"Somi gilaa, sama aja ngebunuh temen sendiri. Ngapain sih english club tempatnya deketan sama lapangan basket?????"
Sebagai seorang sohib yang baik, Umji membantu Somi yang (lagi-lagi) meninggalkan buku tulisnya di laci meja kelas. Untungnya Umji belum pulang karena harus piket dulu, tapi yang ia sesalkan adalahㅡ
ㅡia lupa kalau ruangan klub bahasa Inggris letaknya melewati lapangan basket, dan gak jauh dari ruangan pemain basket.
"semoga si Vernon gaada, ke toilet kek, atau beli minum kek, atau dia cedera kek biar gabisa main. Amin"
Umji berjalan di pinggir lapangan dengan hati-hati. Sialnya, ia bisa melihat sosok Vernon dari kejauhan yang tengah mendribble bolanya. Lagi-lagi, doa Umji tidak terkabul.
Vernon sedang bermain, kakinya tidak cedera dan ia sehat wal afiat. Haus? Sepertinya sudah ada banyak stok air mineral yang berjejer di pinggir lapangan, jadi ia tidak harus membeli sendiri.
Satu-satunya doa Umji hanyalahㅡsemoga Vernon tidak melihatnya.
bugh.
Umji memekik saat kepalanya dihantam sesuatu yang berat, dan tentu saja menyakitkan. Benda kurang ajar itu adalah bola basket.
Sejenak, Umji merasa pusing, ia berpegangan pada tiang di dekat sana. Yah, setidaknya ia berharap ada seseorang yang membantunya berjalan ke tepian untuk duduk, tapi nyatanyaㅡ
"woyyy lempar bola basketnya kesini!!"
Umji menghela nafasnya kasar. Orang-orang disini sudah tidak ada yang warasㅡmaksudnya, disini Umji korban akibat permainan basket mereka, dan apa tidak ada satupun yang sadar kalau bola basket milik mereka menghantam kepala Umji dengan keras? Tidak ada kah seseorang yang meminta maaf, setidaknya? Yang ada malah menyuruh Umji melempar balik bola basket itu ke lapangan dengan tidak sopannya.
Ia melirik ke tengah lapangan, melihat sekumpulan pria yang menunggu bola basket mereka, dengan gaya yang angkuh dan menyebalkan, terutama si bule itu.
Meskipun masih pusing, Umji mencoba menegakkan punggungnya, lalu membungkuk, mengambil bola basket itu.
Jangan kira Umji sebaik yang dikira, ia malah membuang bola basket itu ke dalam selokan yang ada di pinggir lapangan.
Umji menepuk kedua tangannya bergantian, seolah bola basket tadi sangat kotor. Ia tidak peduli dengan teriakan dan sumpahan dari arah lapangan basket, dan Umji terus berjalan menuju ruang klub bahasa Inggris sampaiㅡ
"heh, apa maksud lo buang bola basket tim gue? lo mau balas dendam gegara kemaren? soal gue ngerjain lo di tengah lapangan??"
Vernon menghampiri dan mencegat langkah Umji, bisa kelihatan dari wajahnya kalau Vernon sedang kesal.
"hah? nggak tuh," ujar Umji.
"trus kenapa lo gak lempar balik bola nya ke tengah lapangan? lo gak bego kan?"
"Trus apa lo gak liat kalo bola basket sialan punya tim lo itu barusan ngehantam kepala gue? dan kalian ga ada niat minta maaf sama sekali? oh, atau pura-pura gak liat? atau kalian emang bego??" tanya Umji balik dengan nada emosi.
"lah itu kan salah lo sendiri jadi kena bola, ngapain jalan lewat sini?"
"nah, berarti itu juga salah lo sendiri, ngapain ngelempar bola basketnya ke pinggir lapangan? masa anak basket gak akurat nembak bolanya ckckck"
Vernon menggertakkan giginya. Umji sukses membuatnya kesal. Tapi ia mencoba menahan emosinya dengan meninju tiang di dekatnya. Tanpa bicara lagi, ia berbalik mengambil bola basketnya dan melemparkannya ke tengah lapangan.
"Lanjutin yang tadi!! buruan!!"
Umji berdecak heran. Ia kembali melanjutkan jalannya sambil memijit kepalanya yang masih sakit.
• •
Umji menguap sepanjang jalan sambil sesekali mengusap pelipisnya yang benjol.
"sialan emang ga ngerasa bersalah, dia kira ditimpuk bola basket ga sakit apa??"
Umji menendang kerikil kecil di jalanan dengan kesal. Ia masih pusing karena saat selesai mengantarkan buku Somi, ia kembali ke kelas dan malah menabrak tembok, membuat benjol dan sakit di pelipisnya semakin menjadi-jadi.
Somi sendiri bersikeras ingin mengantar Umji pulang, tapi Umji lebih keras lagi. Mengingat Somi harus les malam lagi, Umji memilih untuk pulang sendiri dan meyakinkan sohibnya itu.
"Loh, ji? baru pulang?"
Umji memberikan senyuman malasnya pada Nancy yang kebetulan berjalan dari arah yang berlawanan. Yah, Umji tau kalau rumah Nancy ada di komplek sebelah, jadi bukan hal mengejutkan jika bertemu dengannya.
"menurut lo????"
Nancy tersenyum, "oh, abis jalan ama kak Vernon, ya?"
"nan, lo ngejek nih pasti,"
"oiya, maaf, kan kemaren cuma boongan ya wkwk" balas Nancy.
Umji manggut-manggut, lalu mengacungkan telapak tangannya,
"yah, gue b aja sih, ga ngarep juga. Btw, gue duluan, nan. bye,"
Umji berjalan melalui Nancy dan kembali melanjutkan acara 'menendang kerikilnya'.
"dikira gue sakit hati gegara ngarep Kak Vernon kemaren beneran? yakali??"
• •
![](https://img.wattpad.com/cover/136562458-288-k312655.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
falling for you ✔
Storie breviit started since he pranked her on the courtyard. ㅡ2018