali kita ketemu? di lapangan basket ini?"

umji mengangguk, dan seketika wajahnya berubah cemberut.

"dan lo ngeselin banget waktu itu," ketus umji, "malu-maluin gue, tau gak"

Vernon tersenyum lalu menyuruh umji untuk melemparkan kembali bola basketnya ke arahnya.

"iya, maaf. Itu juga gue lakuin karena gue kena dare," jawab vernon.

"ck permainan itu lagi ya,"

"sekarang gini, ji" ujar vernon.

"gue tantang lo, main basket,"

umji mengerutkan keningnya, "ha? main basket?"

"iya," jawab vernon, "kalo lo kalah, lo harus nurutin satu permintaan gue, dan sebaliknya. Gimana?"

Umji berdecak kesal. Jelas-jelas ia yang bakal kalah karena umji tidak ada basic sama sekali dalam dunia basket, sementara ia harus melawan seorang anak basket macam vernon?

Umji tau kalau vernon pasti bakal menjebaknya dan meminta hal yang aneh-aneh.

"nggak ah! nggak mau!" tolak umji.

"loh, kenapa??"

"pasti lo yg menang lah!" sengit umji.

"belum tentu," jawab vernon, "gue udah lama gak latihan, bisa aja gue gak sebagus dulu mainnya,"

"ah nggak-"

"ah payah lo pengecut!"

Umji langsung melempar bola basket itu dengan keras ke arah vernon.

"okay! deal."

• • •
tbc.
semoga work ini segera selesai huftt

falling for you ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang