Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Tidak terlalu larut karena kadang Umji bisa pulang ke rumah pukul sepuluh malam. Tapi entah kenapa, rasanya malam ini suasananya sedikit lebih seram, dan lebih gelap.
Entah kenapa juga, Umji merasa ada seseorang yang diam-diam membuntutinya di belakang.
"Mungkin kucing?"
Umji menoleh ke belakang, dan tidak ada siapapun disana.
Kucing juga tidak ada.
Secepat mungkin umji berusaha pergi dari sana. Ia berlari kecil, tapi ia merasakan tangannya ditahan oleh seseorang.
"siapaㅡ"
"ji! ini gue!"
Bukannya merasa tenang karena bertemu seseorang yang ia kenal, Umji malah semakin takut.
Karena orang yang dikenalnya itu adalah wooseok.
"wooseokㅡ?"
"iya, ini gue. Lo kenapa kaget sih, hahaha" ujarnya dengan tawa lepas yang anehnya sedikit membuat Umji ngeri.
dan spontan Umji menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Wooseok. Ia tidak peduli Wooseok yang keheranan karenanya.
"gue mau pulang duluan seok, dah"
Umji hendak berjalan lebih dulu meninggalkan Wooseok, tapi laki-laki itu malah menahan lengannya terlebih dahulu.
"pulang sama gue aja," ujarnya.
Entah kenapa rasanya mengerikan mendengar Wooseok mengatakan hal itu.
dan sepertinya ia sedikit memaksa.
"ah nggak," tolak Umji. Ia meloloskan tangannya dari genggaman wooseok, lalu mengusap lengannya.
"yuk sama gue aja, tapi kita singgah ke tempat lain bentar yuk. gimana?"
Wooseok bersikukuh.
Sementara Umji sudah merasa ada yang tidak beres pada laki-laki itu. Ia seperti bukan Wooseok yang biasanya Umji kenal. Entah kenapa, Umji rasanya ingin cepat melarikan diri saja darinya.
"sori seok, gue lagi gak enak badan, jadi gue harus cepat tidur," ujar Umji. Ia meraih tengkuknya, memijitnya sebentar.
Memang benar sih, kali ini Umji memang tidak bohong. Ia sedikit kurang enak badan.
"okay, kalo gitu gue anter lo pulang aja ya," Wooseok meraih pinggang Umji. Umji kaget dan tentu saja ia langsung memberontak.
"nggak, lepas" ketus Umji.
"kenapa sih ji? lo aneh banget," tanya Wooseok, beserta senyuman miringnya yang berhasil Umji tangkap dibawah pencahayaan gang yang redup.
"lepas!! lo yang aneh!" teriak Umji.
Wooseok nampaknya malah tertawa tanpa suara. Umji semakin melangkah mundur saat mendapati laki-laki itu berjalan ke arahnya.
Wooseok semakin aneh, dan ia sudah gila sepertinya.
"Ji, bukannya lo pacar gue??" tanyanya sambil kembali meraih tangan Umji, menggenggamnya erat sampai Umji nyaris memekik.
"Wooseok! Lepas!!"
"di bilang lepas ya lepas aja,"
Seketika Umji merasa genggaman tangan Wooseok terlepas dari pergelangan tangannya. Ia memejamkan matanya saat mendengar suara sesuatu yang mengerikan. Seperti suara orang yang tengah memukuli sesuatu dengan barbarnya. Umji memojokkan dirinya ke tembok, dan perlahan membuka kedua matanya untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Ia melihat Vernon tengah memukuli Wooseok habis-habisan sampai pria itu tergeletak begitu saja di tanah, menerima semua pukulan Vernon.
"kenapa lo mukul gue?! lo ikut-ikutan??" teriak Wooseok tepat di depan wajah Vernon.
"bacot," dan satu hantaman keras lagi mengenai wajah Wooseok.
Merasa cukup, Vernon pun berdiri dan menendang Wooseok sekali lagi. Ia melihat nafas Wooseok yang terengah-engah. Wajahnya penuh luka dan lebam, entah apakah Vernon sudah membuat tulang kaki atau tangannya retak, yang pasti Wooseok nampak kesulitan berdiri sekarang.
"pergi dari sini, atau gue bikin lo mati. pilih yang mana?"
Wooseok mencoba berdiri dan menatap tajam ke arah keduanya. Ternyata ia masih bisa berjalan dan lari dari gang itu.
Vernon mengalihkan perhatiannya pada Umji yang masih setia menunduk. Ia memeluk tubuhnya sendiri dan menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya.
"gapapa kan?"
Umji mengangguk pelan. Ia lalu merasakan sesuatu mendekap tubuhnya.
Jaket Vernon tahu-tahu sudah tersampir menutupi pundaknya.
"yuk pulang," vernon meraih pergelangan tangan Umji, memeriksa suhu badannya, "kalau masih nggak enak badan, besok gak usah masuk sekolah aja dulu,"
Umji menunduk.
"lo udah tau soal wooseok?" tanya Umji.
Vernon tidak langsung menjawab. Ia terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk, "barusan tau," jawabnya, "udah, gausah bahas dia,"
Benar juga. Untuk apa membahas laki-laki kurang ajar itu.
"nggak pusing kan?" tanya Vernon sekali lagi.
"nggak,"
Setelah mendengar jawaban itu, mereka berdua saling berdiam diri. Sampai akhirnya mereka tiba di rumah Umji.
"Mulai besok, pulangnya sama gue ya,"
Umji mengernyitkan keningnya, "kenapa?"
"yaa karena... mau jagain lo,"
Umji menggaruk tengkuknya, lalu tersenyum sekilas.
"Iya,"
"Yaudah kalau gitu cepetan masuk sana,"
"Iyaaa" sahut Umji. Ia meraih pagar rumahnya dan masuk ke dalamnya.
"Umji," Vernon memanggilnya.
"Ya?"
"jangan lupa blokir nomor wooseok, semua kontaknya pokoknya. Okay?"
Umji tersenyum sembari mengangguk mengiyakan, "Iyaa"
"Jangan lupa minum susu hangat biar kondisi lo enakan," titahnya lagi.
"Iyaaa!"
"Jangan kemaleman tidurnya!"
"Yaaa!"
"Jangan lupa mimpiin aku, ya!"
"Iyaa ih bawelㅡeh?"
Umji tertipu. Sementara Vernon kelihatan tertawa puas di ujung jalan sana.
"Yaudah kalo gitu, good night!"
Vernon melambaikan tangannya. Begitu lama. Bahkan ia berjalan mundur dan masih melambaikan tangannya pada Umji.
"Vernon! Jalannya yang benar! Jangan jalan mundur kayak gitu!"
Dari kejauhan, Umji bisa melihat Vernon tertawa.
"Iya!!" serunya. Akhirnya cowok itu membalikkan badannya dan berjalan pulang.
Tapi Umji sendiri baru benar-benar masuk ke rumahnya saat memastikan sosok cowok itu berbelok dan menghilang di ujung jalan.
• •
tbc.a.n
tinggal beberapa chapter lagi guys yessss
KAMU SEDANG MEMBACA
falling for you ✔
Historia Cortait started since he pranked her on the courtyard. ㅡ2018