Kai meringkuk di tempat tidurnya yang luas. Sudah hampir delapan bulan semenjak pernikahan Jongin dan Sehun. Dia masih ingat dengan jelas bagaimana pemuda bermata sewarna langit itu menamparnya. Memukul Chanyeol dan Chanyeol pun tidak melawan. Dia ingat betul Jongin yang bahkan tidak ingin menatapnya atau pun Chanyeol saat keduanya berkunjung ke Kerajaan Oh saat penobatan Sehun. Dan dia ingat betul kata-kata pedas yang dilontarkan pemuda bermata sewarna langit itu ketika datang ke acara penobatan Chanyeol. Perutnya pun sudah semakin membuncit.
"Minuman anda, permaisuri," suara itu tidak membuat Kai berbalik.
Kai malah makin meringkuk. Orang itu bahkan menyindirnya. Kai stress. Dia tidak bisa terus menerus diperlakukan layaknya dia tidak pantas bahagia. Hatinya memang berkata dia brengsek dan tidak pantas bahagia. Tapi, ini juga bukan keinginannya mencintai dan dicintai Chanyeol.
"Aku membiarkanmu berada di sini karena kupikir suatu saat nanti kau akan berubah, namun nyatanya?" Orang itu menjeda kalimatnya sejenak sebelum melanjutkan, "buah yang sudah busuk memang tidak bisa kembali seperti semula".
"Hentikan..." lirih Kai.
"Permaisuri yang terhormat, saya tidak bermaksud menyinggung perasaan anda. Tapi, jika saya diijinkan jujur maka dengan senang hati saya akan berkata, anda sudah melewati batasan anda," ucap pemuda itu lalu berbalik dan keluar dari kamar itu.
Kai terisak pelan setelah pemuda itu pergi. Suara seraknya yang mirip dengan Sehun. Rambut pirang dengan selingan warna hitam yang selalu tertutupi jubah bertudungnya. Mata sewarna langit dengan topeng yang selalu terpasang di wajahnya dulu. Di setiap kata permaisuri yang diucapkannya selalu terdengar nada sinis dan menyindir.
"Hiks... kumohon berhenti..." isak Kai sambil menutup kedua telinganya.
Suara-suara asing yang menghujatnya terus terdengar membuat otaknya sakit. Dia tidak bisa lagi menahannya. Sakit. Kepalanya sakit. Telinganya berdengung. Bahkan Kai masih bisa merasakan rasa perih tamparan yang diberikan oleh ayah Chanyeol padanya pula. Ah, ya. Seminggu setelah penobatan Chanyeol, ayah Chanyeol dan ibunya tau mengenai Kai. Ibu Chanyeol yang kecewa meninggalkan tempat mereka bertemu dan ayah Chanyeol sempat menamparnya sebelum meninggalkan tempat itu. Bahkan hingga saat ini, dia belum berbicara atau bahkan sekedar bertemu dengan mertuanya itu.
"Kai-ya," Kai tau itu suara siapa, dan dengan segera, Kai berbalik.
Kai memeluk tubuh kekar dengan balutan pakaian Kerajaan formal dan jubah merah maroon dengan tepian putih. Tangan kekar itu membalas pelukan Kai. Mahkota Kerajaan sudah terletak apik di tempat khusus di kamar itu.
"Aku... hiks... aku tidak tahan Chan... hiks..." isak Kai sambil meremas jubah Sang Raja.
Chanyeol, Sang Raja, mengecup pucuk kepala Kai. Mengelus lembut punggung Kai yang bergetar.
"Tidak masalah, biarkan mereka membencimu, tapi aku akan tetap di sisimu," ucap Chanyeol sambil membantu istrinya itu merebahkan diri.
Perutnya yang membuncit menarik perhatian Chanyeol.
"Bagaimana keadaan baby?" Tanya Chanyeol lembut.
"Aww, sakit... kurasa dia terlalu semangat karena ayahnya mengakuinya," ringis Kai karena bayi mungil di dalam perutnya tengah menendang perutnya.
Chanyeol mengussp lembut perut Kai. Menarik baju Kai ke atas hingga memperlihatkan perutnya yang membuncit. Kai melirik perutnya sendiri. Menahan tangan Chanyeol di perutnya, membuat Chanyeol bisa merasakan tendangan calon anak mereka.
"Well, our baby just to excited right?" Ucap Chanyeol lalu tertawa.
Kai ikut tertawa. Dalam hati dia bersyukur karena masih memiliki Chanyeol. Chanyeol mengecup peryt Kai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince (HUNJONG) [End✔️]
FanfictionLupakan sinopsis gas baca. Frey ga pinter bikin sinopsis ty :") {Warning!} [Bxb/yaoi, Mpreg, Mature Content, pairing HunJong! Top! Sehun! Bottom! Jongin!]